~ 5

86.5K 1.7K 28
                                    

Laki-laki berusia delapan belas tahun itu berlari terbirit-birit setelah seorang pria dengan tubuh kekar serta pakaian serba hitam datang menemui. Ia tak tahu siapa pria itu, datang ketika dirinya sibuk dengan big burger di kantin. Saat ini ia harus mencari seseorang yang pernah mengisi hatinya sampai detik ini meski sudah berstatus mantan kekasih seperti yang diminta pria misterius tadi.

Arsen berlari menuju kelas Lethia berada, di lantai dua dekat dengan ruang perpustakaan. Seperti orang yang dikejar-kejar hantu, keringat dingin menetes membasahi dahi. Orang-orang menatapnya seperti seorang buronan yang mencoba kabur dari kejaran polisi.

"Lethia mana? Please tell me!"

"Dia di kantin atas," jawab seorang gadis dengan kacamata pink yang bertengger sempurna di batang hidung.

Tanpa mengucapkan terima kasih, Arsen berlalu menuju kantin lantai dua, tak terlalu jauh. Benar-benar menyusahkan menjalin hubungan dengan anak pengusaha kaya raya. Meski selama ini baik-baik saja, tapi kali ini muncul orang misterius yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tak akan pernah ia lakukan. Mau ditaruh di mana harga diri sebagai seorang playboy di mata murid Alexander international high school?

"Lethia, please come here!"

Semua mata tertuju pada Arsen, mereka tahu pasangan yang pernah fenomenal karena digadang-gadang akan menjadi top couple akhir tahun. Namun, nyatanya kandas di tengah jalan dengan Arsen yang terus menerus mengejar Lethia. Wajar saja sebenarnya, Lethia sangat cantik dengan wajah campuran bidadari. Terlihat begitu sempurna dan pantas dikejar.

"Lethia!" teriakan Arsen menggema di seluruh penjuru kantin.

"Apaan sih, Bambang!" Lethia yang muncul tepat di belakang Arsen menghardik, kesal karena orang itu terus mengejar seperti anjing.

Tanpa disangka-sangka, Arsen bersujud di kakinya. Benar-benar mencium sepatu Lethia, menepis rasa gengsi dan malu yang nanti akan menghantui. Lebih baik begitu daripada nyawanya terancam.

Orang-orang yang melihat sontak saja menutup mulut yang menganga karena kaget. Sungguh pemandangan langka yang mungkin tak akan pernah dilihat lagi. Seorang Arsen bersujud di kaki Lethia-sang mantan kekasih yang masih dikejar. Benar-benar keajaiban dunia.

Gadis itu menepis kedua tangan Arsen lalu mundur beberapa langkah memberi jarak. "What are you doing?!"

"Aku janji gak akan pernah ganggu hidup kamu lagi, tolong bilangin sama orang misterius itu jangan ganggu aku juga. Please tell him, please!"

Ia mengerutkan kening merasa bingung dengan apa yang barusan didengar. Orang misterius siapa yang mengatakan sesuatu pada Arsen? Apa orang itu sejenis guardian angel?

"Ngomong apaan lo? Orang misterius siapa?"

"Aku gak punya banyak waktu, nyawaku lebih berharga." Setelah mengucapkan itu Arsen segera bangkit dan berlari menjauh meninggalkan kerumunan manusia di kantin.

Lethia terdiam, sedangkan yang lain terlihat cengo melihat sepenggal adegan yang tak biasa. Gadis itu masih berpikir keras soal siapa orang yang dimaksud Arsen. Ia baru ingat soal Jay yang bertanya tadi pagi, apa ia yang dimaksud? Lantas, kenapa Arsen merasa ketakutan?

🌿🌿🌿

Pukul tiga sore bel pulang berbunyi, Lethia segera membereskan barang-barangnya yang tergeletak di atas meja. Gadis di sampingnya pun sama-Mile, gadis dengan tinggi seratus lima puluh tujuh sentimeter serta rambut sebahu serta poni ala korea itu mengetik sesuatu di layar ponsel. Memberitahu sang sopir untuk segera datang menjemput.

Mereka bukan sahabat, tapi dekat. Mengenal satu sama lain saat pertama kali bertemu pada MOS murid baru. Berkenalan lalu saling bertukar gelang pertemanan. Hanya itu saja. Untungnya setiap kenaikan kelas mereka selalu bersama, sekelas dan duduk bersebelahan.

Mile tahu seperti apa Lethia dan Lethia tahu seperti apa Mile.

"Pulang sama siapa?"

"Dijemput pacar."

"Loh? Lo punya pacar? Kapan jadiannya? Kok gak cerita ke gue, sih!"

"Udah enam hari, sih, gue gak sempet cerita kebahagiaan saking menikmatinya tau!" Katakanlah bahwa Lethia sedang berbohong. Ia tak bahagia bersama Jay, ia hanya memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan dan memberinya tempat tinggal.

"Siapa pacar lo? Kelas berapa? Kapten basket? Ketua Volly? Ketua Futsal? Ketua OSIS? Siapa?" Mile terlihat begitu antusias soal siapa pacar baru Lethia, melihat itu mau tak mau harus menceritakan entah akhirnya rasa terkejut yang akan ditampilkan.

"Pacar gue pengusaha, dia CEO sekaligus pemilik salah satu perusahaan," bisik Lethia tepat di telinga Mile.

"Wanjir?! Serius lo? Gila! Gila! Bisa-bisanya pacaran sama CEO!"

Gadis itu gelagapan ketika teman sebangkunya itu berteriak seolah kelas adalah hutan. Semua mata memandang ke arah mereka. Ada tatapan tak suka, ada pula tatapan penasaran tentang siapa sosok direktur utama itu. Mile yang sadar akan mulutnya hanya bisa bungkam.

"Lo serius?" tanyanya lagi, Lethia mengangguk. "Gila! Kenalin ke gue pokoknya!"

"Iya, kapan-kapan gue kenalin." Semua barang sudah masuk ke dalam tas, sekarang waktunya pulang karena Jay sudah mengirimkan pesan singkat dan berkata bahwa sudah ada di depan. "Yuk!"

Mereka berdua berjalan bersama, melewati koridor diiringi tatapan memuji dari mata para siswa. Menjadi dua siswi primadona yang dipuji karena kecantikannya itu menjadi salah satu kebanggaan. Hampir setiap hari ada saja hati yang patah karena cintanya ditolak, tapi nyatanya mereka tak pernah putus asa. Mencoba terus menerus sampai akhirnya nanti ada peluang untuk menjadi kekasih salah satunya.

Mata Lethia tertuju pada mobil hitam yang terparkir di depan gerbang. Hatinya merasa senang karena pria itu benar-benar menjemputnya dan tak membiarkannya naik angkutan umum. Mile mengikuti langkah Lethia yang bertambah cepat lalu berhenti tepat di samping mobil hitam itu.

"Gue pulang duluan, ya!" ujar Lethia seraya membuka pintu mobil.

Dari luar Mile bisa melihat sosok pria dengan jas yang duduk di belakang kemudi. Wajahnya terlihat cuek dan datar dengan kacamata hitam bertengger manis di batang hidung. Ia sempat terpana melihat pesona Jay. Namun, kemudian sadar bahwa usia antara pasangan itu berbeda lumayan jauh meski wajahnya tak terlalu beda.

"Gila, ganteng banget!" puji Mile.

"Bisa aja, gue duluan. Dah!"

Mereka saling melambaikan tangan untuk mengakhiri perjumpaan hari ini.

🌿🌿🌿

Pintu apartemen terbuka, langkah malas Lethia menuju sofa lalu menjatuhkan tubuh. Sebelum pulang Jay mengajaknya ke supermarket untuk belanja mingguan. Ia kira barang yang dibeli hanya semacam nugget atau sayur, ternyata banyak sekali. Dua kantong plastik besar dibawa oleh Jay, diletakkan di lantai tepat depan lemari es.

Seperti para pria lainnya yang sepulang kerja sampai di rumah langsung melepas baju hingga tersisa celana pendek saja. AC dinyalakan karena hawa yang sangat panas.

Jay melirik Lethia yang memejamkan mata, tas sekolah dan sepatu tergeletak di atas lantai. Ia berjalan menuju lemari, mengambil paperbag berwarna coklat dan melemparnya ke Lethia. Perempuan delapan belas tahun itu membukanya, beberapa pasang baju ada di dalam sana. Kapan Jay membelinya?

"Kalau naruh barang yang bener, ini bukan sampah," ujar Jay.

"Jay, aku capek tau gak?"

"Ganti bajumu dulu."

"Males."

Pria itu berdecak sebal, perempuan yang ia tampung sungguh tidak tahu diri! Bisa-bisa malah Jay yang mengurusnya. Dengan terpaksa ia memunguti tas dan sepatu itu, menaruhnya di tempat yang seharusnya.

"Kara pulang jam berapa, Jay?"

"Jam lima."

"Tiap hari pulang jam lima?"

"Enggak, sih! Cuma Senin sampai Jumat."

"Iya itu maksudku."

"Aku mau deh jadi ibunya Kara," gumam Lethia pelan seraya memejamkan mata.

"Yakin?"

Jadi Istri Tuan CEO (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang