Sita mendecak sebal untuk kesekian kalinya. Pasalnya udah 3 kali ia pesan ojol, dan tiga-tiganya di cancel secara sepihak
Bukan perkara ia harus panas panasan menunggu ojolnya datang, tidak. Justru ngebolang sudah jadi makanan sehari-harinya. Cuman masalahnya hari ini ia latihan paskib ditiadakan dan itu surga banget buat dia karna jarang-jarang dia bisa santai santai di rumah.
Seolah memang dunia berkonspirasi tak membiarkannya cepet cepet pulang, dua tamu tak diundang tiba-tiba menghampirinya. Dari seragam yang udah dia hafal banget dari sekolah mana
"Laisita ya?"
Enggan menyahut, Sita memalingkan pandangannya.
"Gausah munafik gitu. Kita mau kenalan doang kok"
"Cantik sih, tapi sombong amat"
Lagi lagi Sita tak berkenan menanggapi dua siswa SMA Erlangga itu. Kali ini ia benar-benar ketakutan. Pasalnya tak satu dua kali ia dihampiri oleh dua orang ini, dan hari ini firasatnya benar-benar buruk
"Ikut kita yuk"
Sita reflek mundur selangkah saat salah satu orang itu mencoba meraih tangannya dari dalam mobil avanza hitam itu
"Enggak, gue ada latihan abis ini"
"Gak lama kok, ntar kita anter balik. Yuk?"
"Sorry, lain kali aja ya. Gue buru-buru. Dah"
Sita tersentak saat salah satu dari pemuda itu turun dari mobil dan mencengkram tangannya. Sita coba melawan tapi apalah daya tanganya sudah dicengkram erat
"Lepasin!!"
"Kenapa panik gitu sih? Kita gak bakal ngapa-ngapain lo kali"
"Sumpah lepasin!! Gue gak mau!!" Perlawanan Sita sepertinya sia-sia, karna pemuda itu malah menyeretnya masuk kedalam mobil itu
"Sita!"
Sebuah motor ninja yang cukup familiar untuknya menepi didepan avanza hitam milik kedua orang itu. Mata Sita membulat sempurna saat orang itu melepas helm fullfacenya
"Rizal.."
"Sorry tadi urusan dulu di sekre. Lama ya nunggunya?" Rizal sedikit mendongak karena posisi Sita berada diatas terotoar yang cukup tinggi
"..." Sita tak mengucapkan sepatah katapun karena ia pun sebenarnya terkejut kenapa Rizal bisa tiba-tiba ada disini
"Keringetan gini, dibilangin tunggu di lobby aja tadi" Rizal menyeka tetesan keringat yang mengucur tipis dari kening Sita
Lelaki itu menoleh kearah siswa SMA Erlangga yang masih mencengkram tangan Sita tersebut. "Ada urusan apa ya bang sama pacar gue?"
Deg. Sita tertegun dengan apa yang baru saja Rizal katakan.
"Pacar lo?"
"Oh sorry. Gue Rizal, pacarnya Sita" Rizal mengulurkan tangannya sembari tersenyum
Yang nampaknya enggan dijabat oleh pemuda dengan dasi bergaris tiga itu, sebaliknya cengkramannya pada tangan Sita melemas dan akhirnya terlepas sendirinya
"Cuk, cabut" titah pemuda satunya yang sejak tadi berada didalam mobil dan tak lama kemudian mereka berdua pun pergi
"Lo gapapa?" Sita mengangguk, meskipun bahunya bergetar hebat menahan tangis
"Yuk, pulang" pemuda itu memasangkan helm fullfacenya pada Sita dan menaiki motornya
"Lo pake apa?" Tanya Sita karna Rizal hanya membawa satu helm, Rizal hanya tersenyum tipis
"Biar lo bisa nangis, tenang ga bakal ditilang kok. Gue lewat belakang perumahan. Naik buruan" Sita menuruti kata-kata Rizal dan naik ke jok belakang motor yang ia tau adalah motor yang Rizal selalu idam-idamkan sejak SMP
Meskipun Rizal menyuruhnya menangis sebebasnya, nyatanya Sita enggan melakukannya. Ia merasa lega karena Rizal meyelamatkannya, dan ia merasa konyol jika masih sedih saat ia tau ia akan baik-baik saja
"ZAL"
"APAAN"
"MAU KOPI CINCAU YANG DEKET SMP"
"HA??"
"KOPI CINCAAAU!"
"IYE DENGER, KENAPA TIBA TIBA PENGEN KOPI CINCAU??"
"PENGEN AJAA"
"YODAH NTAR MAMPIR"
Sita tersenyum simpul, ia juga tak mengerti kenapa ia mengatakan itu. Seolah tubuhnya bertindak diluar kendalinya
Seperti saat ini, ia mencengkram ujung kemeja Rizal erat. Entah untuk alasan apa.
kkwg©2020