Lelaki bermata tajam itu melangkahkan kakinya menuju ruangan khusus dimana ia dan rekan-rekan kerjanya biasa berkumpul.
Tidak ada banyak orang di dalam sana, hanya dua orang yang menjadi sahabat dekatnya nampak tengah berdiskusi tentang banyaknya kasus baru yang dilimpahkan pada organisasi mereka.
Tanpa bersuara, lelaki itu menghampiri dua sahabatnya itu dan menempati kursi kosong di dekat mereka.
"Gue rasa kasus sepatu merah nggak bakal jatuh ke tangan kita, Gyeom. Lo tau sendiri tingkat kesulitannya masih re—"
"Kasus sepatu merah dialihin ke tim kita, dan lo berdua yang bakal nanganin." Lelaki itu menyela ucapan gadis dihadapannya.
Mendengar seseorang menginterupsi ucapannya, si gadis berponi dengan rambut sebahu itu sontak terkejut dan langsung menoleh ke sumber suara.
"Kebiasaan deh lo Jek kalo dateng gak pernah permisi dulu, hobi banget bikin kaget." Protesnya saat melihat lelaki bermata tajam yang disapa Jeka itu.
"Ini ruangan gue, apa perlu gue permisi sebelum masuk?"
Respon angkuh dari Jeka membuat gadis bernama Lisa itu berdecak sebal. Ia hendak melayangkan protesnya namun Yugyeom mendahuluinya.
"Maksud lo kasus sepatu merah dialihin ke tim kita apaan Jek? Bukannya kasus pabrik kina yang kita tanganin belum beres ya?"
"Gue yang bakal handle kasus pabrik kina, lo sama Lisa ambil alih kasus sepatu merah."
Yugyeom dan Lisa mengernyitkan dahi, bingung sekaligus tidak sepenuhnya menyetujui ucapan Jeka.
"Lo serius Jek? Kasus pabrik kina jauh lebih rumit, lebih baik kalo gue sama Lisa juga ikut turun tangan." Usul Yugyeom.
"Bener Jek, lagian kasus sepatu merah bisa kita beresin sekali investigasi. Abis itu kita sama-sama usut kasus pabrik kina. Setau gue tim khusus dari kepolisian belum ada titik temu, tandanya kasus itu emang lebih rumit dari biasanya." Lisa menimpali.
Jeka tersenyum miring, "Lo berdua lupa gue ace sekaligus leader disini?"
"Gue lebih tau apa yang harus dilakuin, jadi lo berdua cukup fokus sama apa yang gue perintahin." Lanjutnya yang kemudian meninggalkan ruangan tanpa mendengar respon dari dua rekannya, tipikal seorang Jeon Jeka.
Setelah Jeka pergi begitu saja, Lisa menatap Yugyeom bingung dan lelaki itu hanya balas mengendikkan bahu, sama bingungnya dengan dia.
Satu hal yang mereka pahami, Jeka dan kata-katanya tak pernah bisa dibantah. Ketua tim sekaligus rekan kerja mereka selama sepuluh tahun itu terlalu keras kepala dan mendominasi, sulit untuk membantah titahnya.
Lagipula mereka tahu, setiap keputusan dan tindakan yang Jeka ambil tak pernah salah. Lelaki itu adalah ace dalam tim yang selalu berhasil menyelesaikan semua tugasnya dengan sempurna.
Oleh karena itu, pada akhirnya semua orang akan menuruti apa yang Jeka perintahkan.
Sementara Yugyeom dan Lisa mulai mencari informasi mengenai kasus sepatu merah, Jeka kini berada di dalam mobilnya. Lelaki itu hendak menemui seseorang yang bisa memberinya akses untuk turun tangan langsung dalam kasus pabrik kina.
Posisinya saat ini hanya memungkinkan Jeka untuk mengusut kasus secara sembunyi-sembunyi, ia harus menemui seseorang yang bisa memberikannya akses lebih.
Jadi disinilah Jeka sekarang, di ruangan salah satu petinggi Kepolisian Pusat Seoul. Lelaki itu disambut dengan ramah oleh pria berpangkat komisaris jendral yang kini berada tepat dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist • Ft. 97L
Fanfiction▪ If we can't have our happy ending, then should we become antagonist? ▪ Disclaimer : • Alur cerita merupakan fiksi dari pikiran penulis • Gambar dan lagu pendukung yang digunakan dalam lagu ini bukan sepenuhnya milik penulis • Kpop idol sebagai nam...