Part 2

24.6K 2.1K 26
                                    

Posisi baca kalian saat ini?

••••

Hari ini adalah hari senin dimana Lala harus berangkat sekolah setelah 2 minggu rebahan di rumah di karenakan libur kenaikan kelas.

Saat ini Lala bersama Gio sedang di hukum oleh Bu Arum selaku guru BK mereka. Mereka berangkat pukul setengah 9 pagi dikarenakan ulah gadisnya yang bangun kesiangan. Padahal Naya sudah berusaha membangunkan anaknya namun Lala sulit dibangunkan sehingga Gio lah yang berhasil membangunkan Lala.

Berdiri  dibawah teriak matahari tanpa diperbolehkan bergerak.Itulah hukumannya.

Upacara bendera yang diadakan hari ini pun telah selesai, sehingga lapangan upacara nampak sepi.

"Gio panas." keluh Lala sembari mengipaskan wajahnya dengan kedua tangan. Sungguh wajahnya terasa panas sekali, ia juga takut jika wajahnya menjadi hitam karena terik matahari.

Gio menoleh ke arah samping dan menatap Lala malas. "Salah lo bangun siang." balas Gio menyalahkan Lala. Jika gadis itu tidak malas, tentunya mereka tidak akan terlambat seperti ini.

Kesal, satu kata yang menggambarkan perasaan Gio saat ini. Bagaimana tidak, pukul 4 pagi, Mira sudah membangunkannya. Wanita itu, menyuruh Gio untuk datang lebih awal ke rumah Lala. Namun dengan seenaknya gadisnya sangat susah dibangunkan.

"Ihh, kan tadi Lala juga bangun jam 7 biasanya kan jam 10 lebih." ujar Lala dengan wajah polos. Tak lupa ia menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil.

Gio mendengus kasar, bagaimana bisa ia menyukai cewe polos seperti Lala ini. Padahal di luar sana banyak sekali wanita yang mengejar-ejar dirinya yang tampan ini.
"Itukan pas lo libur. Sekarang kan udah sekolah, Bego!" ucap Gio sambil menoyor dahi Lala.

Lala yang belum siap pun limbung dan terjatuh di lapangan dengan tubuh yang mengenaskan.

Bruk

"Eh."

"Huaa Gio sakit!" jerit Lala karena pantatnya berciuman dengan lantai lapangan upacara. Matanya telah berkaca-kaca dan ia akan segara menangis.

Gio menatap ke arah Lala yang terjatuh, padahal niat awalnya ingin mendorong kepala gadis itu pelan, tapi kenapa malah tubuh Lala yang terjatuh, sebenarnya ada rasa kasihan di hatinya tapi iya berhasil menutupinya. "Dih manja." cibir Gio sambil menahan tawanya.

Lala memajukan bibirnya seraya menahan isakan tangis. "Gio bantuiin Lala ih!" ucap Lala sembari merentangkan kedua tangannya agar ditarik oleh Gio.

Gio menghela nafasnya pelan. "Sini bangun." ujaran Gio lalu menarik tangan Lala, sehingga Lala bisa berdiri tegak dan melanjutkan hukuman mereka.

Satu jam berlalu kini Lala sudah merasakan dirinya lelah dan lemas. Beberapa kali iya sedikit limbung namun masih bisa di tahan oleh Gio.

Lelaki itu selalu siap siaga untuk menjaga dirinya yang lemah ini. Lala menatap wajah tampan kekasihnya. "Gio, Lala cape ih!" ucap Lala lirih.

Beberapa kali Lala mengusap keringat yang telah bercucuran di wajahnya. Ia rasa tubuhnya sudah basah seperti sedang mandi.

"Mau duduk dulu?" tanya Gio khawatir.

Lala menggelengkan kepalanya pelan. "Nanti kalo ada guru yang liat gimana?"

Dari arah koridor terdapat guru yang mendekati mereka. "Gio, Lala hukuman kalian sudah selesai, silahkan kalian menuju kelas." ujar Bu Arum yang tadi pagi menghukum mereka.

Ya, bu Arum merupakan guru BK di SMA Pandawa. Iya sering kali menghukum anak-anak yang terlambat yaitu anak-anak yang tidak menaati peraturan. Beruntung kali ini Gio dan Lala di hukum satu jam berdiri di lapangan karena Bisanya bu Arum menyuruh murid yang tidak taat aturan untuk membersihkan seluruh toilet di sekolah ini.

Tentu saja Gio pernah mengalami itu, iya bersama ke lima sahabatnya pernah membersihkan seluruh toilet di sekolah ini. Tetapi bisanya mereka melakukan nego agar tidak mendapat hukuman ini.

"Mau ke UKS?" tanya Gio seraya menatap wajah cantik kekasihnya itu.

Lala menggeleng lemah. "Nggak deh Lala mau makan aja."

Mungkin kalau Lala tidak di hukum bersama Gio dia tidak akan sekuat ini. Biasanya baru saja 10 atau 20 menit iya sudah pingsan. Namun berkat Gio iya tidak pingsan hanya saja merasa lemas saja.

Gio menarik tangan Lala dengan lembut. "Ya udah ayo."

Mereka berjalan ke arah kantin ya masih sepi cuma ada beberapa murid yang memang membolos untuk pergi ke kantin. Murid lainnya masih berada di dalam kelas, walaupun sebenar lagi bel istirahat akan berbunyi. Sampingnya di kantin mereka memesan bakso serta es teh manis.

••••

Setelah menunggu beberapa menit pesanan mereka pun datang. "Ini mas Gio pesanannya." ujar ibu Mumun seraya meletakan persenan mereka di meja.

"Makasih bu." ujar Gio ramah.

Gio menyodorkan semangkuk bakso serta satu gelas es teh. "Nih makan." suruhnya kepada Lala

"Gio,"

Gio menghentikan acara makan baksonya. "Kenapa? ini juga kenapa nggak di makan?" tanyanya, karena melihat makanan Lala masih utuh.

"Lala lupa nggak bawa uang. Bunda juga nggak naruh uang di kantong." adu Lala dengan wajah sedih.

Sebelum libur semester, sebelum Lala berangkat sekolah Naya selalu rutin menaruh uang saku seragamnya, karena gadis itu sering sekali melupakan uangnya itu.

Gio mengangkat satu alisnya. "Terus?"

"Nanti bayarnya gimana? Lala kan nggak punya uang." balas Lala cemberut.

"Ngutang lah."

Lala menggeleng keras. Menghutang adalah perbuatan dosa dan Naya tidak memperbolehkannya menghutang ke orang lain.

"Nggak mau, kata bunda kalo Lala nggak boleh ngutang." tolak Lala cepat.

Gio terkekeh gemas. "Kalo nggak mau ngutang, nanti lo cuci piring di belakang."

"Ihh, Lala kan nggak bisa cuci piring. Nanti malah piringnya pecah sem-" belum sempat Lala melanjutkan ucapannya Gio telah memotongnya.

Gio menghembuskan nafasnya lelah, ingin sekali ia menyumpal mulut Lala yang cerewet ini. Namun, tentu saja ia urung kan, karena akhirnya Lala pasti akan menangis histeris. "Lo pikir gue bakal biarin lo lakuin itu hm? Gue disini buat apa sih La? Jelas dong gue yang bakal bayarin makanan lo, mau lo bawa uang ataupun nggak!" tanyanya sedikit kesal.

Sudah di jemur selama satu jam tanpa beristirahat dan kini, saat beristirahat Gio harus menghadapi sifat lemot yang Lala miliki.

"Besok-besok kalo lo masih bahas soal duit gue jadiin pembantu sekalian!"

Lala terkekeh, Ia mengelus tangan Gio. "Oh iya, kok Lala bisa lupa si, Gio kan mesin uang Lala yah hehe." ujar Lala lalu menyantap bakso di depannya

Sekarang ia bisa menikmati basko itu dengan sangat tenang.

"Gio susunya Lala mana?!" teriak Lala, karena susu kotak yang biasanya tersedia di dalam tasnya pun tidak ada. Padahal setiap harinya harus ada susu kotak yang tersedia.

Gio menjatuhkan kepalanya di meja, rasanya lelah sekali menghadapi gadis manja ini, tetapi apa daya ia sangat mencintai Lala.

_______

VOTE AND KOMEN!!!

SEE YOU NEXT PART!!!

GIOLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang