Bagian 16

32 18 0
                                    


Di depan gerbang sekolahnya, Dina berpamitan kepada ketiga saudaranya itu tidak lupa pula ia bersalaman terlebih dahulu sebelum turun dari mobil. Dina merasa lega karena mereka tidak pernah menyadari jika ada bekas luka kecil di tangannya itu.
Dina berjalan di koridor dengan santai, ia berjalan dengan tersenyum manis sambil menjawab sapaan-sapaan dari anak-anak yang berada di sana. Dengan tersenyum manis Dina berjalan memasukki kelasnya, seperti biasa tidak lupa ia mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum masuk kelas.

"Assalamualaikum, sayang-sayangku," Dina semangat.

"Waalaikumsalam," jawab seisi kelas kompak.

"Wahh, makin kompak aja sih,"
Dina berjalan menuju ke kursinya kemudian ia mendaratkan bokongnya dengan santai.

"Iya dong." jawab seisi kelas kembali dengan sangat kompak.

Setelah itu teman-teman sekelasnya sibuk bercanda tawa bareng  dan Dina  melihat ke sekeliling kelas sambil senyum-senyum sendiri, ia senang melihat teman-temannya tertawa bahagia. Sementara Salsa dan Carla  kebingungan ketika melihat  Dina senyum-senyum sendiri seperti orang gila itu.

Ketika Dina asyik melihat ke sekeliling kelas, tanpa sengaja manik mata Dina bertemu dengan manik mata Danu, dengan cepat Dina memutuskan kontak mata mereka.

"Dina kenapa lu? Pagi-pagi dah kek orang gila senyum-senyum sendiri gitu," tegur Carla sambil menepuk pelan pundak Dina.

"Iya, kenapa sih Din?" tanya Salsa penasaran.

"Anu," cengir Dina.

"Anu apaan sih?" geram Carla.

"Nggak, nggak ada apa-apa, cuma lagi ngebayangin aja gimana rasanya kalo kalian berdua jadi babu Dina," ucap Dina ngasal.

"Nggak ada akhlak lu ya." ucap keduanya kompak.

Sementara Dina tertawa melihat ekspresi kedua sahabatnya yang kesal , menurutnya sangat lucu setiap melihat kedua sahabatnya kesal seperti itu.

Kring,,kringg,,

Tidak lama kemudian bel tanda mulainya jam pelajaran pun berbunyi, teman-teman sekelasnya langsung duduk ke bangku masing-masing.

Seorang lelaki paruh baya masuk ke dalam kelas dengan membawa beberapa buku ditangannya. Setelah itu Dina dan teman-teman sekelasnya mengucapkan salam dengan kompak kepada Pak Teguh selaku guru Bahasa Inggris mereka dan dibalas Pak Teguh dengan ekspresi datar. Pak Teguh yang sering di panggil dengan sebutan Sir Teguh oleh siswa-siswi SMA Cempaka itu adalah guru kiler yang paling di takuti di sekolahnya tersebut.

Mereka mendengarkan materi dengan seksama dan teliti. Namun tidak dengan Dina, ia tidak fokus belajar sebab ia menahan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya.
Tidak ada yang tahu akan hal itu karena Dina tidak menunjukkan jika ia sedang menahan rasa sakit di kepalanya itu. Ia tetap berusaha memahami dan fokus ke arah depan

Kringg,,,kringg,,,kringg,,

Bel menandakan istirahat berbunyi dengan nyaring, suatu kebanggaan bagi siswa-siswi SMA Cempaka. Seperti biasa siswa-siswi langsung berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang kosong ke kantin.
Dina dkk beserta Danu dkk berjalan keluar kelas, namun ketika sudah berada di luar kelas Dina dan Danu berjalan ke arah Kantor sementara itu sahabat-sahabat mereka berjalan ke arah kantin.

Dina dan Danu ingat bahwa mereka berdua di suruh bu Sari untuk ke ruang bk di jam istirahat hari ini. Mereka berdua sudah menduga bahwa mereka akan mendapatkan hukuman karena sudah bolos pelajaran kemarin.

About Together (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang