THISA POV.
Bangun dipagi buta. Merasa perut bergejolak ingin muntah. Morning sick. Aku melangkah cepat keluar dari kamar. Menuruni tangga dengan sedikit pusing yang menyerang.
BLAM.
Menutup pintu. Aku memuntahkan lagi cairan lendir menjijikkan.
"Hiks..."
Jika menjadi seorang ibu seperti ini rasanya. Aku benar – benar menghormati seluruh wanita yang pernah melahirkan.
Morning sick sialan. Tubuhku menjadi sangat lemas sekarang, dan demi Tuhan ini semua akan kurasakan 3 bulan pertama kehamilanku.
"Pak Anakin... Huhuhuhu."
Aku menangis pelan, entah kenapa emosi ini menjadi sangat labil. Sebelum mengetahui jika aku hamil keadaanku tidak separah ini. Apakah kesadaran akan kehamilan yang menyebabkan semua perasaanku menjadi rumit? Jauh lebih rumit sebelum mengetahuinya!
Aku berdiri. Membasuh bibirku dengan air. Mengambil handuk kecil yang tergantung rapi berdasarkan kepemilikan.
Menatap wajahku yang terpancul dari kaca. Pucat dan JELEK!!!
Ugh!!!
Bagaimana jika Pak Anakin meninggalkanku???
.
.
.
Aku menekan tombol – tombol telfon rumah dengan kuat. Menunggu nada klasik membosankan.
Tidak dijawab.
Aku kembali mencoba. Meredialnya.
Mengetuk – ngetuk pinggiran meja dimana telfon itu ditempatkan. Melihat kedepan menonton acara tidak menarik dimana seorang gadis memeragakan gerakan dance erotis namun terlihat seperti badut kurang kerjaan.
Tik.
Akhirnya dia mengangkat telfonku
"Prisila..." Panggilku bersemangat.
"....."
Tidak ada jawaban.
"Prisila... Hari ini temani a-
"Akh...Ahhhh."
Oooo~~ Shit.
Apa dia mengangkat telfonku saat sedang melakukan seks?
Aku menutupnya tersentak. Merasakan wajahku yang memanas. Bagaimana bisa sahabatku itu begitu semborono mengangkat telfon saat... Er... Apa dia sengaja?
Dasar!!! Prisila!!! Dia begitu ceroboh. Aku harus mengingatkannya nanti.
Sekarang?
Aku melihat ruang tamu keluargaku. Banyak sekali benda – benda yang bisa dijadikan senjata Kak Austin. Ada asbak, Ada vas – vas bunga. Ada guci. Akh... Semua benda – benda berbahaya ini harus kusingkirkan sebelum Pak Anakin datang dan menjelaskan kehamilanku.
TAPI...
Tidak boleh lelah?
Lantas siapa yang bisa kumintai tolong untuk membantuku?
SUDAHLAH!
"Baby.. Kita pasti bisa!!"
Aku berbicara seperti orang gila mengelus permukaan perutku. Mengepalkan tangan dan mulai berdiri.
Well dari mana harus memulainya? Sepertinya harus menyingkirkan beberapa tongkat basball dan beberapa pedang imitasi yang terpajang di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Short-Story Collection [END]
RomanceRomance Light! Enjoy! Indonesia Langue! be Nice or Leave ^^!