~02

139K 2.2K 34
                                    

Guys, cerita ini dulu aku publish di tahun 2021 dan sempat aku un-pub untuk revisi biar yang baca gak sakit mata.
Dan sekarang, aku publish lagi, deh!

🌻🌻🌻

Sejak pertemuannya dengan Jay kemarin, Lethia sudah seperti anjing yang dirantai. Dibawa ke sana dan ke mari tanpa boleh memisahkan diri. Sepertinya ia salah meminta perlindungan pada pria itu. Mereka sampai di parkiran sebuah apartemen yang lumayan mewah. Jay langsung menarik tangan Lethia menuju sebuah unit. Menempelkan kartu pada mesin di pintu dan terbuka. Mereka masuk. Gadis itu begitu terpesona dengan apa yang dilihat. Sebuah unit yang sangat mewah. Barang-barang yang tertata rapi, furniture yang terlihat begitu mahal, dan beberapa hiasan minimalis.

Sudah dipastikan jikalau Jay adalah pengusaha kaya raya. Wah, bisa nih dimanfaatkan.

Di tengah rasa terpesona yang tak kunjung reda, Lethia merasa tangannya ditarik dan masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup luas. Tak cukup sampai di situ, pintu langsung dikunci dari dalam, AC dan lampu dinyalakan, dan gorden jendela yang ditutup.

"Namamu siapa tadi?" tanya Jay yang sedang melepaskan dasi dan jas.

"Lethia."

"Cantik juga."

"Makasih lho, Om. Aku tau kok kalau aku ini cantik kayak Selena Gomes."

"Idih! Mukamu kayak keset kumel gitu kok berharap jadi Selena Gomez!"

Satu per satu gerakan Jay ia perhatikan, sampai semua hanya telah terlepas. Tersisa celana pendek setengah paha. Perut kotak-kotak yang membuat Lethia terpesona kini terpampang nyata di depan mata. Biasanya hanya lewat foto atau video.

Matanya membulat saat tubuh atletis itu mendekat, merampas tas dan melemparkannya ke lantai. Mendorong tubuh mungil itu hingga terlentang di atas ranjang. Posisinya seperti itulah kira-kira.

Jay mendekatkan wajahnya ke leher Lethia. Hembusan angin hangat menerpa kulit mulus itu. Bulu halusnya meremang, jantungnya berdetak seribu kali lebih cepat. Apakah ia akan diperkaos?

"Om, Om mau ngapain?" Nada takut terdengar jelas dari pertanyaan gadis itu.

"Enggak ngapa-ngapain, sih!" jawabnya. "Oh iya, panggil saya Jay."

Satu kecupan mendarat di bibir gadis itu, dan selanjutnya apa yang terjadi? Yah, tahu sendiri.

Jay tersenyum dalam hati, benar dugaannya bahwa Lethia sudah tidak polos lagi.

Tanpa diduga-duga, pintu kamar terbuka, menampilkan seorang anak laki-laki yang berdiri sambil membawa boneka dinosaurus, sebelah tangan mungil itu mengucek mata. "Papa, Kara mau bobok sama Papa!" ujarnya. Lethia membelalak, anak itu memanggil Jay papa. Dengan begitu artinya Jay sudah menikah.

Astaga! Ia baru saja melakukan hal hina dengan suami orang. Jangan-jangan sebentar lagi istrinya datang dan akan memutilasi Lethia. Bagaimana ini?

Dengan sigap, gadis itu segera bangkit dari ranjang. Berdiri sambil menunduk. Jay pun begitu, lantas ia mendekati anak kecil bernama Kara itu. Menuntunnya menuju ranjang.

"Papa, Kakak ini siapa?" tanyanya sambil menatap Lethia dengan polos. Sungguh lucu!

"Hai, nama kakak, Lethia. Nama kamu siapa?" tanya Lethia, ia mendudukkan diri di lantai agar tingginya sejajar dengan anak itu.

"Nama aku Askara, Kak. Tapi, Kakak bisa panggil aku Kara. Umurku enam tahun,"

"Wih, namanya bagus, ganteng juga kamu. Gemes, deh!" Lethia mencubit pelan pipi Kara. "Enggak kayak papamu, jelek!"

Jay membalas lirikan Lethia dengan tajam, seolah berkata bahwa pernyataan itu tidak benar. "Ih, iya, Kak. Papa emang jelek, yang ganteng cuma Kara!"

Pria bercelana pendek itu memutar bola matanya dengan malas, ia jengah mendengar obrolan tidak bermutu dua anak kecil di depannya. Apalagi seseorang yang dibicarakan jelas-jelas ada di depan mata, dengan wujud yang nyata. Bisa-bisanya!

"Kara, ayo bobok. Jangan ngobrol sama dia, nanti kamu ketularan gila."

"Enak aja si Om!"

Kara mengikuti ucapan Jay, tanpa banyak bicara ia langsung merebahkan tubuh di atas ranjang dengan dinosaurus yang dipeluknya. "Kakak, ayo bobok sini, Kata mau dipuk puk."

Lethia menggaruk tengkuknya, bingung harus melakukan apa. Jika ia menuruti, dan bila istri Jay datang bisa jadi nyawanya akan melayang saat itu juga. "Turutin aja, saya gak punya istri. Gak usah takut."

Mau tak mau, meski mau. Ia ikut tiduran di samping Kara, menepuk pelan badan anak kecil itu hingga tertidur pulas.

Dalam diam Jay terus menatap Lethia dengan tajam. Entah apa arti tatapan itu, tapi agak mengerikan. Semacam tatapan pedofil. Namun, Lethia tak mempermasalahkan itu. Biarkan saja pria tua di depannya terus mengagumi kecantikan alami yang ia punya.

"Kamu mau jadi pengasuhnya Kara?"

Satu pertanyaan yang membuatnya agak bingung. Mengapa Jay menawarkan hak itu padanya? Apakah terlihat tampang tidak mampu di wajah Lethia?

"Kenapa harus aku? Bukannya Kara punya ibu?"

Jay mengubah posisi tidurnya jadi telentang, menatap langit-langit kamar yang penuh dengan warna putih seakan menerawang sesuatu. "Saya gak tau Kara punya orang tua atau enggak, dulu saya nemuin dia di taman, dalam kardus."

Jadi, Kara adalah anak angkat?

"Kara gak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu."

Jiwa-jiwa keibuan yang entah datang darimana membuatnya merasa iba dan menerima tawaran itu. Lagipula, Kara adalah anak yang lucu. Dengan begitu, Lethia tidak harus selalu pulang dan bertemu ayahnya. Baiklah.

"Aku mau. Tapi ada satu syarat."

"Apa?"

"Ijinin aku tetap sekolah dan kasih aku tempat tinggal di sini."

Jadi Istri Tuan CEO (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang