1. ke(putus)an(ノ_・。)

946 100 47
                                    


Junghwan selalu suka suasana pagi, saat belum terlalu banyak manusia bangun dari tidur mereka. Anginnya segar menyejukan, tidak ada suara berisik kendaraan saling bersahutan, bahkan dia bisa mendengar suara alam samar-samar disekitarnya jika dia betul-betul mau menajamkan pendengarannya.

Meskipun tidak jarang, gerutuan muncul setiap tangannya meraba-raba kasur untuk mencari sumber suara yang berhasil membangunkannya. Alarm yang selalu dia atur sebelum tidur betul-betul melakukan tugasnya dengan baik.

Hari ini tidak berbeda, beberapa detik berjuang mematikan alarm, Junghwan duduk dengan mata belum sepenuhnya terbuka, dia semakin menyipitkan matanya ketika cahaya matahari yang berhasil masuk melewati celah korden langsung menyerang matannya tanpa ampun.

Junghwan keluar dari selimutnya, berjalan kearah jendela dan membuka lebar kordennya, mempersilahkan cahaya matahari dengan leluasa masuk kedalam kamar. Dia berdiri disana sejenak, menatap jalan yang masih sepi, beberapa orang lewat mengejar jadwal hari mereka masing-masing, tapi sepagi ini jalan memang belum ramai.

Suara dering dari ponselnya menarik perhatiannya. Satu pesan muncul pada layar. Seutas senyum langsung tersungging dibibirnya. Dan ini adalah salah satu alasan Junghwan menyukai pagi. Pacarnya selalu bisa membuatnya tersenyum, hanya dengan sebuah pesan selamat pagi.












Yoon Jaehyuk.

Dia adalah tipe orang yang tidak pernah Junghwan pikir akan dia jadikan pacar. Kepribadiannya yang selalu menggampangkan segala hal, nakal, bawel, berantakan, semua hal dibuat bercanda, dimata Junghwan, Jaehyuk adalah definisi dari kekanak-kanakan -padahal Jaehyuk lebih tua dari Junghwan 1 tahun, tapi karena harus pindah sekolah, dia harus turun satu kelas dan bergabung dengan angkatan Junghwan-

Kurang lebih sudah enam tahun lamanya dia mengenal Jaehyuk. Dua tahun berteman sampai akhirnya entah bagaimana tiba-tiba saja Jaehyuk sudah nempel dan mengikutinya kemana-mana, tidak ada pernyataan 'aku suka kamu' atau pertanyaan 'kamu mau jadi pacarku?'. Junghwan hanya ingat, empat tahun lalu, tanggal 24 april, setelah mereka selesai makan ice cream di kedai bang Mashi, Jaehyuk tiba-tiba menggandeng tangannya kemudian berkata. 'Julali, mulai sekarang kamu sama aku terus ya, jangan kemana-mana. Jangan deket-deket sama orang lain juga, nanti aku sedih.' Dan setelah itu Junghwan selalu menganggap 24 april adalah tanggal dia dan Jaehyuk resmi pacaran.

Julali.

Memang begitu Jaehyuk selalu memanggilnya. Di hari pertama mereka bertemu saat Jaehyuk pindah ke sekolahnya. Jaehyuk sudah ngotot memanggilnya Julali, walaupun Junghwan selalu menolak dan marah, tapi hal itu tidak pernah membuat Jaehyuk berhenti memanggilnya Julali, yang ada dia malah semakin gencar mengganggunya, sampai akhirnya Junghwan pasrah. Oh dan Jaehyuk juga memastikan hanya dirinya yang bisa memanggil Junghwan begitu, yang lain tidak boleh.

Junghwan sebenarnya sudah berusaha sekeras mungkin menghindari Jaehyuk. Karena jujur dia tidak ingin berurusan dengan orang sepertinya. Apesnya, dari sekian banyak bangku yang ada di kelas. Jaehyuk bersikeras duduk bersama Junghwan, dia bahkan minta tukar bangku dengan Yedam. Teman asli sebangku Junghwan, dia masih ingat betul ketika tiba-tiba Jaehyuk duduk di sebelahnya.

"Kamu ngapain?"

Jaehyuk tidak menoleh, masih fokus entah bermain game apa di ponselnya. Yang terdengar hanya bunyi bugh-bugh-bugh dan fire-fire, "Bentar ya, Julali. Nanggung." Lalu terdengar beberapa tembakan kemudian suara berat dari ponselnya, berseru 'Game over', barulah Jaehyuk menoleh, menatap Junghwan jahil, "aku duduk dong."

"Tempat duduk ini punya Yedam." Kata Junghwan.

"Masa? Tuh si Yedam duduk sama Juno."

"Ya iyalah, orang bangku dia kamu dudukin." Jelas Junghwan.

Ke(putus)anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang