Lucifer meleburkan dirinya bersama bayangan dalam ruang kantor Minah. Mengamatinya yang baru datang dan menyalakan satu persatu perangkat komputernya. Tidak lama wanita itu keluar lagi, meminta pada asistennya untuk dibuatkan secangkir kopi. Lucifer memutuskan untuk menampakkan diri saat Minah kembali masuk ke ruang kerjanya.
"Lucu ya, ku kira aku tidak akan menemuimu lagi sampai waktunya aku mengambil jiwamu," sapanya sambil melambaikan tangan pada Minah yang berdiri mematung menatapnya.
"O-oh, ku kira kau datang untuk menagih jiwaku. Duduklah, kamu sampai menemuiku sebelum waktu yang dijanjikan. Ada apa?"
Lucifer tersenyum miring menyaksikan Minah yang semula tampak gugup, perlahan mendapatkan kembali kontrol atas pikiran dan raut mukanya. Ia juga menyadari bagaimana wanita itu merasa sedikit menyesal karena tidak memiliki sesuatu untuk dipersembahkan padanya saat ini.
"Lee Jeno." Lucifer tidak bermaksud menjeda kalimatnya. Tapi perubahan signifikan pada raut Minah menarik perhatiannya untuk sesaat. "Dua belas tahun lalu, bocah itu Lee Jeno kan?"
Lucifer memperhatikan Minah yang tampak enggan menjawab. Wanita itu juga menatap Lucifer berusaha mempertimbangkan jawabannya atas raut wajah Lucifer. Bisakah ia jujur?
"Kau tidak akan meminta anakku juga kan?" Cicitnya takut-takut. Lucifer tersenyum miring menanggapinya.
"Tentu tidak," ujarnya menenangkan Minah. Lagipula bocah itu tidak cukup gelap untuk dapat masuk dalam kerajaannya.
"Baguslah, anakku yang malang baru saja memulai kehidupannya dengan normal selayaknya anak normal lainnya. Tidak adil baginya kalau ia juga harus menanggung apa yang seharusnya ditanggung ibunya." Ocehnya pilu dengan mata menerawang mengingat putra satu-satunya. Lucifer baru mengingat beberapa detail tentang si bocah dari belasan tahun lalu, detail yang tidak pernah dianggapnya penting kini terasa seperti menjelaskan kenapa Jeno tidak memiliki titik hitam sebanyak seharusnya. Seharusnya berarti sebanyak titik hitam yang lumrah dimiliki manusia seusianya.
"Lee Jeno sebenarnya akan baik-baik saja tanpa kau membuat perjanjian denganku." Lucifer melihat bayangan bocah itu di depan matanya, memikirkan bocah itu lagi membuat mulutnya kering dengan rasa getir. Lucifer tidak menyadari bahwa ia sedang merasa menyesal.
"Aku tahu. Tapi di dunia ini aku dan anakku tidak punya siapa-siapa lagi. Aku hanya takut membayangkan kehidupan anakku jika aku mendadak tiada sebelum kedewasaannya. Setidaknya sekarang aku merasa lebih tenang karena perjanjian yang ku buat padamu adalah jaminan bahwa kehidupan anakku akan terjamin dalam beberapa hal."
Lucifer melirik Minah yang meremas tangannya dengan cemas. Ia tahu alasan yang dikatakan wanita itu hanyalah puncak dari gunung es yang tersembunyi di dalam lautan. Yang terpendam di dalamnya tentu saja egonya sendiri, reputasinya, reputasi anaknya dalam bayangan Minah. Itulah sebabnya Minah dapat memanggil Lucifer dengan hanya belasan kali percobaan. Keputusasaannya cukup mengusik Lucifer.
"Heh," Lucifer mendengus, lalu terkekeh dengan dirinya sendiri saat menyadari lebih jelas kalimat Minah. "Tidak kusangka akan datang hari di mana aku akan terkesan dengan akal yang diberikan Tuhan kepada manusia," gumam Lucifer pada dirinya sendiri.
"Maaf, apa?"
"Tidak, lupakan. Tujuanku menemuimu adalah untuk memberitahu, sepulang sekolah aku akan menjemput Jeno dan membawanya bersamaku-" Lucifer mendesah pelan mendapati Minah menatapnya curiga "-tidak, apakah sudah ku katakan bahwa aku tidak akan bisa mengambilnya meskipun aku mau? Nah itu sudah kukatakan."
"Lantas, kenapa? Kenapa tiba-tiba-"
"Bukan tiba-tiba, sejak kemarin Jeno ada bersamaku," ujarnya lalu menghela nafas lagi. Di saat seperti inilah Lucifer merasa rindu sekali pada Alastor. Menurutnya berbicara pada manusia itu merepotkan sekali. Manusia itu terlalu bodoh, tidak tahu apa apa.
"Tidak akan terjadi hal buruk pada anakku kan?" Minah memastikan sekali lagi.
"Alas-" ia berbisik hampir memanggil Alastor untuk membujuk Minah demi tujuannya. Tapi ditahannya mengingat Alastor akan lebih merepotkan ditangani daripada wanita di hadapannya.
"Anak itu mendapat berkatku, kalau kau bisa menyebutnya berkat. Aku yang menjamin hidupnya sejauh ini, dan akan terus begitu."
"I guess all is good then," balas Minah singkat.
"Good indeed," ejek Lucifer sinis.
"Kecuali, bisakah kau berhenti muncul dengan rupa dewasa anakku? Rasanya sungguh tidak nyaman melihat anakku berbicara sinis padaku seperti yang selalu kau lakukan."
Lucifer terdiam.
Apa Minah dengan tulus menginginkan kedewasaan anaknya?
Apa Lucifer terlalu berprasangka buruk pada Minah?
Hal itu cukup mengusiknya sampai makan siang datang dan Jeno menghampirinya dengan sepercik aura alastor padanya.
···
"Lucifer, melayani atas panggilanmu," ujarnya pelan sambil mengulurkan tangannya menengadah pada Jeno.
Jeno menatapnya lurus. Benaknya kosong, Mark tidak dapat mendengar apapun dari pikiran Jeno untuk sesaat. Sedangkan bocah itu hanya diam menatapnya tanpa ekspresi.
"Ah, begitu. Lucifer itu namamu kan? Seperti aku Lee Jeno, bukan seperti aku manusia kan?" Jeno bertanya untuk memastikan.
Tadinya Jeno mengira bahwa Mark mungkin saja semacam setan penunggu pohon sekolah. Kehadirannya yang tiba-tiba dan selalu di jam makan siang di bawah pohon pinggir lapangan luar itu tentu saja membuat Jeno berpikir begitu. Tapi kemudian Mark menunjukkan kekuatannya satu persatu.
Jeno kemudian mengganti hipotesanya. Jeno merasa mungkin saja Mark itu jin yang seperti dalam dongeng aladdin, atau mungkin saja dia peri seperti dalam cerita Cinderella.
Tapi kemudian Mark mengungkapkan bahwa dirinya Lucifer.
Jadi, Lucifer itu apa ya?
Belum selesai Jeno berpikir, Mark menyelanya.
"Kau dapat memanggilku Mark seperti sebelumnya."
"Hmm," Jeno menggumam, tampak ragu-ragu.
Mark itu kan nama kak Mark, memangnya dia baik-baik saja kalau Jeno memanggilnya pakai nama orang lain? Apalagi sekarang Jeno tahu namanya Lucifer.
"Bukan masalah besar Jeno, nama tidak terlalu penting bagiku. Kau bisa memanggilku apa saja dan aku akan tetap datang kalau akulah tujuanmu," jelasnya.
860 words
This is friggin short!!
jadi, minah membuat perjanjian dengan lucifer tentang jeno. yang baru disadari lucifer adalah poin dimana lucifer akan 'mengambil' minah setelah jeno dewasa. yg artinya minah sudah memastikan dirinya tetap hidup sampai jeno mencapai kedewasaannya, atau sampai lucifer mengambilnya.
See you when i see you,
Yes, hyungnim!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunch Mate • MarkNo
FanfictionJeno tidak sadar, tanpa sengaja ia telah memanggil 𝘔𝘢𝘳𝘬. 20210210