◇◇◇
Gugup
Itu yang dirasakan seseorang bersurai coklat dengan gaya belah tengah, dan jangan lupakan pakaian sekolah yang masih menempel pada dirinya
Ini adalah hari terakhir ujian kelulusan, dan ketika selesai dia mendapat telepon dari ibunya jika dia diminta kerumah utama
Dan hari hari sebelumnya dilewati Urata dengan rumit, dia dan Sakata tidak lagi bertemu di bus, melainkan hanya mengirim pesan singkat, Sakata juga sepertinya sibuk, sibuk untuk ujian kenaikan kelas"Urata-San"
Urata menoleh
Ah
"Lon-San?" Ucapnya Urata
"Yap, ini aku, sahabat mu sewaktu sekolah dasar dulu, kau tak berubah yah, masih pendek seperti dulu hahahhaha"
Lon, wanita bersurai pirang itu ketawa sambil guling guling
Urata menatap malas Lon
"Jangan sebut aku begitu, ada apa kau dirumahku?" Tanya Urata
Mungkin terkesan sinis, tapi itu tidak masalah bagi Lon, wanita itu juga tau jika gaya bicara Urata memang terkesan begitu
"Aku juga tidak tau, waktu pulang dari ujian sekolah ibuku menelpon ku dan menyuruhku agar kerumah mu, dan dia bilang dia akan menyusul nanti" Lon duduk di soffa depan Urata
"Ah, Lon-San sudah datang" itu suara ibu Urata
Wanita berusia 46 tahun itu tampak anggun walau umur sudah menua, disampingnya ada sang suami a.k.a ayah Urata
"Ibu mu belum datang? Ada baiknya kalian kemeja makan dulu"
Urata menatap ibunya curiga, jika ada sesuatu yang berhubungan dengan meja makan maka artinya ada hal serius yang ingin dibicarakan
6 menit setelahnya ibu dan ayah Lon datang
"Wah, Urata-San masih tampan seperti biasanya ya" ibu Lon mengelus kepala Urata layaknya anak kecil
Pujian itu terdengae biasa saja bagi Urata, tapi beda lagi jika Sakata yang mengucapkannya
"Sudah sudah, ayo kita makan" ajak ayah Urata
◇◇◇
Hening
Tidak ada lagi bunyi garpu dan piring yang berdenting
Bahkan hewan malam juga tampak tak ingin berbunyi
Suasanya canggung, sangat.
Tepat setelah Urata mengenggam gelas berisi es jeruk hingga pecah yang membuat tangan nya berdarah
"Apa? Ayah hanya akan menjodohkan mu dengan Lon, lagipula kalian sahabat kan"
"Aku menolak" ucap Urata
Anak itu mengabaikan darah segar yang terus mengalir, emosi nya sedang buruk, sangat buruk
Lon menatap Urata penuh sesal
"U-urata San" Lon berdiri berniat menenangkan Urata
Tapi hal itu dia urungkan kala melihat Urata yang semakin menggenggam pecahan kaca dimana itu malah membuat tangannya semakin terluka
//readers ada yang mau nolong?//
"Maaf, selama aku masih memiliki sopan dan santun, aku menolak dengan halus walau tadinya ada sedikit gertakan"
Urata mengambil tas sekolahnya, memakai sepatu dan meninggalkan ruang makan yang terasa dingin, malah tambah dingin kala anak itu pergi
"Ada baiknya kita bahas perjodohan ini lain waktu" ujar ayah Lon
◇◇◇
KAMU SEDANG MEMBACA
just friend? [UraSaka]✔
Teen FictionRasa yang begitu menyakitkan Itu adalah rasa cinta pada seseorang yang seharusnya tidak kau cintai. Ini adalah kisah, kisah tentang hubungan terberat dalam persahabatan.