12 >> R

2.3K 120 1
                                    

"Rayuan gue... Ga kena sama sekali ya?" Tanya Alan setelah menunggu lama sekali sampai Christine tidak menjawab.

"Bahahhaha, ya elah yang tadi itu rayuan? Gue malah ga ngerti tadi lu ngomong apa Alan!" Tawa Christine meledak setelah akhirnya mendengar maksud Alan. Lagian, Christine jengkel juga dan bingung mau menjawab apa untuk setiap pertanyaan aneh Alan.

Seperti, apa ayahmu seorang tentara? Tukang sepatu? Tukang kebun? Juragan minyak? Atlit panahan? Dan seterusnya. Padahal Christine yakin Alan tahu pekerjaan ayahnya Christine adalah pensiunan. Perusahaan sudah dikendalikan kakaknya, jadi untuk apa ayah bekerja?

Setelah pertanyaan tidak bermutu mengenai pekerjaan, Alan bicara berputar-putar padahal yang Christine tangkap hanyalah Alan ingin mengajaknya makan malam. Duh, apa semua cowok seperti ini dalam membuat cewek jatuh cinta? 'Berarti cowok tuh harus sekolah ngelawak dulu. Bahahhaa, bener-bener beda banget sama drama yang Mom tonton. Kisah gue ga ada menye-menyenya!' Sorak Christine bangga dalam hati.

"Yah.. Sedih bener gue." Alan terdengar seperti pura-pura sedih bagi Christine. Tapi sebenarnya memang Alan sedih, ketidakpekaan Christine sungguh membuatnya ingin terjun bebas saja.

"Eh eh... Udah ya teleponannya. Udah dua jem nih teleponan. Dann... sekarang udah tengah malam. Gue mau tidur." Pamit Christine. Alan hanya bisa menghembuskan nafas kesal. Tapi mau bagaimana lagi?

"Oke. Good night sweety..."

Sweety? Christine tidak pernah dipanggil seperti itu. Terasa menggelitik telinga, tapi ada juga rona merah yang merambat ke pipinya. Alan saja sudah cukup membuatnya tertawa dan bahagia. "Good night." Balas Christine yang sudah dapat dipastikan bermimpi indah malam ini.

***

Keesokannya, saking indahnya mimpi yang mengiringinya tidur, Christine sukses kesiangan. Segalanya dilakukan dengan kecepatan super sampai sarapan pun tidak sempat.

Masalahnya dia tidak mau telat di kelas dosen ter-killer. Bahkan dia sudah diwanti-wanti oleh teman dan kakak kelasnya. Sayangnya, saat dia keluar dari mobil jam sudah menunjukkan kalau dia telat lima menit.

Dan diperparah saat ada orang yang mencegatnya. Ingin sekali Christine memaki, tapi saat melihat Joey rasanya setiap katanya hilang. Wajah Joey yang datar dan tidak ada senyum sungguh membuat nyalinya ciut. Lebih baik Christine diamuk dosen ter-killer daripada menghadapi cowok di depannya.

"Semalem gue telepon napa ga jawab?" Tanya Joey penuh penekanan.

Christine mengingat-ingat apa yang dilakukannya semalam. Sehabis makan malam, dia mengerjakan tugas. Dilanjut dengan belajar, lalu..... "Ya ampun! Sorry gue lupa." Christine menepuk jidatnya dengan tangan yang bebas. Dia menghabiskan waktu lama untuk berteleponan sama Alan. Padahal dia sudah janji akan mengangkat telepon Joey. Christine terus memaki dirinya yang mendadak pikunan.

"Ga apa. Lu... Ke ulang tahun Jenni ga entar malem?" Tanya Joey yang mulai melunak.

Christine kembali mengingat-ingat tanggal berapa sekarang dan tanggal Jennifer, adiknya Joey, ulang tahun. "Oh astaga! Kenapa lu ga bilang ultahnya hari ini?!" Pekiknya tanpa sadar. Entah bagaimana, Christine seperti lupa dengan semua hal. Apa yang terjadi padanya? 'Masa iya teleponan bisa bikin demensia? Ah serem bener.'

"Semalam justru gue mau bilang! Dan lu ga bisa dihubungi!" Bentak Joey pelan. Dia malas memberi hiburan di parkiran seperti ini. Satpam ada di pojokan, tidak lucu kalau dia sampai diseret.

"So-sorry..." Christine tahu dia memang salah. "Jam? Di?" Tanya Christine cepat. Dia harus menebus kesalahannya.

"Rumah. Cuma acara sekeluarga. Jenni cuma ngundang lu dan ... Pacarnya. Kalian termasuk hitungan istimewa, walau gue ngerasa acara keluarga saja harusnya cukup."

"Wow... Gue tersanjung."

Christine sepertinya tidak mendengar semua kata-kata Joey. Buktinya dia sibuk mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk Jenni, ucapan selamat ulang tahun dengan berbagai macam wishes.

"Dateng ga?" Tanya Joey sambil mengintip ponsel Christine. Dalam hati, dia hanya bisa geleng-geleng dengan wishes tersebut. Masa menggunakan kata-kata kedokteran?

Selamat mengulang satu tahun yang baru dengan memendeknya ujung telpmer, adiknya Joey. Semoga pertukaran oksigen dan karbondioksida terus berlanjut dan tidak mendapat infeksi, trauma, ataupun masalah psikis. Semoga satu tahun ke depan, seroronin dalam otak kamu semakin banyak. Oh by the way, langgeng terus ya sama pacar. Jangan koitus duluan, periksa dulu pacar kamu udah disirkumsisi belum untuk pencegahan penyebaran Clamydia sp. Oke? Sampai ketemu nanti malam ya!

Selesai pesan diketik, Joey langsung menggetok kepala cantik Christine. "Sakit! Apaan sih Jo?!"

"Jangan racunin adek gue dengan kata-kata vulgar kedokteran!"

"Heh! Lu ngintip aja. Lagian ga ada yang vulgar di kedokteran tau!"

"Masa? Kalau gitu mau kita praktekin?" Tanya Joey yang berniat mengerjai Christine. Lucunya, Christine hanya mengerjapkan matanya bingung. Joey berdecak sebal. "Lupain! Jadi enat malem udah pasti dateng kan?"

"Dateng. Tapi..."

"Tapi apa?"

Christine yakin dia ada janji nanti malam. Tapi dia lupa janji apa. Beroikir membuat kepalanya sakit, dan sampai akhirnya Christine mau menyerah, sebuah nama langsung terlewat. Bukan nama saja, tapi orangnya juga lewat.

"Damn! Gue lupa ada janji sama Alan!"

"Batalin?" Joey memberi solusi.

"Ga bisa gitu dong." Tolak Christine mentah-mentah.

"Jadi? Lu ga bakal dateng ke ultah Jenni?"

"Aduhh.. Gimana ya?"

Dilema. Christine ingin sekali hadir ke undangan Jenni, bahkan undangan yang sangat spesial itu. Walau memang setiap tahun, Christine tidak pernah absen hadir tapi bukan berarti itu alasan untuk tidak hadir tahun ini. Lalu Alan? Masa iya dia seenaknya membatalkan ajakan Alan untuk makan malam setelah diiyakan dengan begitu yakin semalam?

Christine sudah merapalkan doa, meminta Sang Pencipta untuk membantunya memilih mana yang harus dia lakukan. Tapi sebelum mendapat jawaban, teriakan Joey membuat Christine harus menutup telinga. "Lan! Entar malam, Christine ada acara di rumah gue. Undangan spesial keluarga gue buat dia. Acara lu lain hari aja!" Teriak Joey sampai Alan yang berjarak dua puluh meter mendengarnya.

"JOEY!" Tegur Christine marah. Bukan karena seenaknya membuat batal janji, tapi juga karena telinganya sakit.

Joey segera menarik tangan Christine ke arah mobilnya. "Beres! Sekarang, ikut gue."

Haaahhh?

"Woi! Gue ada kelas!"

"Makanya hp dibuka. Sir Wayan ga ngajar hari ini, bahkan anak-anak kedokteran seangkatan lu semua pada libur."

WHAT?! Jadi kenapa Christine terburu-buru tadi pagi???!

ChristineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang