Sudah tidak ada harapan! Aku kalah! Aku akan melompat sekarang.
Aku memandangi aliran sungai di bawah kakiku. Riaknya seakan memanggil-manggil namaku agar aku segera terjun dan tenggelam kemudian mati disana, mengambang menjadi mayat kaku membusuk yang menyedihkan.
Air mataku jatuh mengalir begitu saja dengan indah. Aku menyekanya namun percuma saja karena air mata baru akan muncul menggantikan air mata yang kuseka.
Rasanya sungguh sakit.
"Shit... Ugh... Sesak!"
Aku memukul-mukul dadaku. Rasa ini baru pertama kalinya kualami.
Aku terdengar konyol sekarang.
Aku bodoh!
Aku terlalu cengeng!
"AKU CEMBURU."
Aku menangis lagi. Untung saja jembatan ini jarang dilewati oleh pejalan kaki atau pengendara. Tidak akan ada yang menghalangi niatku untuk bunuh diri dengan terjun ke sungai. Tid-
"Kenapa kau belum melompat?"
Aku terlonjak.
"Noah?"
Dari mana dia datang? Kenapa aku tidak bisa merasakan kehadirannya? Apa karena kesedihanku, tingkat kesensitifanku melemah?
Terserahlah!
"Bukan urusanmu."
Aku kembali menatap sungai di bawah kakiku. Riaknya semakin besar. Airnya keruh dan semakin terlihat kotor. Bagaimana jika air tersebut menyentuh kulitku yang terawat? Aku tidak ingin mayatku terlihat dekil ketika ditemukan.
Aku merinding.
"Kenapa? Tidak jadi melompat? Kau sudah berdiri di sana hampir sejam lebih, Joshua."
Aku mendelik menatap Noah. Aku menunjuk wajahnya dengan telunjukku
"KAU!!!! Sebenarnya apa tujuanmu berada disini? Bukankah seharusnya kau mencegahku?"
Mataku kini tidak lagi terasa basah. Mungkin mengering akibat rasa amarahku karena kehadiran Noah yang merusak momen sedih dalam kisah cintaku.
"Ck, jangan berharap! Aku ingin merekam momen bunuh dirimu. Mengupload ke youtube dan mendapatkan view banyak agar menghasilkan uang!"
Aku menatapnya terperangah.
"APA?"
KEPARAT! TIDAK JADI!
Aku membatalkan niatku untuk bunuh diri. Aku lebih memilih mengerjar Noah dan menghantamnya dengan sepatuku.
"Sialan kau!" Aku berlari ke arahnya dengan mengacungkan tinjuku.
Noah dengan sigap menghindari pukulanku. Dia berlari semakin menjauh dariku, sial, tapi aku tidak akan kalah. Aku mengarahkan kemampuan maksimalku, mengejarnya dengan niat membunuh. Akan kujadikan dia sasak pelampiasan sakit hatiku pada Briana.
.
.
"Ouch..."
Noah mengaduh, luka di wajahnya yang diakibatkan oleh cakaranku membuat garis panjang mengerikan berwarna merah di sepanjang pipinya.
Aku tidak menyesal, aku merasa bangga bisa menyakitinya walau seharusnya berterima kasih padanya, karena berkat Noah yang rela kujadikan sasak pelampiasan amarah, kini dadaku tidak sesak. Aku bisa bernafas dengan baik dan benar.
Aku mengambil kotak P3K kecil dalam tasku. Menaruhnya di samping tubuh Noah dan mulai mengambil kapas dan menuangkan sedikit betadine.
Kutarik wajah Noah. Kuoleskan kapas tersebut dengan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Short-Story Collection [END]
RomanceRomance Light! Enjoy! Indonesia Langue! be Nice or Leave ^^!