14

49 12 10
                                    

/DOR!

Satu tembakan lolos tepat di samping kaki kirinya. Dapat Althair perkirakan peluru itu meleset 1 cm dari ujung sepatunya. Althairo berbalik menatap kebelakangnya tepatnya pada lantai tiga sebuah gedung tak berpenghuni dan mendapati seorang pria dengan snippernya.

Pria misterius itu menunjuk matanya dengan kedua jarinya lalu menunjuk sebuah ranjau yang berada tepat di depan Althairo.

Althairo hanya mengangguk paham sekaligus menyampaikan rasa terimakasih pada pria yang baru saja menolongnya walaupun dengan cara ekstrem. Althair bergeming hingga Pria yang berperawakan tak jauh beda dengannya kini berjalan santai menuju ke arahnya.

"Jalan pake, bukan hati," cibir pria itu kepada Althairo.

/Pletak!

Satu jitakan berhasil keluar dengan lancar tanpa ada kendala sedikitpun dari tangan Althair tepat dikepala pria tersebut.

"Ditolongin bukannya makasih malah ngasih jitakan! Tau gitu gua biarin aja lu nginjak ranjau. Senjata makan tuan," protes berbasis ngoceh dari pria itu tak diindahkan sang empu.

Sepertia biasanya, wajah Althairo tetap dengan wajah datarnya. Seakan nyawanya beberapa saat lalu tidak diambang kematian saja.

Tapi sedetik kemudian gerakan tiba-tibanya disertai suara desisan dan tangan kanan yang siap menojok yang membuat pria tadi reflek berjengit dan siap kabur sebelum mengetahui bahwa itu hanya candaan. Terbukti tangan Althair sekarang ini menggantung di udara.

Yang dituju pun lantas menyengir kda sabil menunjukkan kedua jarinya yang berbentuk huruf "V" kepada Althairo dan sudah menatapnya malas.

"Jadi gimana?"

"Ikut gua!"

"Gimana? Masih sakit?" tanya Lena khawatir karena melihat ekspresi Viena yang tadi benar-benar mengalami sakit kepala.

"Udah baikan," jawab Viena sambil tersenyum ke arah Lena dan yang lainnya.

"Oiya kok bisa sih kalian ketemu? Dimana?" tanya Kyra kepo.

"Ya tadi pas mau ambil mobil di sana ternyata ada banyak zombie di gedungnya. Gua kira cuma dikit ternyata di dalem sana bahkan di lantai dua banyak anjir. Untung aja ada dia gatau dateng dari mana,"

"Dateng dari langit kali. Ganteng gitu kek muka Dewa-"

/Pletak!

"Yak! Waeyooooo?!" pekik Nave karena cello menjitak kepalanya karena sudah nyeletuk hal-hal ga berbobot.

"Wae wae aya aya wae? Hoh? Lagian ngadi-ngadi banget lu jubaedah," ucap Lena sambil cekikikan menikmati pergelutan dua kakak beradik ini bersama Kyra yang tengah membereskan peralatannya tadi.

"Hooh. Sempet-sempetnya," imbuh Cello.

"Eh, kalian denger ga?" kali ini Viena yang nyeletuk saat keempat temannya kembali bercengkrama ringan.

"Paan?" sahut Cello.

"Suara tembakan? Tapi samar, masa kalian ga denger sih?" ucap Viena.

"Buset lurr, telinga lu peka amat," ucap Lena dengan matanya yang membulat kaget.

"Ya kan emang yang paling kuat indra pendengarannya Viena. Lu aja pada budeg," ucap Kyra.

"Iyain deh budeg," ucap Nave, Lena, dan Cello bersamaan menyindir Kyra.

"Njir."

"Tapi Kok Althair ga balik-balik sih?" tanya Viena sambil melihat ujung gang yang di lalui Althair tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEAZ ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang