Bagian 9

33 22 1
                                    

Dina, Carla dan Salsa beranjak dari tempat duduknya, kemudian berjalan menuju keluar Caffe. Namun, langkah mereka bertiga terhenti secara tiba-tiba karena ada seorang laki-laki memanggil Dina.

"Dina," panggil Rangga. Dina menoleh ke arah Rangga dengan ekspresi bingung.

"Iya kenapa semut rang-rang?" tanya Dina

"Mau ke mana?" tanya Rangga.

"Mau ke pelaminan, ikut nggak? Ya mau pulanglah cuy,"celetuk Dina.

"Gue ikut ya," cengir Rangga.

"Ikut Dina pulang ke rumah? Mau ngapain?" Dina menaikkan alisnya heran.

"Maksudnya anterin gue pulang, boleh ya Din," bujuk Rangga.

"Ogah, lu bau tanah!" ketus Dina.

Dina melanjutkan jalannya yang sempat terhenti diiringi dengan kedua sahabatnya di sampingnya.

"Ck,,, pelit banget sih," decak Rangga.

"Udah sore, biarin dia pulang," jawab Danu santai.

"Iya juga sih, secara Dina kan cewek nggak baik kalo pulangnya maghrib,"

"Nah itu." ujar Danu.

Di parkiran Dina berpamitan dengan kedua sahabatnya. setelah itu dia masuk ke dalam mobil, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.

~~~

Sesampainya dia di rumah, Dina memasukkan mobilnya ke dalam garasi terlebih dahulu. Setelah itu, dia turun dari mobil lalu membuka pintu rumah. Ketika Dina masuk rumah dia langsung menerima ceramahan dari Novi kakak keduanya yang kesal dengan Dina, lantaran Dina meninggalkannya di rumah berdua bersama Didit.

"Dina kamu dari mana saja, kenapa baru pulang? Kak Dini aja udah pulang dari tadi terus kenapa kamu baru pulang Din, jawab kakak. Kamu itu cewek kalo keluar rumah jangan lama-lama apalagi perginya sendirian, kalo kamu kenapa-kenapa gimana? Kita juga yang disalahin ayah sama ibu, kita juga yang repot dek," celoteh Novi dengan satu tarikan nafas tanpa memberikan Dina kesempatan sedikitpun untuk menjawab.

"Kamu dengerin kakak nggak sih, kalo denger jawab kakak ngomong," lanjut Novi.

Baru saja Dina membuka mulutnya  ingin menjawab Novi berbicara lagi.

"Terus kenapa tadi nggak bangunin kita kalo mau keluar? Jawab Din kenapa diem saja, kamu dengerin kakak apa nggak sih." omel Novi.

Dina memutar bola matanya jengah dengan semua omelan Novi, sementara Didit dan Dini melongo mendengarkan ceramahnya Novi tersebut.

"Jawab dek," ujar Novi lagi.

"Terus sekarang Dina mau jawab yang mana kak? Dari tadi Dina mau jawab perkataan kakak nggak jadi-jadi, terus kalo dijawab juga nanti dibilang ngelawan, ngebantah omongan kakak serba salah tahu," Dina balik ngomelin Novi.

"Ini akak sama adik sama aja, sama-sama cerewetnya minta ampun," sahut Didit.

"Novi juga ceramahnya kurang panjang," celetuk Dini.

"Ya maaf," cengir Novi sembari mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.

"Udah ah, Dina mau mandi. Bang Didit nanti Dina mau pinjem mobilnya lagi ya,"

"Mau ke mana?" tanya Didit.

"Nganterin seragam sekolah sama peralatan sekolahnya Nadine and Adika." Dina memberikan kunci mobil kepada Didit lalu berjalan menaikki tangga menuju ke kamarnya.

Skip.

Dina sudah siap untuk pergi ke rumah oomnya, dia menuruni tangga dengan santai, di bawah Dina celingak-celinguk mencari ketiga saudaranya tersebut hingga akhirnya matanya berhenti tepat di ruang keluarga. Dina tersenyum manis melihat ketiga saudaranya yang sedang menonton televisi, meskipun Novi dan Didit sedang berdebat seperti biasanya namun hal itulah yang membuat rumahnya semakin ramai.

About Together (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang