Bagian 27

25 10 0
                                    

"Yang namanya cabe sekolah itu dia tidak akan pernah merasakan bahwa dirinya lah yang salah, cabe kok teriak cabe"


~Dina anti cabe-cabean club


Kringg,,kringg,,,

Bel tanda istirahat pun berbunyi, siswa-siswi berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin, begitu pula dengan Dina dkk dan Danu dkk. Mereka berenam berjalan dengan santai menuju ke kantin, banyak pasang mata melihat kagum ke arah mereka berenam.

Mereka memandang cogan sekolah dan cecan sekolah bergabung, tak jarang ada siswa-siswi yang memuji mereka, namun ada juga yang menghina mereka terutama Dina. Banyak siswi yang iri karena Dina bisa dekat dengan Danu, si kulkas dua pintu idola mereka.

Dina dan teman-temannya tidak menghiraukan semua perkataan yang mereka lontarkan, menurut mereka selagi itu tidak kelewatan mereka fine-fine saja. Sesampainya di kantin Dina beserta kelima temannya mencari kursi yang kosong untuk diduduki. Setelah mereka menemukan tempat duduk, seperti biasa mereka duduk berhadap-hadapan, Dina berhadapan dengan Danu, begitupula dengan teman-temannya.

"Guyss, gimana kalo tempat duduk ini khusus untuk kita saja, orang lain dilarang duduk di sini, biar nggak usah capek-capek cari tempat duduk lagi," celoteh Carla.

"Iya nih, biar kek di novel-novel juga gitu," sambung Salsa.

Mendengar perkataan Salsa dan Carla, Dina berdiri dari tempat duduknya terus menghadap ke seluruh penjuru kantin. Danu dan yang lainnya melihat ke arah Dina dengan ekspresi kebingungan.

Beberapa menit kemudian secara tiba-tiba Dina berteriak dengan menggunakan suara toanya tersebut.

"Pengumuman-pengumuman, untuk seluruh siswa-siswi yang berada di sini mohon untuk perhatiannya. Mulai detik ini, menit ini, jam ini, hingga seterusnya kursi yang kami duduki sekarang jangan ada yang berani-beraninya menduduki kursi di sini oke, karena kursi ini sudah menjadi hak milik kami. Terima kasih!" teriak Dina dengan suaranya yang menggelegar di seluruh penjuru kantin.

Setelah mengumumkan hal tersebut Dina kembali duduk di tempatnya, kemudian tersenyum manis ke arah teman-temannya, sedangkan teman-temannya hanya bengong mencoba menetralkan apa yang barusan terjadi.

Di sisi lain, Alia dkk tidak terima mendengar perkataan Dina barusan.

"Iss, apaan sih, kek nih kantin punya bokap dia aja main seenaknya gitu," celetuk Alia.

"Biarin aja kali, bilang aja kalian iri, 'kan sama Dina?" sahut salah satu siswi yang mendengar celoteh Alia dkk.

Setelah makanan yang mereka pesan sampai, Dina dan teman-temannya menikmati makanannya dengan santai. Hanya ada keheningan diantara mereka, namun beberapa menit kemudian Rangga membuka suaranya.

"Din, lu kok berani bilang gitu ke seluruh siswa-siswi?" tanya Rangga.

"Iya, emang ini sekolah punya bapak lu apa seenaknya gitu?" celetuk Aciel.

"Berisik, sekolah ini milik ayah gue," ucap Dina yang membuat Danu dkk tercengang.

Mereka tidak percaya dengan perkataan Dina barusan, mereka pikir Dina hanya bercanda.

"Jangan bercanda deh," ucap Rangga.

"Kalo nggak percaya, tanya aja Salsa sama Carla," ucap Dina santai sembari menyeruput es tehnya.

Danu yang mendengar hal tersebut hanya diam, dia tidak menyangka ternyata sekolah ini milik orang tuanya Dina, tapi Dina menutupi semuanya tidak seperti anak-anak pada umumnya. Jika anak-anak lain biasanya akan berkoar tentang hal seperti ini.

Rangga dan Aciel menoleh ke arah Salsa dan Carla ingin meminta penjelasan dari mereka.

"Iya, sekolah ini milik ayahnya Dina, tapi Dina meminta kami berdua untuk merahasiakan tentang hal ini," Salsa menjelaskan seakan tahu apa yang diinginkan Rangga dan Aciel.

"Dan mulai sekarang, kalian juga harus merahasiakannya," tegas Dina.

"Siap komandan." Rangga dan Aciel hormat kepada Dina.

Mereka pun melanjutkan makan, karena sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Selesai makan mereka langsung beranjak dari tempat duduk mereka, mereka berjalan menuju ke kelas. Ketika di perjalanan menuju ke kelas, Dina menyuruh teman-temannya untuk ke kelas duluan saja.

"Guyss, kalian duluan aja ya. Dina mau ke toilet kebelet hehe," cengir Dina.

"Yaudah sana, mau ditemenin nggak?" tanya Carla.

"Nggak usah, kalian duluan aja. Gue bisa sendirian."

"Lu emang gitu ya Din," ucap Rangga.

"Gitu gimana?" tanya Dina bingung.

"Kadang pake lu-gue, kadang aku-kamu, kadang pake nama doang," jelas Rangga.

"Bodo ah, suka-suka gue, bye mau ke toilet." Dina sedikit berlari menuju ke toilet karena sudah kebelet untuk buang air kecil, sementara teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya saja melihat kepergian Dina.

~~~

"Ughh, legaa," ucap Dina.

Namun ketika Dina ingin keluar, ternyata pintunya terkunci dari luar. Dina berusaha membuka pintunya, namun tidak bisa. Dari luar terdengar tawa puas seseorang, Dina  mendengar tawa tersebut sambil berpikir, Dina merasa tidak asing dengan tawa tersebut.

About Together (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang