Chapter 30 : Lion

55.9K 8.8K 82
                                    

Mohon koreksinya kalau ada typo atau tataan bahasa yang salah.

Thanks for support and love, enjoy the story.

Reminder: POV orang ketiga akan selalu menggunakan nama Anna, dan nama Irenica hanya muncul pada dialog atau POV tokoh lainnya.

.

.

"Senang bertemu dengan anda semua dan terimakasih sudah menerima jamuan makan malam dari kami." Ucap Ayah di sela-sela makan malam

"Kami juga senang bisa menjalin hubungan yang baik dengan keluarga anda tuan terlebih lagi dengan Lady Lucia."

"Benar apa yang di katakan tuan Zavier. Lady Lucia sangat mengagumkan tuan di usia mudanya dia sangat berbakat dalam berbisnis." Ucap Marquess Mourvel

"Hohoho,.. anda terlalu memuji tuan Mourvel, saya sendiri juga tak menyangka putri saya memiliki bakat seperti ini."

"Ngomong-ngomong apa Lady yang di samping Lady Lucia adalah Lady Anneth?" Tanya Marquess Dien.

"Benar tuan, dia putri kami juga." Kini ibu yang menjawab pertanyaan dari Marquess Dien.

Ku tatap Willona, dia tampak diam sedari tadi biasanya dia akan selalu menonjolkan diri.

"Maafkan saya yang terlambat mengenalkan diri, perkenalkan saya Willona Anneth De Vony putri tertua keluarga ini." Ucap Willona

"Anda beruntung sekali tuan marquess memiliki putri-putri yang cantik."

Aku tersenyum saat tuan Marquess Dien menatap ku san Willona secara bergantian.

"Hahaha anda ada-ada saja tuan, kau juga memiliki putra yang berprestasi. Bukankah putra mu menjadi komandan di kekaisaran?" Tanya Ayah.

"Ah anda tau hal itu juga ya? Memang betul putra ku menjadi komandan pasukan di kekaisaran ini hanya saja aku lebih suka ia melanjutkan bisnis keluarga, saya takut kehilangan putra saya di medan perang, tapi apalah daya kita yang sebagai orang tua. Hanya bisa pasrah ketika anak kita mulai menentukan jalan hidupnya sendiri." Jawab Marquess Dien.

"Benar sekali tuan, saya mungkin juga akan sedih saat melihat dua putri saya menikah nantinya." Ucap ayah sambil menatap ku dan Willona

"Hahaha iya tuan."

"Baiklah ayo lanjutkan makan malam ini."

Makan malam berjalan dengan baik, Willona juga tak banyak bicara dan hanya bicara ketika di tanya saja, mungkin karna ini adalah tamu ku jadi dia membatasi dirinya atau mungkin dia sedang tertekan karna rumor yang beredar?

*I'm the real Villain*

Kini aku tengah berdiri di depan pintu kamar Willona, tanpa permisi aku membuka pintu itu.

Willona dan juga pelayan pribadinya tampak terkejut dengan kedatangan ku.

Sedangkan aku tampa menghiraukan tatapan tidak suka mereka, langsung berjalan dan duudk di kursi yang kosong.

"Apa aku mengijinkan kau masuk kamar ku?" Tanya Willona.

"Apa aku perlu meminta ijin untuk masuk ke ruangan yang ada di rumah ini?"

"Tentu saja! Apa kau tak belajar tata krama." Willona melempar buku yang dia baca ke atas meja.

"Orang yang tak punya tata krama tak pantas untuk bicara tentang tata krama."

"Apa maksud anda nona, apa anda menyebut nona saya tidak punya tata krama!?"

Wah, berani sekali pelayan membentak ku, lihatlah tidak majikan tidak babu punya perilaku yang sama.

Aku melemparkan tatapan tidak suka ku pada Emily, "Kau berani membentak ku?" Tanya ku dengan nada tenang.

Untuk beberapa saat Emily tidak menjawab dan hanya menampilkan wajah kesalnya, "Itu pantas karna anda menghina nona saya!" Ucapnya.

"Ouhh.. aku takut kalau kau membentak ku seperti itu, aku ketakutan sampai ingin mengadukan hal ini pada ayah ku. Mungkin saja kau akan di tendang keluar dari rumah ini."

"Iren!"

"Iya kakak." Ucap ku mengalihkan pandangan ku pada Willona.

"Emily orang ku, kalau kau punya masalah dengan ku selesaikan saja dengan ku tak perlu membawa orang lain."

Aku sedikit tertawa kecil mendengar ucapan Willona, "Ughh kakak ku itu tenyata orang yang bijak, tapi masalah ku dengan mu tak akan selesai sampai aku bisa menendang mu keluar dari rumah ini." Ak berucap sambil memaikan kuku jari tangan ku.

"Kenapa aku harus keluar dari rumah ini?"

"Kakak tanya kenapa? Tentu saja karna kakak tak layak untuk memakai marga De Vony, kakak juga gagal menjadi kakak yang baik untuk ku."

"Bukan kah selama ini aku sudah terlalu baik dengan kakak, memberikan semua yang ku miliki untuk kakak,kalau aku tak mau kakak akan merebut paksa hal itu dari ku bukan? Dan juga menuduh ku dan mengadukannya pada Ibu sehingga Ibu memarahi ku bahkan sampai memukul ku. Saat aku tau kakak mau mengambil tempat ku sebagai putri sah dan penerus sah keluarga ini aku sedikit marah kak, apa kakak tidak bisa merasa puas dengan apa yang kakak miliki sekarang? Tak perlu merebut hal yang seharusnya bukan menjadi milik kakak."

"Banyak yang harus kakak bayar untuk luka masa kecil ku."

"Kau pikir dengan mengancam ku seperti itu akan membuat ku mundur? Aku masih banyak cara untuk mengusir mu keluar adik ku."

aku menatap datar pada Willona yang menyeringai di hadapan ku.

"Baiklah kita liat siapa yang akan mendapatkan hak waris penerus keluarga ini, aku atau kakak." Ucap ku lalu bangkit dari duduk ku.

"Ah satu lagi, mungkin akan ada rumor yang akan mencoret nama baik mu kak, aku hanya akan bilang kalau itu bukan aku yang memulai, aku hanya memancing singa untuk menunjukan taringnya." Ucap ku lalu pergi meninggalkan Willona yang meneriaki nama ku untuk meminta penjelasan.

TBC

Mari kita tenang dulu di chapter ini,.. lalu mempersiapka hati untuk chapter selanjutnya.



I'm The Real Villainess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang