Lala kini berjalan menuju ke parkiran. Ia bersenandung kecil ketika melewati koridor sekolah yang masih ramai karena belum pulang sekolah baru saja berbunyi. Seringkali ia tersenyum ramah saat beberapa murid menyapanya. Sampainya di parkiran, ia menoleh ke arah seorang laki-laki yang duduk di jok motor sport hita. bersama ke lima sahabatnya.
Lala tersenyum lebar. "Gio." teriaknya sambil berlari menuju kekasihnya.
Gio menoleh ke sumber suara, begitu pula dengan teman-temannya. Mereka sudah menduga yang baru saja memanggil nama Gio adalah Lala. Suara Lala yang masih cempreng adalah ciri khasnya, sehingga seorang lebih mudah mengenalinya, walau belum melihat wajahnya.
"Woi La ati-ati, nanti lo ja-" teriakan yang belum sempat Jaka lanjutkan terhenti ketika Lala yang sudah tersungkur di tanah.
Bruk
"Aaa... huwaa bundaa sakit." tangis Lala keras sehingga beberapa siswa menoleh ke arahnya sambil tertawa.
"Haha, apa gue bilang lo pasti jatuh, La." timpal Jaka sambil tertawa keras.
Mereka berenam berjalan ke arah Lala sambil tertawa, Rafa yang termasuk pendiam bahkan ikut tertawa walaupun pelan.
Lala meniup lututnya yang berdarah. Air matanya mengalir deras membasahi pipi gembulnya. "Hiks hiks, Gio sakit." rengek Lala saat Gio berjongkok didepannya.
"Sini berdiri."
Leon mengulurkan tangannya, dengan cepat Gio menepis tangan Leon. "Bu bos ayo berdiri."
Lala menggeleng. "Nggak mau, sakit." jeritnya.
"Nggak usah teriak, gue udah tau kalo itu sakit." kesal Gio.
"Makanya La, nggak usah lari." ujar Darren yang masih terkekeh kecil
"Berdiri aja, La." titah Rafa
Lala menggelengkan kepalanya, Ia menoleh ke beberapa siswa yang berada di sekelilingnya tengah menatapnya sembari tertawa. "Nggak mau, Lala malu hiks." ujar Lala menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.
"Nggak usah malu kali La, bisanya lo juga malu-maluin." ujar Arven sembari mengejek.
Gio berdecak kesal. "Kalo lo disini terus, lo makin dilihatin."
"Nggak mau aaa..." terik Lala saat tubuhnya diangkat tiba-tiba oleh Gio.
Gio menoleh ke arah Rafa. "Raf, gue pinjem kunci mobil lo!" ucapnya yang dibalas lemparan kunci mobil oleh Rafa.
Diantara mereka berenam yang kerap membawa mobil ke sekolah adalah Rafa. Rafa adalah anak dari pengusaha tambang terbesar di Kalimantan. Kedua orang tuanya sibuk mengurus bisnisnya, sehingga mereka mengabaikan Rafa yang hidup seorang diri di Jakarta.
Gio melempar balik kunci motornya. "Thanks, lo bawa motor gue aja, nih!"
Gio memasukan Lala ke dalam mobil milik Rafa. Setelah Lala masuk kedalam mobil kini tinggal Gio yang masuk Gio yang lewat pintu sampingnya dan menjalankan mobil Rafa.
Lala mengelus lututnya yang berdarah. "Gio sakit."
"Ngapain tadi lari-lari?"
"Tadi pengin peluk Gio hiks."
Gio mengusap air mata Lala mengunakan tisu. "Nggak usah nangis bisa? Mau diobati sekarang atau di rumah?"
Lala menoleh ke arah Gio. Tentu saja Ia takan mau jika Gio yang mengobatinya karena jika Ia maka akan semakin sakit."Rumah aja! Lala mau bunda! Gio jahat!" Gio mengangguk saja terserah gadisnya mau mengumpat sebanyak apa.
••••
Kini Lala bersama Gio sampai di rumah berlantai 3 milik Firman. Rumah bercat putih yang dikelilingi beberapa pepohonan membuat suasana rumah nampak asri dan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOLA
Teen Fiction⚠Budayakan menfollow sebelum membaca!! GIOLA PINDAH KE KUBACA!! Hubungan dua remaja yang mempunyai sifat saling bertolak belakang. Lala gadis polos yang menjalin hubungan dengan Gio ketua geng montor yang mempunyai banyak musuh. Di bangku SMA adala...