DUA

11 2 0
                                    

Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan bagi siswa kelas X IPS 3,
Bu Susi-------guru matematika yang termasuk jajaran guru killer yang ada di SMA WISMAGAMA ini tiba tiba mengadakan ulangan mendadak dan jika nilai mereka dibawah 75 maka akan mendapatkan hukuman.

Hukumannya adalah membersihkan taman belakang yang ada di belakang sekolah, karena memang taman itu sudah lama tidak digunakan.

Hampir semua murid X IPS 3 mendapat hukuman dan hanya ada 4 anak yang lolos dari hukuman itu. Apakah Luna dan sahabatnya? oh tentu tidak. Bahkan nilai mereka jauh lebih mengerikan dari apa yang mereka sudah ekspetasikan. Lili dan Nayla mendapat 25 dan Luna mendapat 30.

"GILAA!! PANAS BANGET ANJIR!" kata Sherli ---- teman sekelas Luna. Sambil mengipasi dirinya menggunakan tangan kirinya.

"Semua juga panas kali sherli," ucap Nayla sambil menyeka keringat di dahinya.

"Tapi ini panasnya ga ngotak anjir."

"Yaelah sher, lo enak masi ketutup pohon mangga," ujar Jodi sambil menujuk pohon mangga yang tepat berada dibawah Sherli.

"Tetep panas Di, pokoknya ntar kalau kulit gue sampai gosong awas aja tuh Bu Susi," Sherli ngedumel dan berjalan mengambil kantong sampah dan memberikannya kepada Lili. "Tuh Li sampahnya masih ada tu."

"Lah ngapain lo kasih ke gue?"

"Tolong bantuin ambil sampah disana," Sherli menyodorkan plastik sampahnya ke Lili.

"Gamau lah anjir, enak aja lo. Kan udah ada tugasnya masing masing," jawab Lili sewot.

"Oh pantes aja lo gamau kena panas, tuh bedak lo luntur kemana mana," tambahnya.

"Hah? mana mana?" sherli panik sambil mengeluarkan kaca dari sakunya, memastikan apa yang dikatakan Lili benar atau tidak.

"Lah iya anjir, nih jidat gue keliatan item gini, mana muka gue udah keliatan belang banget lagi. udah lah gue mau ke kamar mandi dulu," ucapnya lalu pergi meninggalkan teman temannya yang sedang menertawakan karena tingkah lakunya.

"Mau ngapain lo?!" teriak Lili.

Sherli menoleh lalu menjawab. "Biasa lah touch up."

Luna dan kedua sahabatnya itu hanya tertawa melihat tingkah Sherli yang ada ada saja.

              _________________________

Saat semua sudah selesai mengerjakan hukuman yang diberikan Bu Susi, semua siswa X IPS 3 kembali ke kelas.

"Guys, gue ke kamar mandi dulu ya," ujar Luna sambil membersihkan rok depannya yang sedikit terkena kotoran.

"Mau ditemenin nggak Lun?" tawar Nayla.

"Nggak usah Nay, lo sama Lili ke kelas aja duluan nanti gue nyusul."

"Beneran nih? Yaudah kalau gitu gue sama Lili duluan ya," Nayla dan Lili meninggalkan Luna sambil melambaikan tangannya.

Hari ini cuaca lumayan panas dan terik. Pantas saja tadi saat membersihkan taman terasa sangat melelahkan dan lumayan menguras keringat.

Luna mencuci mukanya dan membenarkan kunciranya yang mulai lepas. Sehabis dari toilet, saat ingin kembali ke kelas, Luna melewati perpustakaan yang didalamnya hanya ada sedikit siswa, wajar saja saat jam istirahat seperti ini banyak orang yang lebih memilih mengisi perutnya di kantin daripada membaca buku di perpustakaan.

Luna masuk ke dalam perpustakan yang bisa dibilang dua kali lebih besar daripada perpustakaan yang ada di smp nya dulu. Memang perpustakaan SMA WISMAGAMA ini lumayan besar daripada perpustakaan sekolah pada umunya.
Terdapat banyak jenis buku disini, seperti buku pelajaran, buku referensi, buku penunjang, buku ilmiah dan juga jenis buku fiksi lainnya, termasuk novel yang sedang Luna cari sekarang. Luna adalah tipe anak yang suka membaca buku, apalagi novel atau komik. Bahkan ia rela menghabiskan uangnya hanya untuk membeli buku atau novel yang memang sedang ia inginkan.

Hampir sekitar 10 menit memutari perpustakaan,akhirnya Luna menemukan novel yang ia cari. Tetapi buku itu berada di rak paling atas, dan Luna tidak bisa mengambilnya. Ia sedikit melompat lompat agar bisa menggapai buku itu tapi hasilnya nihil, tetap saja ia tidak bisa karena tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan tidak bisa menggapai rak itu.

"Tinggi banget sih, gimana lagi caranya gue bisa dapet nih buku,"

Sebuah tangan kekar dengan mudah menggapai buku itu dan memberikannya kepada perempuan yang menatapnya dengan wajah cengo.

"Buku ini?" tanya lelaki berkacamata yang posturnya lumayan tinggi, bahkan Luna yang berdiri di depannya saja hanya sebatas dada lelaki itu.

"Ah iya."

"ini bukannya cowo yang kemarin."

"Makasih ya," ucapnya lagi.

Lelaki itu hanya mengangguk dan pergi meninggalkan cewe yang sedang menatapnya dengan serius, karena jarak mereka belum terlalu jauh akhirnya Luna mengikuti dari belakang.

"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya lelaki itu yang merasa diikuti.

"Eh h-hah, oh iya itu gue belum tau nama lu hehe," Luna gugup sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"bodoh banget sih Lun, ngapain lo ngikutin dia sih" batin Luna berteriak.

"Nama gue?"

Lelaki itu sedikit membuka jasnya dan memperlihatkan name tag-nya. Patra Jiro Altair.

"You can call me Patra," lanjutnya.

"Ah iya, makasih ya kak Patra udah bantuin gue," Luna menunjukan senyum manisnya.

Entah kenapa hati Patra merasa sedikit tenang? perasaan apa ini, bagaimana bisa ia tersihir dengan senyuman yang perempuan itu berikan padanya.

Patra tidak menjawabnya lalu ia membalikan badannya, sebelum ia melanjutkan langkahnya ia memutar balik badannya lagi.

"Nama lo?" tanya Patra.

"Gue Luna kak."

"Cantik."

"HAH?" luna sedikit tetkejut dengan apa yang di dengarnya tadi.

                   _________________


PATRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang