Happy reading.
>><<
Ting.Raga mengambil ponsel yang menyala di atas meja tempat tidur. Melihat pesan masuk dari nomor asing yang muncul tengah malam begini.
+62 812-7643-xxxx :
"Kalau lo mau cewek itu aman, lo harus terima tawaran buat balapan besok sore di tempat biasa."
Raga mengernyitkan keningnya, rahangnya mengeras, ia tau siapa yang mengiriminya pesan ancaman seperti itu.
Dengan cepat ia mencari nomor seseorang dan mengiriminya pesan, harap-harap pesannya dibaca sebelum gadis itu pergi ke sekolah besok pagi.
Galih Raga Dewantara :
"Besok pergi sekolah sama gue."
Vega Rachellia :
"Hah?"
"Ini siapa?"
"Kak Raga?"
"Gak perlu kak, gue bisa pergi sendiri kok."
Galih Raga Dewantara :
"Gue gak mau denger penolakan apapun."
Raga mematikan ponselnya, berharap gadis itu menurutinya untuk tidak pergi kesekolah sendirian.
***
Vega menatap roti coklatnya yang belum habis ia makan, memikirkan antara ingin pergi sekolah sendiri atau menunggu Raga menjemputnya.
Gue pergi sendiri juga gak ada urusannya sama dia. Batinnya.
Gadis itu beralih mengambil tas nya dan berjalan keluar rumah. Ia terkejut ketika motor milik Raga sudah terparkir di teras rumahnya. Sejak kapan dia ada di sini?
"K-kak Raga," ucapnya kaku.
Raga hanya menatapnya datar. Memperhatikan gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Vega penasaran.
"Gak usah banyak nanya, udah buruan naik."
Vega berjalan mendekat. Namun, lagi-lagi ia melihat rok nya yang terlalu pendek, tidak mungkin jika ia membiarkan kaki nya terlihat kemana-mana.
Ck.
Raga menghela napas berat, lalu dengan cepat ia kembali memberikan jaket miluknya pada gadis itu.
"Lo ngapain sih jemput gue?" tanya Vega saat keduanya sedang berada di perjalanan.
Hening.
Laki-laki itu juga bingung kenapa ia harus menjemput gadis ini, padahal ia bisa saja mengabaikannya dan membiarkannya di ganggu oleh Gerald -musuh Raga sejak SMP- yang tidak pernah mau mengalah.
"Raga! Gue ngomong sama lo kali," ucap Vega geram.
"Apaan sih?!"
Vega hanya mendengus kesal. Sungguh! Jika laki-laki ini bukan kakak kelasnya, mungkin Vega akan menarik rambutnya sampai botak tak bersisa.
Sepanjang jalan keduanya terjebak keheningan, itu semua terjadi karena Raga sama sekali tak menyahuti satupun pertanyaan dari Vega yang akhirnya putus asa untuk mengajukan pertanyaan lagi.
Kini mereka berdua sudah sampai di parkiran SMA Galaksi, semua pasang mata menatap Vega dengan tatapan iri.
"Kenapa sih pada liatin gue kayak gitu?" tanya Vega.
Raga hanya mengendikkan bahunya acuh. Pemandangan seperti itu bukan hal yang asing baginya.
"Gue anter lo ke kelas," ucap Raga tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Vega.
"G-gak usah, gue bukan anak TK lagi kali!"
"Jangan banyak ngebantah."
Raga mencekal pergelangan tangan Vega dan menuntunnya menuju kelas 11 Bahasa 2 yang berada di lantai dua sekolahnya.
"Raga ih apaan sih, lepasin gue gak!"
Raga sama sekali tak mendengarkan ucapan Vega yang terus saja mengusik pendengarannya. Gadis itu benar-benar malu ketika banyak orang yang menatapnya dengan tatapan aneh. Pipinya bersemu merah.
"Berhenti-berhenti! Lo gak usah masuk, gue bisa sendiri," ucap Vega ketika telah sampai di depan kelasnya.
Raga hanya mengangguk dan pergi berlalu meninggalkan koridor kelas 11.
Vega berjalan masuk kedalam kelasnya dengan perasaan yang masih kesal pada laki-laki itu. Seisi kelas berbisik-bisik membiarkannya dengan Raga kakak kelas nya itu.
"VEGA!" teriak Gina ketika melihat Vega yang baru saja diantar oleh Raga.
"Lo pacaran ya sama kak Raga?" tanya nya mengintrogasi.
"Nggak."
"Bohong, buktinya tadi lo dianter sama dia."
"Gue gak tau, dia aneh banget dari kemarin."
"Aneh gimana?"
"Iya aneh. Kemarin dia nawarin gue buat pulang bareng, terus tadi dia tiba-tiba jemput gue di rumah dan maksa mau nganterin gue sampe kelas," ucapnya panjang lebar.
Gina membulatkan matanya tak percaya.
"DEMI APA, KAK RAGA KAYAK GITU?!"
"Suara lo bisa di kecilin gak, Gin?"
"Hehe sorry, kak Raga kok bisa sweet gitu sih?"
"Sweet apa nya ... lo tau gak sih sepanjang jalan dia diemin gue!"
"Gue gak bisa bayangin, gimana cool nya dia waktu jemput lo di rumah."
Gina tersenyum ketika membayangkan betapa keren kakak kelasnya itu.
Vega hanya memutar bola matanya malas. Apa yang terjadi padanya hari ini benar-benar begitu menjengkelkan.
Huft.
***
To Be Continue.
WM Challenge.
#19dayswithlacPublish, 08 May 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Danger [TAMAT]
Novela JuvenilMenjadi buronan seorang Polisi memang terdengar mengerikan, namun bagaimana jadinya jika menjadi buronan dari seorang laki-laki yang selama ini selalu bersama dengan kita? Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis yang memilih jalan yang salah un...