"Semen, semen apa yang nyenengin?"
Ini senin pagi yang puanas pol dan Niko memilih mengawali hari dengan main tebak tebakan nggateli itu.
"Semen roda dua"
"Salah. Semen-jak ada dirimu teretet~"
"Dunia terasa indahnya. Semenjak kau ada disini, ku mampu melupakannya" seolah tak ada kegiatan yang lebih bermanfaat untuk dilakukan, Afif malah memanfaatkan momen itu untuk duet mania dengan Samudra.
"Yee. Bernada dikit langsung nyanyi lo"
"Bengek diem. Panas ege, suara lo bikin emosi"
"Naah nasi nasi apa yang ga enak?"
"Nasi padang tapi abis diinjek Zoya"
"Mulut siapa itu?" Zoya menoleh dengan wajah horror yang siap ngegedik lambe Cahya yang asbun itu.
"Salah. Nasi-hat"
"Lucu lo begitu?" Komen Lila sembari kipas kipas dengan topi upacaranya.
"Gila ini pak Herman lama betul anjir. Berak dulu apa gimana si"
Diantara keluhan-keluhan yang keluar dari mulut satu persatu murid, ada dua insan yang daritadi sibuk uwu uwu di barisan belakang.
"Panas ga?"
"Engga kok, kan udah topian"
"Munduran dikit"
Windi memundurkan langkahnya mengikuti kata-kata Samudra. Semenjak confess waktu itu, dua remaja ini makin nempel bak lobang idung.
Samudra menegapkan tubuhnya yang ternyata bertujuan untuk menghalau sinar matahari agar tidak langsung mengenai tubuh Windi. Gadis yang akhirnya sadar dengan perlakuan Samudra itu hanya bisa tersenyum salting sembari menyembunyikan wajahnya dibalik topi.
Sementara tanpa sadar di sekelilingnya sudah ada puluhan entitas julid yang daritadi melirik tajam ke arah mereka dengan perasaan sebel.
"Ngomong ae iri cuk" ujar Haikal membuat Anye ingin sekali menyeleding pantatnya.
"Nyai lu ga bawa topi?"
Mel mengangkat bahunya tak acuh. "Udah kebal gue dihukum. Giliran bawa topi, rok gue yg kena razia. Kumaha ieu lah"
"Tenang nyai, ada gue ama Sita"
"Lah Sita ga paskiban?"
Gadis berambut panjang itu menyahut. "Off dulu, sekalian anak baru biar pada latian."
"Sekalinya ga nugas malah kaga bawa topi, parah Sit"
"Biasa pecian sih. Mana pernah gue paskiban pake topi" ujar Sita yang langsung diiyakan oleh Mel, kalau diingat ingat memang semua anggota paskib inti perempuan menggunakan topi paskibra yang mirip seperti peci.
"Ada temennya gue dihukum bareng" Caca ketawa sampai Rizal menepuk pundaknya.
"Dihukum pada bangga lu" ujarnya
"Laga maneh kaya bawa topi aja"
Rizal mengeluarkan topi yang sedikit lecek dari saku celananya dan tiba-tiba memakaikannya di kepala Sita.
"Loh Zal? Kamu gimana?"
Rizal atau yang lebih akrab disapa Jale itu meregangkan tubuhnya "Gampanglah, abis upacara gue mau cabut warkop juga. Ikut teu Ca?"
"Melanggar ngajak-ngajak lu. Ikut lah"
"Demek" akhirnya Caca dan Jale jadi saling tabok dengan Sita yang berusaha menengahi pertengkaran mereka.
Tanpa mereka sadari Mel hanya memutar bola matanya cuek sembari mengalihkan pandangannya, berusaha tak menghiraukan ketiga orang di depannya.
Sesak dalam hatinya menguar membuat ekspresi ketusnya menjadi sendu tertahan. Diam diam ia menyesal telah berada di lingkaran ini, mempertanyakan hal yang sudah ia tau jawabannya.
'Keberadaan gue bahkan bukan pilihan buat lo ya, Jal?'