11

22 3 0
                                    


Langit yang hitam legam yang di temani pernak pernik malam selalu membuat panorama yang sangat indah di pandang nyaman untuk di lihat lebih lama, membuat penglihatan merasa tenang, suatu ciptaan Allah yang sangat sangat luar biasa tidak ada seorang pun yang bisa menyamakan kedudukan dirinya dengan Allah, ciptaan Allah yang dilangit maupun yang di bumi selalu membuat umat manusia merasa takjub atas apa yang di lihatnya, di luar logika manusia namun semua benar benar nyata dan terjadi

Dalam ruangan yang di dominasi cat serba putih nampak sederhana namun terlihat sangat kasual, disanalah seorang gus sedang merapihkan beberapa buku yang bertumpuk berantakan, Arsya sedang mencari kitab yang akan di ajarkannya pada santri putra yang akan menimba ilmu di malam hari

Setelah menemukan buku kitab yang di carinya, Arsya memperhatikan pantulan dirinya dari kaca besar yang ada di dalam ruangan tersebut dan merapikan pakaiannya sebelum keluar ruangan, menggunakan gamis berwarna putih dan tak lupa kopiah yang bertenjer di atas kepalanya

Setelah semuanya rapih barulah Arsya keluar dari tempat persembunyiannya, bau khas maskulin yang membuatnya merasa nyaman, ia sangat suka bau itu

Arsya melihat seseorang yang sedang membaca buku kitab sedang duduk di ruang tamu sambil menyesap kopi yang berada di atas meja

"Bi." Panggil Arsya membuat yang merasa terpanggil itupun menoleh

"Loh, udah mau ngajar, bukannya masih lima belas menit lagi." Balasnya sambil melihat Arsya yang duduk di kursi sebelahnya

"Tak apa lah bi, lagi semangat aja." Ucapnya membuat ki'ai Zidan terkekeh dibuatnya

"Tumben." Balas ki'ai Zidan sambil menyesap kopinya, Arsya hanya tersenyum kecil

"Oh iya bi, umi sama syifa pada kemana, tumben sepi." Ucap Arsya sambil melihat sekelilingnya

Ki'ai Zidan menyimpan cangkir kopinya pada tempat semula "Masih di asrama putri, tadi kata umi katanya ada tes murojaah Qur'an." Ucapan ki'ai Zidan membuat Arsya mengangguk

"Yaudah bi, Arsya duluan, Assalamuallaikum." Pamitnya sambil menyalimi tangan ki'ai Zidan selaku ayah baginya

"Iya, waalaikum salam." Jawabnya

***

Semua santri putri sudah menyelesaikan tugasnya sebagai santri, Rere maupun yang lainnya sudah sampai di dalam Kamar Asrama terlebih dahulu, masih ada beberapa para santri yang berkeluyuran di area pesantren guna mencuci otak sekaligus mencari angin malam yang membuat pikiran merasa lega

Rere membuka lemarinya dan mengambil buku pelajaran yang tertata rapih di dalam lemarinya itu, tangannya dengan teletan membuka lembaran yang akan ia pelajari

Masih menggunakan set mukena ia mulai membaca buku secara seksama

Rahama yang sedang menguap menoleh ke arah Rere yang nampak serius "Baca apa sih re?" Tanya Rahma sambil merebut buku yang berada di tangan Rere

"Ihh! Rahma main ambil ambil aja, gak sopan tau." Ucap Rere kembali merebut bukunya dan kembali membacanya

Rahma cengengesan "Ya habisnya, serius amat."

Rere membuka halaman berikutnya "Ya mau baca aja, kan membaca gudangnya ilmu, bukan begitu?

Rahma mengangguk sebagai jawaban "iya juga sih."

Setelah beberapa menit mereka saling diam fokus dengan pikirannya masing masing, Rahma yang diam diam memperhatikan Rere pun terungat akan satu hal

Rahma mendekat ke arah Rere yang masih Fokus "Eh Re! Isma kemana sih? Tumben belum kembali ke sini."

"Tadi sih bilangnya di panggil sama ustadzah Mira." Jawab Rere tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang di bacanya

Berawal Dari PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang