9 : Dewa Penolong

91 62 109
                                    

Hari berikutnya setelah kerumunan itu, Alexa enggan untuk keluar kelas. Alexa lebih memilih diam di kelas saat jam istirahat tiba. Isi kepala Alexa kini sedang memikirkan bagaimana caranya ia membantu papihnya agar lekas terbebas dari penjara. Alexa benar-benar terduduk dalam tatapan kosong.

"Al, kantin yuk!" ajak Vina bersemangat.

Bola mata Alexa masih tertuju pada layar ponselnya yang memperlihatkan foto kebersamaan dirinya dengan papih dan mamihnya, seraya jari-jemarinya menggulir foto pada layar ponselnya tersebut.

"Al?"

Masih dalam keadaan sama, Alexa tetap tidak menggubris kalimat dari Vina. tapi Vina tidak pernah kehabisan berfikir untuk mengalihkan sahabatnya itu agar tidak terlarut dalam kesedihan.

Vina bersiap "ALEXA CARAMELIA WIJAYA!" pekik Vina tepat pada daun telinga Al yang sebelah kiri.

PLAKK!!

Sebuah tamparan telah mendarat sempurna di pipi mulus Vina. Semua murid yang masih berada di dalam kelas juga melihat kejadiaan tersebut.

"O-OW!!" seru Alexa terkejut dengan bibir yang membulat seperti huruf O kapital.

"AAAKKK! SAKIIIITT TAUK AL!!" rengek Vina mengernyit kesakitan seraya menghelus-helus permukaan pipi kirinya yang kini juga mulai kemerahan.

Alexa bangun dari duduknya dan kini berdiri tepat di hadapan Vina untuk melihat keadaan pipi Vina.

"Sorry-sorry Vin! Lagian lo ada-ada aja sih. Tangan gue kan jadi refleks. Malah teriakan lo melengking banget hampir pecah nih gendang telinga gue."

Vina mencebik "Ya, habisnya lo melamun terus si Al. Gue ajakin ke Kantin malah diem aja," mendengus kesal.

"Iya sorry deh Vina sahabatku yang cantik, kan tadi Al sudah bilang sorry. Jadi maafin Al ya," ucap Alexa seraya menawarkan jari kelingkingnya pada Vina.

Vina menghela nafas berat "Ok. Tapi ada syaratnya."

Alexa terkesiap "Pakai syarat?!"

"Ho'oh," jawab Vina mengangguk dua kali dengan senyuman simpul penuh arti.

"Yaudah deh. Apaan syaratnya? Traktir di Kantin? Nebeng PR? Temenin beli make-up? Nonton film? Atau lihat pertandingan basket anak-anak cowo?" tanya Alexa buru-buru tanpa jeda dengan jari kelingkingnya masih ia arahkan pada Vina.

"EHH SSTTTTT!!"

Seketika Alexa berhenti berbicara karena jari telunjuk Vina sudah mendarat sempurna di bibir Alexa.

"Traktir Vina makan cake di toko roti mamih Alexa." Vina kini menyeringai dan mengedipkan 1 kelopak matanya.

"Oh itu doang? It's really easy," balas Alexa dengan senyuman serupa tapi seringai Alexa agak lebih menakutkan.

"Deal?" tanya Vina.

"Deal."

Akhirnya Vina dan Alexa mencapai puncak kesepakatan. Tadinya Alexa berfikir kalau, Vina akan memberikan syarat diluar nalarnya atau yang lebih sulit dari yg ia perkirakan. Ternyata Vina hanya minta makan cake di Toko Roti mamaihnya. Padahal, tanpa Vina meminta syarat itu pun hari ini ia juga akan mengajak Vina ke toko roti mamihnya. Mamih Alexa selalu bertanya tentang Vina pada Alexa  karena sudah sebulan lebih Vina tidak main ke Toko Roti mamih Alexa.

Krrruuukkkk!!

Bola mata Alexa membulat sempurna. Alexa mendengar sesuatu yang tidak biasa disekitar mereka berdua.

"Lo denger gak, Vin?"

"Ehehehe," Vina menyengir "Itu.. Suara perut Vina, Al. Sumpah deh Vina laperrrr baangeettt," kata Vina seraya memegang perutnya.

Al untuk LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang