"Pagii bapak rekan~"
"Tumben lu telat, mimpiin gue ya semalem? ADADADADAW SAKIT– ANJIR GIT–"
Pierre mengelus-elus pundaknya yang terkena cubitan maut jemari lentik Ginandhita Fadira, rekan siarannya hari ini.
Pukul enam lima puluh pagi, kedua remaja itu tengah berada di ruang penyiaran sekolah. Bersiap untuk program pagi yang dipunggawai oleh Gita, Selamat Pagi Garuda.
"Lagian lu gue bangun pagi dikata corporae slave, bangun siang dikata kebo. Emang paling bener gue bangun rumah tangga ama Yesaya Abraham tau gak? Duh gila ye calon masa depan gue tuh cakepnya ampe ke tulang-tulang❤️❤️❤️"
"Ninuninu baek baek lu jomblo seumur idup kebanyakan halu" sahut Pierre
"Yee gabisa liat orang seneng ya lo? Gara-gara elo nih gue telat, roti bakar coklat keju tidak pakai kacang pinggirnya garing margarinnya dikit aja?" gadis itu mengeluarkan bungkusan kertas minyak berisi 2 potong roti bakar pesanan Pierre
"Wihhhh sedep nih. Makasi Gita, jadi makin sayang hehe" layaknya mayoritas makhluk hidup, Pierre juga lupa dunia kalo udah ada makanan di depan mata
Pemuda itu mengeluarkan uang sepuluh ribuan lecek dari dompetnya yg dan meggesernya ke hadapan Gita, sembari berucap "Kembaliannya ambil aja"
Gita hanya melempar tatapan horror, karena jelas-jelas duitnya ngepas. Ia hanya menghela napas dan meminum susu kedelai yang dibawanya
.
"Hiyaaahhhh emang ada kalanya kita kalo merjuangin sesuatu kudu realistis. Bukan begitu saudari Gita?" Suara Pierre mengudara diseluruh penjuru sekolah
Gita yang sudah kode 'jangan dilempar ke gue, lo selesai gue langsung play lagu', namun emang dasar setiap siaran sama Pierre selalu menguji kesabarannya.
Dengan tatapan ‘meninggal lo abis ini’, Gita memupuk kembali semangatnya
"Ol Korrect mas Pierre, maka dengan ini ingatlah pepatan pernah berkata 'sambel bawang sambel bawang, dimakannya pake beras kencur.."
"Caaakeeepppp" sahut Pierre bersemangat
"..berjuang sih berjuang, tapi kalo udah gak dihargain masa ga mundur?"
Terdengar selebrasi Pierre di latar belakang, sebelum akhirnya Gita melanjutkan "102,8 Garuda FM. Terimakasih sudah menemani pagi kita hari ini dan yang udah berkirim pesan juga meski rada rada ngaco ya inbox Garuda FM hari ini, semoga pesannya tersampaikan yaa."
Pierre mengambil alih "Gita dan Pierre pamit. Stay positive, sampai ketemu lagi minggu depan dan Selamat Pagi Garuda! Bye-byee!!"
Intro lagu Hanif Andarevi yang berjudul Candu Sampai Ke Nadi mengalun di seluruh koridor SMA Garuda. Menandai berakhirnya sesi siaran pagi dari kedua remaja itu.
Gita meregangkan tubuhnya sementara Pierre membereskan kekacauan saat mereka siaran tadi. Si gadis Fadira itu melirik arlojinya, pukul 09.30 pagi
"Sarapan yuk, gue mendadak beem ketoprak pak haji deh" ajaknya
"Kantin ajasih. Jauh lagi ini jalannya kalo ke pak haji" sahut Pierre sembari merapikan posisi headset dan kursinya
"Namanya juga beem. Ayo sih, gue traktir es dawetnya deh" Pierre terlihat menimang dengan keras "Ngga dulu deh git, mager sumpah. Kantin aja udah. Balik sekolah gue temenin dah"
"Ihhh gue beemnya sekarang, lu gimana dah"
"Yodah sendiri ajalah lu. Ntar kalo ditanyain guru, gue sepikin berak deh"
"Ck gaasik lo" sebelum Pierre sempat membalas, Gita sudah menyambar tasnya dan berniat pergi keluar dari ruang siaran "Bukan gitu, Git! Gita–"
"Baru abis haha hihi siaran, udah gelud aja?" Langkah Gita terhenti, sama terkejutnya dengan Pierre yang kebingungan melihat ada sosok asing di ruangan mereka
"Elo?"
"Ganteng. Nih, ketoprak kan? Sepaket sama estehnya. Limabelas ribu. Telat sehari kena bunga 10%, senin harga naik" jawaban itu sukses membuat Gita terkekeh
Pierre berdehem mengerti, pemuda Diwangsa itu menyambar tasnya sembari pura-pura mengeluh "Yaaah Sat, gue maunya es dawet!"
"Banyak maunya lo, udah dibeliin juga" Satria Pangisthu, menaruh bungkusan yang ia bawa ke atas meja
"Sekarang jadi gue nih yang beem es dawet. Git gue duluan, kuncinya lo bawa dulu aja. Byeee" secepat kilat Pierre keluar dari ruang siaran, mengira bahwa Gita tak akan sadar bahwa ia baru saja main mata dengan sangat ambigu kepada Satria dan pemuda itu cuma haha hehe menanggapinya
Sepeninggal Pierre, keheningan menjalari kedua remaja itu dan Gita paling benci suasana seperti ini jadi as always selalu gadis itu yang mengambil langkah pertama
"Kalo lo kesini biar bisa kabur dari razia rambut, monmaap nih jujur aja sogokannya kurang banyak" canda Gita sambil kembali duduk di kursinya
"Bukannya rok lo yang lebih sabi buat kena razia? Gue calling Raina nih biar sama-sama kita. Gue pitak, lo compang camping" balas Satria sambil mengeluarkan ponselnya
Gadis itu terkekeh sambil mengangkat kedua tangannya "Ampun bang jago"
Keduanya tersenyum. Saling menatap. Kemudian beralih pandang satu sama lain. Seperti yang sudah-sudah.
*intro candu sampai ke nadi
bermain di latar belakang*
*btw ini yesaya abraham gais
dia aktor muda indonesyah❤️❤️
mo ngayal dulu deh kalo versi
live actionnya Satria kudu yesaya
yang meranin wqwqwq*