CHAPTER 2

111 21 14
                                    

Mengetahui bahwa keadaan sudah benar-benar aman, mereka pun bergegas turun dari mobil dengan tetap pada posisi siaga satu sama lainnya.

Cello dan Nave memanfaatkan waktu untuk bergegas membuka bagasi dan membawa dua ransel berisi senjata, amunisi, dan stok makanan untuk bekal mereka diperjalanan. Ah tidak, sepertinya hanya stok makanan dari Cello dan Nave.

"Kapal yang mana yang akan kita bawa?" tanya Kyra.

"Memangnya kalian sudah menentukan tujuannya?" imbuh Viena.

"Distrik Pusat. Dari semua Distrik, Cuma Distrik Pusat yang belum ada berita kekacauannya. Bahkan para Pejabat yang ku dengar melarikan diri kesana," jawab Lena. "dasar serakah," lanjut ia bergumam.

"Ayah gua juga nyuruh gua sama Nave buat ke Distrik Pusat," dukung Cello.

"Ikut saya," ajak Viena tiba-tiba, sejenak Cello dan Lena saling tatap seolah memikirkan hal yang sama. Namun setelahnya Cello mengangguk dan mengikuti Viena disusul dengan Kyra dan Nave yang berjalan dibelakang mereka.

"Lu ga curiga?" bisik Lena kepada Cello. Bukannya menjawab, Cello justru mengendikkan bahu sambil menatap Lena kemudian dialihkan pada Viena.

Mereka terus berjalan mengikuti arahan dari Viena dengan tetap berjaga-jaga jika kalau ada zombie yang menyerang mereka.

Viena mengajak mereka ke arah jembatan yang dimana dibawahnya terparkir manis sebuah speed boat yang siap untuk dikendarai.

"Kita bisa pakai ini," ucap Viena kaku, masih saja begitu. Pikir Lena.

"Lu yakin?" tanya Lena memastikan dan diangguki oleh Viena mantap, "Alasan lu ngajak kita pakai speed boat ini apa? Masih banyak kapal lain yang lebih besar dari pada ini. Dan lagi, bukannya kau baru tiba dari arah sini juga?" cerca Lena dengan nada curiganya.

Dengan arogan, Viena bersedekap dada dan menatap mereka satu persatu kemudian kembali lagi kepada Lena.

"Kapal mana yang bisa kau jamin terbebas dari zombie?" timpal Viena dan membuat Lena kehabisan kata.

Benar juga. Kapal yang terlihat masih berfungsi tanpa lecet bagian luar semuanya memiliki kabin tertutup. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa di dalamnya terdapat zombie yang bersemayam. Pemikiran yang lugas.

Andai saja bukan karena handphone Viena ingin ia ambil kembali, ia tidak akan sudi untuk menumpangi manusia penuh kecurigaan seperti ini. Namun tidak dapat ia sangkal, bahwasanya berkat mereka pula ia masih bisa bernafas sebagai manusia hingga sekarang ini.

Dan lagi, ada suatu tanggung jawab baru yang ia dapatkan lebih cepat dari yang ia kira.

Falshback on

"Keparat! Hosh hoshh.. ahk!"

Setelah berhasil melawan dan kabur dari zombie-zombie gila itu, kia berlari tak tentu arah dan tak sengaja kakinya terjerembab karena kondisi tanah yang longsor dan mengakibatkannya jatuh ke arah sungai dekat jembatan.

Alhasil, zombie-zombie tersebut tidak bisa menemukannya. Karena untungnya, ia jatuh tepat diatas bow speed boat. Walaupun ia merasakan perih pada sikunya yang terantuk dataran padat, ia tidak sempat mengeluh. Ia memiliki ide cemerlang untuk menyembunyikan speed boat itu untuk ia pakai saat dibutuhkan.

Kini ia harus naik kembali merebut kembali benda penting yang harus ia jaga.

Smartphone-nya.. ia baru menyadari bahwa benda pipih itu sudah tak berada di sakunya.

"Aaahh sial! Kenapa juga harus jatuh disaat-saat seperti ini," gerutunya.

Mau tak mau, ia mengamankan speed boat yang sudah ia claim sebagai miliknya beberapa saat yang lalu.

DEAZ ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang