SATU

13 2 1
                                    

"GILA!! pelajaran matematika susah banget deh," ujar Nayla kesal karena sedari tadi ia tidak bisa paham materi yang sedang dijelaskan oleh Bu Susi-----guru matematika.

"Ih cemen lo masa gitu doang nggak bisa sih," cibir Lili.

"Sebenarnya nggak susah tau Nay, lo nya aja yang nggak mau perhatiin Bu Susi."

"Mangkanya, kalau guru lagi ngejelasin tuh dengerin," timpalnya lagi.

"Lah emang lo paham Li?" tanya Luna yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan kedua sahabatnya itu.

"Ya kagak si sebenernya hehehe," jawabnya nyengir sambil memperlihatkan watadosnya.

Nayla menoyor kepala Lili. "Yeee gue tampol juga ye lo, sama sama gapaham juga belagu banget anjir."

"Gue tadi ngantuk banget waktu Bu Susi lagi ngejelasin materinya," ucap Luna.

"Untung lo tadi nggak tidur Lun, yang ada kalau ketauan tidur lu bakalan ditimpuk sama sepatunya kayak si Bedul waktu itu," ujar teman sekelasnya.

"HAHAHA iya juga ya, untung aja."

"Otak gue nih kalau sama pelajaran kok nolak mulu yak," Lili berlagak sok mikir sepertinya dia memang tidak ada kecocokan antara dia dengan pelajaran.

"Yeee itu mah alesan lo doang Siti."

"Tapi kalau urusannya sama makanan langsung tanggap ya," sindir Nayla lagi.

Mendengar pernyataan yang amat sangat benar dari Nayla, Lili hanya menanggapinya dengan cengar cengir tidak jelas. Luna akui memang kalau soal urusan makanan, dari mereka bertiga yang paling banyak makannya adalah Lili, bahkan ia mampu menghabiskan tiga mangkok bakso hanya untuk makan siangnya saja. Tetapi yang membuat Luna heran adalah meskipun Lili senang makan banyak, badannya sama sekali tidak gemuk, bahkan postur tubuhnya terlihat hampir sama dengan dirinya dan Nayla.

Oh iya, mengenai teman temannya itu, sebenarnya Luna, Nayla, Lili sudah mengenal satu sama lain sejak mereka bertemu pada saat MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah) . Waktu itu Luna bisa mengenal Nayla karena pada saat upacara, Luna tiba tiba pingsan dan Nayla yang tugasnya memang menjadi anggota PMR bergegas membantu Luna lalu mereka berkenalan pada saat itu begitupun juga dengan Lili dan akhirnya mereka sekarang menjadi sahabat.

"Yaudah yuk guys kita gas ke kantin, udah laper banget nih gue," ajak Lili lalu menggandeng kedua tangan sahabatnya.

________________

Singkat cerita saat bel pulang berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas untuk menuju rumah mereka masing masing. Ada yang membawa sepeda motor, mobil, ada juga yang menaiki angkutan umum, bahkan ada juga yang menaiki sepeda goes, mungkin karena rumah mereka tidak jauh dari sekolah jadi mereka lebih menghemat biaya dengan menggunakan sepeda gayung dan juga bisa sekalian berolahraga.

"Luna, Nayla kedepan yukk sekalian nunggu jemputan," ajak Lili menghampiri mereka berdua yang masih sibuk membereskan buku buku yang masih berserakan di meja.

"Kalian duluan aja guys. Gue masih ada urusan, tadi dipanggil Pak Anto," ujar Luna.

"Nggak mau kita tungguin aja Lun?" tawar Nayla.

"Nggak usah gapapa Nay, kalian duluan aja gih sana."

"Oh yaudah kalau gitu, gue sama Lili pulang duluan yaa byee," Nayla dan Lili melambaikan tangannya lalu dibalas oleh Luna.

Luna berjalan melewati lorong yang sudah terlihat sangat sepi, mengingat para siswa siswi memang sudah pulang ke rumahnya masing- masing. Saat luna sudah sampai di ruang guru dan mencari Pak Anto ternyata Pak Anto tidak berada disana. Tadi ia diberitahu oleh guru yang ada dikantor bahwa orang yang sedang dicarinya itu berada di ruang musik yang berada di lantai kedua pada bangunan tersebut. Saat Luna sedang berjalan melewati lantai dua ia sempat melihat ada seorang anak laki laki yang sedang duduk sendirian sambil menelungkupkan kepalannya di lipatan tangannya. Ia tidak terlalu menghiraukan dan tetap berjalan menuju orang yang sedang dicarinya sekarang.

setelah selesai berbicara dengan walikelas nya itu, Luna segera kembali untuk pergi meninggalkan sekolah, namun saat ia sedang berjalan di dekat parkiran, ia tidak sengaja menabrak seorang lelaki yang humm sepertinya ia pernah melihanya. "ah iya ini cowo yang tadi ada dilantai atas itu bukan sih." batin Luna bertanya tanya.

"Eh maaf ya, tadi gue ga ngelihat kalau ada orang di depan," Luna meminta maaf karena memang sedari tadi ia berjalan sambil memainkan ponselnya.

Cowo yang ditabraknya itu membuka penutup hoodienya dan membuka satu headset yang sedang terpasang di telinganya. Satu kata yang dapat Luna ungkapkan saat melihat lelaki yang ada di depannya ini.

"tampan". Lelaki dengan postur tubuh yang lumayan tinggi, hidung mancung, dan rambut yang sedikit acak acakan, ah jangan lupakan kacamata dan hoodie hitam yang sedang ia kenakan membuat lelaki ini terlihat keren di mata Luna.

"It's okey," singkat padat dan jelas. Dua kata yang cukup singkat untuk membalasnya.

Lelaki itu pergi berlalu meninggalkan Luna sendiri. Menyadari ada buku catatan kecil yang jatuh tepat dihadapan Luna, ia segera mengambilnya dan melihat buku itu. Buku bersampul hitam lengkap dengan gambar bulan di tengah tengahnya terlihat sangat mempercantik buku itu.

"Eh tunggu, ini punya lo?" suara Luna sedikit tersenggal senggal karena berusaha mengejar lelaki yang sempat membuatnya terdiam karena pesona nya.

"Tadi gue nemu disana, jatuh kayaknya," imbuhnya.

"Oh okey, thanks ya."

Bahkan lelaki itu tidak ingin basa basi terlebih dahulu dan memilih langsung pergi dari hadapan Luna. "ih ngeselin banget sih harusnya bilang apa gitu kek makasih gitu," batin Luna agak sedikit kesal dengan sifat lelaki itu. ia tidak terlalu memperdulikannya dan berjalan ke arah depan gerbang untuk menunggu jemputan dari kakaknya.

___________________

PATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang