MMH - 1

172K 2.9K 2
                                    

Gadis delapan belas tahun berlari tunggang langgang tak tentu arah, mencari tempat persembunyian yang aman. Namun, matanya tak kunjung menemukannya, jantung sudah berdebar tanpa jeda, napas tersengal seolah ingin mati rasanya, lutut terasa lemas seakan akan patah. Sedangkan seorang laki-laki yang seumuran terus mengejar, matanya masih mengikuti ke mana gadis itu berlari. Sesekali langkahnya sempat tersandung dan akan terjungkal.


Entah sudah berapa banyak manusia yang mereka tabrak di jalanan. Sumpah serapah terdengar di telinga masing

"Hi, baby. Come here!" Teriakan itu terdengar dari kejauhan, beberapa orang menatap dengan tak suka.

"Ogah! Go away!"

"Ayolah!"

Gadis itu berlari masuk ke dalam sebuah restoran mewah, terlihat sangat sepi hanya ada satu meja yang ramai. Tanpa pikir panjang ia langsung berlari menghampirinya, berjongkok tepat di balik meja dekat kaki seorang pria dengan setelan jas hitam.

Pria itu kaget sampai sempat mengangkat kakinya, takut ada seekor buaya yang lepas dari pawangnya. Namun, ketika mata tajam itu melirik ke bawah, ternyata seorang gadis dengan seragam SMA yang masih melekat serta tampilan rambut yang acak-acakan. Gadis itu meletakkan jari telunjuk di depan bibir, meminta sang pria tetap diam dan tak melakukan apapun juga.

Mata hazel itu terus mengamati sekeliling, takut mantan pacar mesum yang selalu minta hal-hal aneh muncul tiba-tiba. Ketika sepasang kaki melangkah mendekat, ia semakin meringkuk mencoba bersembunyi lebih dalam lagi.

"Excuse me, apa kalian melihat seorang gadis dengan seragam SMA? Tingginya segini, rambutnya panjang, bodynya lumayan montok."

Laki-laki itu bertanya pada empat pria yang duduk di meja tempatnya bersembunyi, dalam hati mengumpat karena kata body montok yang terdengar sangat menyebalkan.

"Ya, dia ke sana!" Pria di sebelahnya menunjuk ke arah pintu belakang restoran, setelah mengucapkan terima kasih, mantan pacarnya itu berlari ke luar, kembali mencari dirinya yang sebenarnya berada sangat dekat. Dalam hati ia merasa lega.

🌵🌵🌵

Pria dengan setelan jas hitam berjalan masuk ke dalam sebuah restoran mewah diikuti asisten di belakangnya. Mereka duduk di satu meja yang sudah di pesan. Koleganya sudah menunggu, tak terlalu lama. Berkas-berkas penting berada di atas meja, rencana presentasi dan menarik hati untuk bekerjasama sudah disiapkan.

"Selamat siang, Tuan Jayden Alexander dan Tuan Alkey!"

"Ya, selamat siang, Tuan Robert dan Tuan Harris!"

"Silakan duduk."

Mereka berempat duduk berhadapan, seperti sebuah pertemuan antara dua direktur utama perusahaan yang sedang membahas sesuatu yang amat sangat penting.

Seorang pelayan datang membawa empat gelas minuman, meletakkannya, lalu pergi undur diri.

"Bagaimana, Tuan?" tanya Pak Robert, direktur utama dari sebuah perusahaan besar di Indonesia. Usianya sekitar tiga puluh lima, satu orang istri, dan dua orang anak.

"Jadi kami membawa rincian produk. Penjualan kami targetkan lebih dari lima puluh persen dalam sebulan, jika lebih itu lebih baik lagi," jelas Alkey-asisten pribadi Jayden. "Untuk pembagian mungkin lima puluh lima puluh. Anda setuju?"

Jadi Istri Tuan CEO (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang