CHAPTER 11

50 7 9
                                    

"Lari!!!"

/Dor!! /Dorr!!

"grrrhh grrrhh!!!!"

Seluruh Camp hancur, trauma yang pernah ada kini muncul kembali. Orang orang berlari kesana kemari untuk menyelamatkan diri mereka dari virus tak manusiawi yang sudah mulai menginfeksi sebagian dari penghuni camp.

Viena and the team masih ada dirumah. Mereka berlima mempersiapkan kepergian mereka dengan tergesa gesa.

Setelah dirasa siap, mereka kemudian bersiap keluar dan bertarung dengan zombie-zombie diluar sana.

Dengan senjata andalan mereka masing masing. Mereka berlima membunuh zombie zombie yang menghalangi jalan mereka dengan saling melindungi satu sama lain.

"Cello! Bawa Nave sama Lena ke tempat tujuan pertama. Jalur deket gudang sana masih sepi jauh dari titik kacau," ucap Viena sambil mengarahkan teropongnya di jendela kamarnya.

"Gua bakal jemput Kyra-"

"NO!" potong Cello, Lena, dan Nave kompak. "Terlalu bahaya pergi sendiri, kita pergi bareng-bareng," imbuh Lena.

"Tck! Ga akan! Kyra udah ada di samping blok. Tu anak pasti lagi sembunyi di samping gazebo. GADA WAKTU!" Viena berseru sambil bergantian memperhatikan ponsel dan teropongnya dan menyerahkan kedua benda itu pada Cello dan Lena.

Viena melenggang turun kebawah dan menghampiri Kyra di dekat gazebo rumah paling sudut depan. Menyabet satu zombie dengan katana andalannya karena ia tak akan mengundang zombie lain mendekat jika ia menggunakan pistol.

"KYRA!"

Sedangkan di sisi lain, Lena dan Nave masih tercengang atas apa yang berada ditangannya, ah tidak. Dia merasa kagum dengan Viena dan Cello yang benar-benar mempersiapkan semuanya. Menurut penjelasan Cello, ia dan Viena sengaja menyambungkan GPS kelimanya untuk memantau bila mana kedepannya bakal terpisah karena keadaan sulit.

Dan benar adanya, Kyra tertolong karena GPS itu dan sekarang sudah melambai kepada ketiganya di lantai dua untuk cepat turun dan kabur sesuai rencana.

Namun Cello masih bergeming dan teropongnya masih memantau titik tujuannya. "SH*TTT!"

"Kenapa Cell? Ayo cepat turun kita udah ditungguin Viena sama Kyra di bawah," ucap Lena sembari menyatukan semua perlengkapan dan memakai ransel untuknya kepunggung dan membawa satunya untuk Viena.

"Kita ga bisa ke deket gudang timur. Ada beberapa zombie yang sudah menyerang tentara yang mau berlindung dalam gudang itu!" seru Cello setengah meremas rompinya.

Lena tampak berpikir dan sedetik dan matanya membulat binar dan merebut teropong dari tangan Cello dan mengawasi suatu titik di sudut sana. Nave? Makin pias dengan keadaan ini hanya bisa diam.

Sedangkan Viena dan Kyra yang kebingungan kenapa mereka masih bergeming dengan Cello masih setia dengan teropong itu, namun dengan kode aman yang diberikan Lena dari Jendela itu membuatnya ikut bergeming hingga sedetik kemudian ketiganya turun menghampiri Viena dan Kyra.

"Gua ada jalan rahasia yang mungkin cuma Nave yang pernah liat. Trust me!" ucapnya penuh semangat kemudian diangguki oleh semuanya.

Viena kembali membuka gerbang sekaligus mental mereka untuk berhadapan dengan makhluk gila yang sudah tak mereka sapa sejak lima bulan terakhir.

"Jalur ini kemungkinan besar akan mempertemukan kita sama beberapa zombie di pertengahan jalan disekitar bangunan kontemporer dekat gapura sana. Tapi untuk tempat tujuan yang gua maksud gua jamin susah dijamah orang," ucap Lena yakin.

"Waspada! Saling melindungi satu sama lain!" peringat Viena.

Posisi mereka Viena dan Lena di depan berdampingan. Lena sebagai penunjuk jalan dan Viena yang siap siaga menghadang zombie yang akan mereka temui sewaktu waktu.

DEAZ ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang