- Alreska 03 -

6.2K 692 45
                                    

"Karena yang paling disayang lebih berpotensi membuat luka terbesar."
-Alreska

***

"Apa yang buat kalian sampe berantem ga jelas, Ratu. Kamu bisa jelaskan?" Tanya Bu Ratih, guru BK-nya Laskar Bangsa.

"Dia duluan Bu, nyerang saya-"

"Enak aja mulut lu ya! lu duluan-" Potong Cheisya.

"Cheisya kamu belum saya minta bicara!" Ketus Bu Ratih.

Cheisya berdecih kesal, ia pun memilih menunduk dan diam, sampai saatnya ia harus memberi penjelasan.

"Dia duluan nyerang saya Bu, dia katain saya Jalang, lonte, dan juga nyakar muka saya, sampai gini, liat muka dia ga sampe separah saya kan Buk?" Jelas Ratu berakting seakan dialah korbannya.

Tapi disela aktingnya, Ratu sempat menatap Buk Ratih dengan menaikkan sebelah alisnya, bak kode atau warning untuk nya.

Cheisya hanya mengepalkan tangannya, memahan emosinya agar tidak meluap, bisa bahaya kalau dia meledak disini, bisa bisa beasiswanya ditarik kembali.

"Cheisya-" Panggil Buk Ratih.

"Bukan gitu Buk cerita sebenarnya, jadi niat saya cuman mau-"

"Saya belum selesai bicara, dengarkan." Cheisya menghela nafasnya berat, dan mengangguk.

"Untuk semester ini kamu ga bakalan dapet beasiswa, jadi untuk-"

"Apa buk? kok begitu, saya kan belum jelaskan-" Panik Cheisya.

Ratu hanya mengulun senyumnya, menaikkan sebelah alisnya, dan melipat kedua tangannya didepan dada. Ia sangat puas, sangat.

"Siswa berprestasi tanpa adab, berhak menerima resikonya, kalian berdua boleh keluar, tidak ada bantahan, terima kasih!"

"T-tapi Buk, itu bukan kesalahan saya-" Cheisya menautkan kedua alisnya, menahan tangisnya.

"Tapi kamu ikut meladeni dan saling melemparkan kata kata kasar juga kan?" Tanya Buk Ratih menyindir Cheisya.

Tidak, dia tidak bisa kehilangan beasiswa itu, bagaimana bisa ia membayarnya?

"I-iya Buk, tapi bagaimana saya diam aja kalau dia ngatain saya jual diri, lonte, saya ga terima-"

"Mau saya potong sampai semester depan Cheisya? ini peraturan sekolah, dan kamu tau itu, jika ada murid beasiswa yang membuat onar, melanggar peraturan, maka resikonya adalah potongan beasiswa atau kamu harus keluar dari sekolah ini, dan saya harap ini pertama dan terakhir kali kamu membuat kegaduhan dan bertemu saya di ruangan ini."

Cheisya menggeleng, dan sudah mulai berkaca kaca.

"Makasi Buk, Ratu permisi!" Buk Ratih pun mengangguk.

Sebelum keluar Ratu sempat saling kontak mata dengan Cheisya.

"Kasian." Bisik Ratu, setelahnya ia keluar.

Cheisya membiarkan.

"Buk saya mohon, saya janji-" Cheisya berlutut dihadapan Buk Ratih dengan isakannya, tapi percuma.

"Ini peraturan, kamu bisa keluar sekarang." Tukas Buk Ratih.

Cheisya pun akhirnya memilih berdiri kembali. "K-kenapa untuk ngomong pun Cheisya ga dikasi izin Buk, kenapa sekolah ini membedakan antara murid seperti saya dan yang seperti Ratu, dia yang salah Buk, demi Allah Cheisya ga bohong buk, tanya sama temen temen yang lain kalau Ibuk ga percaya."

"Pertama, Kamu murid beasiswa yang terikat peraturan tersendiri, kedua, kamu tau siapa Ratu bukan? memang terlihat tidak adil, tapi kadang kita yang dibawah juga harus sadar diri dan berbesar hati." Buk Ratih berjalan mendekat ke arah Cheisya.

AlreskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang