CHAPTER 5

73 16 13
                                    

"Gak salah itu orangnya Cell?" tanya Viena, Cello menggelengkan "kenapa?" tanya Cello balik dan Viena hanya menggeleng sebagai balasan dari pertanyaan Cello.

"Sok atuh gaskeun!" ajak Lena sambil berjalan mendahului mereka. Sepertinya ia yang paling semangat mengikuti pelatihan ini. Mengingat dia sudah tak lama beraktivitas sebagai Polwan, otot-ototnya sudah kaku dan tangannya sudah gatal memegang pistol dan kawan-kawannya.

"Permisi.." ujar Cello sesopan mungkin menyapa tentara yang kemarin memanggilnya itu.

"Kamu datang juga rupanya, saya kira kamu tidak akan mengabaikannya. Dilihat dari sisi manapun, yaa wajahmu memang anak bandel," sindir tentara itu sambil tersenyum.

"Pffthhh," Nave berusaha keras menahan tawanya.

"Saya juga tidak tahu kenapa saya datang kesini. Sepertinya karena saya yang bandel ini menuruti perintah si Loreng berpangkat seratus sepuluh ribu yang hobi nyinyir kayak mak emak di kompleks taman indah," sindiran balik Cello dengan mulut pedis level sepuluh ribunya itu berhasil melunturkan senyum tentara yang kini berhadapan dengannya.

'Wah anak ini,' ucap tentara itu dalam hati.

Karena tidak ingin harga dirinya jatuh begitu saja ia tertawa receh dan berdehem serta membusungkan dada memperlihatkan aura berwibawanya yang dimana hal ini sudah tidak ada pengaruhnya untuk Cello.

"Okey, perkenalkan saya Kapten Vino, yang-"

"Oh, baru Kapten toh.." potong Cello sambil memasang wajah tengil khasnya yang kemudian disenggol oleh Viena dari belakang berniat memperingatinya juga melalui tatapan untuk menerapkan sopan santun dihadapan tentara yang dimana menurut Viena juga terlihat menyebalkan. Tapi tetap saja, sopan santun harus ada dalam keadaannya ini.

"Saya Kapten Vino yang akan mengawasi kalian selama kalian berlatih, saya juga yang bertanggung jawab atas pelatihan senjata ini" jelas kapten Vino. Seolah tidak menganggap Cello memotong ucapannya tadi. Sungguh menguras kesabarannya juga ternyata.

"Dan saya ingin kalian menyebut nama kalian, dimulai dari kamu yang pendek." Lanjut Kapten Vino sambil menunjuk Cello dengan senyuman mengejeknya.

Nave ketawa gak? Ya jangan ditanya lagi. Nave sudah tertawa terbahak-bahak sambil memukuli bahu Lena yang juga tergelak.

"Pfthhh Pendek." Ledek Nave.

'OASEM!' batin Cello.

"Cello"

"Nave"

"Alena"

"Viena"

Kapten Vino yang sejujurnya sejak tadi sudah salah fokus dengan keberadaan Viena kian tertegun atas nama yang tersebutkan tadi. Seulas senyuman tipis terukir dibibirnya, namun sangking tipisnya bahkan tidak ada yang menyadari bahwa Kapten Vino sedang tersenyum.

"Tidak bisakah kalian menyebutkan nama lengkap, tidak hanya ada kalian saja disini."

"Tidak."

Bukan. Bukan Cello kali ini yang menjawab. Tapi Viena. "Tanpa menyebutkan nama lengkap, kalian juga sudah tahu identitas kami," imbuh Viena datar namun tersirat akan banyak makna.

"Lagi pula, apakah otak Kapten Vino bisa menghafal seluruh nama lengkap yang ada di lapangan ini? Saya rasa Kapten juga hanya akan menyebutkan nama panggilan kami saja saat menegur kami nantinya."

/JLEBB

Kata demi kata yang Viena Lontarkan sukses memukul telak Kapten Vino. Dan disisinya, Nave, Lena, dan Cello bersorak ria dalam hati masing-masing dan tak lupa memasang wajah mengejek untuk Kapten Vino.

DEAZ ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang