MAIN CAST : THISA. ANAKIN
ROMANCE.
CERITA HANYA FIKSI BIASA. JANGAN DITIRU! ANGGAP AJA DIUNIVER LAIN. BEDA DENGAN BUMI.
=======================================================
THISA POV.
Kumohon!
Akh... Kumohon!
Jangan sampai hal yang kutakutkan terjadi!!
Jangan... Jangan.... Jangan sampai garisnya mencapai dua. Aku belum percaya diri menjadi seorang ibu diumur belasan tahun.
Aku memandangi tespack ditangan kiri. Melihat serapan merah yang naik hingga mencapai titik tengah ketika air seniku sudah menyerap pada alat itu.
AKH!!!!
SATU GARIS.
Berhenti!!!
Jangan membentuk garis lain!
Aku berdoa dengan mulut yang bergerak pelan tanpa suara. Memegang perut dan menutup mulutku yang akhir – akhir merasa sering ingin muntah. Mata runcingku menatap maut kepada alat tespack yang kupegang, berharap jika dia takut dan berhenti pada satu garis yang membentuk.
Dengan nafas tertahan aku melihat jika ada satu garis yang memerah lebih terang. Samar membentuk garis lain disamping garis yang telah terbentuk.
AKHHHHHHHHH...
DUA GARIS...
AKU HAMIL...
SIALAN...
BUGH...
Aku menendang ember merah tak jauh dari kakiku. Merutuk pelan takut jika suaraku akan membuat penghuni rumah ini terbangun.
Jam 3 pagi aku mengendap ke dalam toilet demi menggunakan alat terkutuk ini, dan dia benar – benar terkutuk karena tidak mendengarkan perintahku agar tidak membentuk dua garis sehingga tidak membenarkan asumsiku jika aku HAMIL.
"AKH..."
Pelan teriakan itu teredam oleh kepalan tanganku yang membekap mulut. Aku melihat sekali lagi pada benda nista ditangan. Shit masih bergaris dua!!!! Apa aku perlu menghapusnya dengan penghapus?
"Pak Anakin...Bagaimana ini?"
Aku menaruh tespack kekantong baju tidurku. Membuka pintu kamar mandi dan sekali lagi mengendap pelan menuju kamarku yang berada dilantai atas. Aku melihat sekeliling dengan perasaan takut jika kakak dan adikku akan bangun entah untuk ke dapur atau malah kekamar mandi.
Fuh. Sepertinya aman – aman saja. Dengan bersemangat aku berlari kecil menaiki tangga dan langsung membuka pintu kamar kemudian mengambil smartphone yang berada diatas meja disamping ranjangku.
Hm, tunggu sebentar. Pak Anakin pasti sedang tertidur sekarang, dan dia selalu mensilent I-phonenya. Bukankah percuma saja jika aku menelfonnya sekarang? Ugh... Padahal Aku ingin bercerita. Aku bisa meledak jika menyimpannya sendiri.
Aku melihat nama dalam daftar kontak.
Prisila... Yah... Aku akan mencurahkan hatiku kepada Prisila saja. Dia satu – satunya yang mengerti tentang hidupku atau hidup kami. Mudahan dia masih terjaga atau mendengar panggilan masukku.
"Halo..." Seruan dari sana terdengar pelan dan lelah. Dia kedengaran merutuk pelan namun terpaksa mengangkatnya karena dia tahu jika aku yang menelfon. Prisila memang teman terbaikku.
"PRISILA!!!" Aku berteriak histeris.
"Thisa, jangan berteriak! Telingaku sakit."
Tak kuacuhkan gerutuannya. Masalahku lebih berat dari sekedar telinganya yang sakit. Kembali menarik nafas. Menyiapkan mental. Siap – siap bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Short-Story Collection [END]
RomanceRomance Light! Enjoy! Indonesia Langue! be Nice or Leave ^^!