4 : Memories

120 82 68
                                    

"Akh!!!"

teriak Levano kesakitan sambil memegang kepalanya. Edgar pun langsung berlari menghampiri Levano, Edgar tidak menduga bahwa Levano akan kembali kambuh setelah hampir dua tahun tidak pernah mengalami hal seperti ini lagi. Levano yang berdiri dengan bertumpu pada pundak Edgar tidak bisa melepaskan tatapannya pada Alexa.

"Sekali lagi gue nanya, bagaimana bisa lo punya kalung ini?" tanya Levano dengan lebih tenang agar tidak membuat Alexa ketakutan.

"I-ini hadiah ulang tahun dari papih ku."

Mendengar jawaban Alexa, Levano pun menghela nafas kecewa.

"Maaf. Atas tindakan gue tadi."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Levano melangkahkan kaki keluar
tanpa mengatakan apapun lagi.

"Maafin dia, sekarang dia dalam keadaan tidak stabil. Maafin kita, kalau bikin lo repot."

Selesai meminta maaf, Edgar segera menyusul Levano yang sudah berada di dalam mobil. Kepergian Levano dan Edgar membuat Alexa kini bisa bernafas dengan lega. Tubuh Alexa
seketika meluruh jatuh ke lantai, Alexa sangat ketakutan karena Levano mencoba mencekiknya.

Tangan Alexa menyentuh kalung yang ada di lehernya dengan erat. Mata Alexa yang sedari tadi berkaca-kaca pada akhirnya mengeluarkan air mata juga hingga mengalir di pipi mulusnya.

"Kenapa kita harus bertemu lagi?!" ucap hati Alexa yang penuh luka.

Sedangkan Levano yang sekarang sedang mengusap wajahnya dengan kasar, Edgar yang melihat pun hanya bisa menghela nafas sambil tetap mengemudi dengan tenang. Levano
tidak sadar akan melakukan hal itu pada Alexa, karena Levano tidak bisa mengontrol emosinya saat melihat kalung Alexa yang begitu mirip dengan miliknya yang sudah menghilang 5 tahun yang lalu.

"Lo sudah berlebihan sama Alexa. Apa ini semua karena kalung milik Alexa itu?" tanya Edgar.

"Kalung milik dia mirip sekali dengan kalung gue yang hilang 5 tahun lalu."

Levano dengan perasaan kalutnya hanya bisa memukul tangannya ke dasbor mobil.

"Kalung yang seperti itu pasti banyak L."

"Apa lo lupa, gue ngedesain sendiri itu kalung, jadi mustahil ada orang yang memiliki kalung yang sama."

"Itu sangat mustahil, kita berdua aja baru beberapa kali bertemu sama Alexa. Kita juga baru tahu kalau dia adalah adek sepupu dari Kenzo."

Edgar merasa sangat mustahil dengan apa yang diperkirakan oleh Levano pada Alexa. Levano yang mendengar ucapan Edgar hanya diam dengan wajah yang berpaling kearah jendela menatap jalanan. Entah kenapa perasaan Levano merasa janggal dengan kehadiran Alexa yang tiba-tiba muncul di kehidupannya.

"Tapi bagi gue ini bukan mustahil, dan kenapa gue merasa sudah mengenal lama sama Alexa?" tanya hati Levano.

***

Hari ini, seperti biasanya Alexa turun dari angkutan umum dan berjalan masuk ke dalam sekolahan dengan wajah dinginnya. Alexa berjalan sambil mengunyah permen karet tanpa memperdulikan pandangan orang-orang padanya.

Al untuk LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang