- Alreska 07 -

5.2K 623 78
                                    

"Semua akan ada masanya untuk pergi, tidak perlu ditunggu kapan, hanya perlu untuk dihargai selagi ada."
-Ilona Cheisya Nandhita

***


"Bunda?" Panggil Cheisya saat melewati kamar Rani dengan pintu yang sedikit terbuka.

Rani dengan cepat menelan pil yang ada ditangannya itu dan langsung meneguk segelas air yang ada disamping nakasnya.

"Bunda sakit?" Ica masuk ke dalam kamar dan menghampiri Rani, ia duduk disampingnya .

"Engga Ca."

"Terus tadi itu, obat apa?" Cheisya  mengambil celah untuk melihat sekantung plastik berisikan obat-obatan yang disembunyikan Rani disamping Kanan tubuhnya. Sementara Cheisya duduk di sisi kiri.

"Itu vitamin doang." Alibi Rani.

Cheisya mengangguk percaya.

"Cheisya udah bersihin ayam sama ikan, udah Cheisya taro di freezer ya bun." Ujar Cheisya lembut.

"Iya Ca." Balas singkat Rani dengan suara yang sedikit serak dan wajah yang tampak kewalahan.

"Besok Cheisya pulang naik angkot aja deh, biar bisa bantuin Bunda jualan ya?"

Rani menggeleng. "Bunda gapapa, kamu pulang sore aja sama kaya Leo."

Cheisya mengangguk pasrah.

"Ayah belum pulang Bun, kok tumben?"

"Bunda juga gak tau, Bunda telpon dari tadi ga diangkat, mungkin Ayah lagi dapet perkerjaan tambahan di rumah temennya?"

Ya, Selain berkerja di toko kelontong Surya juga sering kerja serabutan, seperti menjadi tukang kebon, bersihin AC, kipas aingin, benerin antena tv, dan lain sebagainya untuk menambah penghasilannya.

"Mungkin Ayah kamu lanjut ngeronda kali." Tambah Rani melihat wajah Cheisya yang gelisah. Cheisya pun hanya mengangguk kecil.

"Leo udah pulang Ca?"

"Belum Bun." Cheisya menggeleng.

"Udah di telfon?"

Cheisya menggeleng. "Males ah, entar Leo marah lagi." Cheisya menekuk wajahnya.

"Heum, yaudah kamu istirahat gih di kamar kamu, kasian anak Bunda capek belajar terus bantuin Bunda nyiapin bahan buat jualan besok. sana tidur gih!"

Cheisya hanya terkekeh dan meng-iyakan perkataan Bundanya itu.

Ia memilih keluar dari kamar Bundanya, dan membiarkan Rani beristirahat.

Jam telah menunjukkan pukul 00:40 dini hari.

Tok! Tok! Tok!

Suara pintu rumah diketuk.

Cheisya yang merasa tidurnya diusik pun dengan malasnya memilih beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu.

Pasti Leo, pikirnya.

Dan benar saja, saat pintu dibuka Leo langsung berhambur memeluknya.

Leo tampak setengah sadar, dan lunglai. "Lo mabuk lagi Leo !? " Pekik Cheisya sambil memijit pangkal hidungnya, dia tak habis pikir dengan kelakuan Leo yang selalu saja membuat masalah.

Sampai saat ini hanya Cheisya yang tau tentang Leo yang sering mabuk-mabukkan, dan pernah memakai benda haram, narkoba.

Ia sudah coba melarang, tapi untuk hal mabuk-mabukkan sepertinya Leo tak pernah bisa mendengarkan nasehat Cheisya.

AlreskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang