3 : Takdir yang Berpapasan

130 84 134
                                    

Alexa dan Vina berjalan berdua sambil memegang botol air mineral ditangan mereka masing-masing. Alexa dan Vina baru saja selesai makan dari kantin, karena keadaan kantin penuh sesak membuat mereka berdua risih dan lebih memilih berjalan santai di koridor kelas.

"Gimana kabar mamih, Al?" tanya Vina.

"Mamih baik kok, meskipun kadang gue tau dia sering nangis mikirin papih terus," sahut Alexa dengan wajah sedihnya.

Hanya Vina yang melebihi arti sahabat, untuk itu Alexa bisa sedikit terbuka dengan keadaan keluarganya. Karena semenjak papihnya masuk penjara, hanya Vina seorang yang tidak meninggalkan dirinya sendirian, sedangkan temannya yang lain pergi meninggalkan dirinya dan menghina keluarganya.

"Jangan sedih Al, lo harus semangat buat nguatin mamih biar nggak jatuh."

Vina berusaha menyemangati Alexa karena ia sangat tahu seberapa besar beban yang dihadapi Alexa.

Terkadang, Vina merasa heran bagaimana bisa Alexa bisa melewati hari-harinya dengan tenang. Tapi meskipun Alexa memperlihatkan sisi kuatnya didepan, Vina tahu betul bahwa hati Alexa sangat hancur.

"Vin, lo percayakan kalau papih nggak ngelakuin korupsi?" pertanyaan Alexa membuat Vina tersenyum tipis.

"Gue pernah bilangkan kalau gue nggak percaya papih melakukan hal itu. Al, apa menurut lo ini nggak aneh, papih ditangkap beberapa bulan setelah di angkat menjadi ketua partai."

"Gue juga mikir gitu, apa ada seseorang yang menjebak papih ya?"

"Apa kita coba selidikin aja Al? gue bakalan bantu dengan orang-orang gue," ujar Vina.

"Kayanya kita harus selidikin deh, btw makasih Vin udah bantu gue."

Alexa sangat terbantu dengan bantuan Vina. Alexa sangat beruntung memiliki sahabat sebaik Vina, sekarang Alexa ingin menyelidiki kasus papihnya yang atas tuduhan korupsi dana partai. Nampak tangan Alexa terkepal saat mengingat bayangan papihnya dibawa paksa oleh kepolisian saat dirinya berumur 13 tahun.

Ketika Alexa berjalan melamun, dirinya tidak sadar kakinya menginjak tangga dengan posisi
kaki yang salah karena hal itu Alexa hampir saja terjatuh jika tidak ada tangan dari belakang yang menariknya dengan sigap.

"Lo nggak liat ada tangga didepan lo hah?!" bentak Levano, yaitu sosok yang menyelamati Alexa agar tidak jatuh dari tangga.

"Ka L?!" Alexa sangat terkejut ketika jarak dirinya dan Levano sangat dekat.

"Lo kenapa? Telat dikit aja gue megang tangan lo, kepala lo itu bisa aja bocor!" omel Levano.

Levano berjalan melewati tangga tanpa sengaja melihat keberadaan Alexa, dan saat melihat Alexa hampir jatuh dari tangga dengan sigap Levano menarik tangan Alexa. Entah
kenapa perasaan takut menghampiri dirinya saat melihat Alexa hampir terjatuh.

"Ma-makasih ka."

Alexa yang gugup pun langsung melangkah kakinya kebelakang untuk menciptakan jarak dirinya dan Levano. Sedangkan Vina hanya terdiam melihat interaksi Levano dan Alexa membuat dirinya bingung.

Vina tidak pernah tahu jika Alexa mengenali sosok Levano yang menjadi anak emas di sekolahnya karena sebagai atlet karate yang selalu membawa mendali emas dalam
perlombaan.

"Bagaimana bisa Al kenal sama Levano?" tanya Vina dalam hati.

"Lain kali hati-hati."

Setelah mengucapkan itu, Levano langsung melanjutkan langkahnya
menuju kelas. Alexa menatap punggung Levano yang menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan. Alexa menghela nafas berat sambil melihat tangannya yang dipegang oleh Levano, perasaan sedih dan senang menjadi satu Alexa rasakan.

Al untuk LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang