Arunika masih enggan menampakkan diri di ufuk timur, cahaya remang-remang menyapa dari celah selimut tebal yang menutup sebagian wajah perempuan manis itu. Kasur empuk dan tubuh atletis sang kekasih membuatnya tak mau beranjak. Lethia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh Jay, hangat ketika kulit itu semakin erat.
Malam panjang membuatnya lelah bertempur dengan rudal yang brutal. Mentang-mentang Jay sudah membantunya bebas dari cengkeraman si ayah keparat, ia malah meminta balas budi yang tidak seimbang. Dari sore hingga tengah malam, tubuhnya terasa ingin lepas satu sama lain, otot-otot itu rasanya akan segera memisahkan diri dari tulang tempatnya menempel.
"Sayang, jangan banyak gerak. Saya masih ngantuk," bisik pria yang ia peluk erat dengan suara serak. Lethia menelan saliva susah payah.
"Salah kamu sendiri, aku harus sekolah juga!"
"Saya juga harus kerja."
"Bobok bentar lagi boleh, ya? Nanti jam enam bangunin." Jay berdeham pelan mengiyakan permintaan Lethia.
Keduanya kembali terlelap, masih ada sisa waktu setengah jam untuk kembali menyapa mimpi, setelahnya ia harus mengurus Kara. Di balik hubungan mutualisme, perlahan terjalin ikatan. Lethia merasa aman di samping Jay, dan Jay merasa nyaman bersama Lethia. Akankah ada sesuatu yang muncul di hati dua insan berbeda usia itu?
Menurut Lethia sendiri, tidak ada masalah untuk menyukai Jay. Terlebih sifat dan sikapnya yang cukup dewasa layaknya seorang kakak dan ayah, meski wajahnya terbilang cukup dewasa. Jadi tidak heran jika ia menyebut Jay sebagai om-om.
Sedangkan menurut Jay, Lethia adalah sosok perempuan manis dengan segala tingkah polah yang absurd. Di balik kenakalan dan sikap menyebalkan itu ada satu cerita usang yang membuatnya terluka. Wajah cantik dan imut membuat Jay merasa menjadi seorang pedofil. Namun, ia juga menjadi candu bagi Jay.
Bibir itu berdecak sebal, mata yang sejak setengah jam terakhir berusaha ia pejamkan untuk kembali menyelami alam mimpi nyatanya tak bisa. Makhluk kecil itu terus menggeliat seolah tak menghiraukan sang pemilik tubuh yang terusik. Terlebih rambut panjang terurai menempel di mana-mana.
Perlahan ia menyingkirkan rambut dan tangan itu dari tubuhnya, tapi lagi dan lagi usahanya gagal. Lethia kembali merengkuh tangan kekar sang kekasih hingga membuatnya sebal.
"Lethia, saya mau mandi!"
"Ah, aku mau peluk dulu."
"Sejak semalam kamu udah peluk saya sampai kram."
"Jay, please." Rengekan manja dari si kekasih membuat Jay mengalah. Jujur, itu sangat menggemaskan!
"Kamu mau makan apa?" tanyanya, di tangan kiri ada ponsel yang menampilkan beranda sebuah aplikasi online.
"Aku mau bubur bayi."
"Hah? Jangan bercanda!"
"Aku gak bercanda, mau bubur bayi aja."
"Merek apa?"
"Sunsinsan."
Jempolnya secara lihai memasukkan barang ke keranjang dari sebuah supermarket: bubur bayi, es krim, dan beberapa fast food untuknya dan Kara. Setidaknya aplikasi online itu membantu orang-orang yang ditempeli kukang sepertinya. Tak bisa ke mana-mana.
Dua puluh menit berlalu, bel berbunyi, Jay yakin itu petugas apartemen yang mengantarkan belanjaan. Namun, ia sadar ada manusia yang tak membiarkannya bergerak sedikitpun.
"Lethia," panggilnya halus.
"Hemm."
"Bangun, mandi terus sarapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istri Tuan CEO (18+)
Teen Fiction{JUDUL SEBELUMNYA : MY MESUM HUSBAND} Apa yang harus Lethia lakukan dengan segala takdir Tuhan yang mendadak? Mendadak menjadi pacar seorang CEO muda berusia 23 tahun. Mendadak menjadi pengasuh dari anak CEO tersebut. Mendadak pula menikah dengan CE...