Tisha POV
Mobil kami berhenti tepat didepan sebuah café dua lantai. Café yang membuatku gembira dan bersemangat.
Buru-buru aku membuka pintu mobil sebelum Pak Anakin membukakannya untukku. Aku keluar, berlari kecil dan berhenti tepat di depan pintu masuk.
Aku berdiri menatap kedalam café tersebut dengan mata berbinar bahagia. Berjingkrak – jingkrak kecil memekik pelan.
Pak Anakin menatapku dengan raut wajah yang bingung.
"Bapak kenapa tidak pernah bilang jika orangtua bapak membuka café es krim?" Aku menoleh menatap wajahnya. Dia mendongak mencoba mengingat – ngingat sesuatu.
"Sepertinya aku pernah mengatakannya padamu. Mungkin kau saja yang lupa sayang!" dia mengusap kepalaku dan aku meraih tangannya.
Menggeleng, mempoutedkan bibirku. "Tidak pernah! Bapak hanya mengatakan jika mereka membuka usaha café!"
Dia membulatkan bibirnya. Ugh!!! Bolehkah aku mencuri sebuah ciumannya? Dia terlihat sangat imut jika memasang tampang seperti itu. Wajah polos yang menggemaskan. Dengan bibir bulat dan pipi yang menggembung.
CHU~~~
Ah! Aku gila. Menciumnya tepat di depan café orang tuanya. Aku tidak peduli lagi, salahkan saja dia yang terlalu imut untuk seorang bapak-bapak.
"Ehem..."
Kami menoleh. Tampak pasangan memperhatikan kami. Lebih tepatnya memperhatikan diriku yang mengapit lengan Pak Anakin dengan erat. Yang wanita mendekati kami.
"Ibu." Pak Anakin membuka sebelah lengannya yang bebas, menanti pelukan dari wanita cantik yang dia panggil ibu.
WOW! Aku tak bisa mendeskripsikan seberapa cantiknya ibu pak Anakin dan.. Hm.. Sekarang aku mengerti kenapa pak Anakin masih tampak sangat muda dan menggemaskan diusianya yang sekarang.
Lihat saja kedua orang tuanya. Aku bahkan berasumsi jika mereka adalah saudara Pak Anakin alih – alih orangtuanya.
Mereka tampak sangat muda.
"Selamat datang Anakin..." Wanita cantik itu memeluk anaknya dengan hangat. Memberikan sebuah ciuman dipipi dan kemudian beralih menatapku.
Deg.
Deg.
Ayolah. Kenapa bisa aku segugup ini sekarang?
Aku membungkuk sopan. Hal yang paling jarang kulakukan mengingat sifatku yang sangat arogan.
"Selamat siang bu. Saya Tisha."
Wanita cantik itu tersenyum dan meraih tubuhku kedalam dekapannya.
Dia menyukaiku! Asik!
Pelukannya Hangat! Aku menyukainya. Sudah berapa lama aku tidak merasakan pelukan ibu seperti ini? Huks. Aku jadi rindu ibuku yang ada disurga.
"Selamat datang Tisha! Akhirnya Anakin membawamu bertemu kami."
Dia melepaskan pelukannya. Mendorong tubuhku agar dia bisa melihatku dengan lebih jelas dan lekat. Membelai rambut, dan membelai pipiku dengan punggung tangannya. Aku benar – benar merindukan ibuku.
"Saya juga sangat senang bertemu dengan anda...Er..." Aku terhenti, aku harus memanggilnya seperti apa?
"Ibu.. Kau bisa memanggilku Ibu. Dan itu Ayah. Gampangkan?"
Ibu pak Anakin menunjuk lelaki tampan yang masih setia berdiri menyilangkan tangan didada di depan pintu masuk. Aku membungkuk kepadanya dan dia hanya tersenyum. Mereka semua tampak ramah.... Tapi, apakah keramahan itu masih ada setelah kami memberitahukan kabar kehamilanku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Short-Story Collection [END]
RomanceRomance Light! Enjoy! Indonesia Langue! be Nice or Leave ^^!