Part 17

1.8K 90 0
                                    

Happy reading.

>><<


Vega duduk di sudut kamarnya, menatap jalanan melalui jendela yang berada di sana. Ia melamunkan nasibnya yang semakin hari semakin sulit. Bahkan untuk makan saja ia bingung.

Tiba-tiba saja ia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuat ia bangkit dan membuka pintu usang itu.

"Masuk," ucapnya pada Fira yang sedang tersenyum lebar kearahnya.

"Gue beberapa hari ini gak liat lo pergi ke caffe," ujar Fira to the point.

"Gue dipecat," jawab Fira lesu.

"Udah tenang aja, gue ada kerjaan buat lo."

Fira mendekatkan bibirnya ke samping telinga Vega, membisikkan sesuatu yang membuat gadis itu membelalakkan matanya tak percaya.

"Jadi selama ini, lo itu .... " Vega menggantung ucapannya ketika Fira meletakkan telunjuknya di depan bibir gadis itu.

"Jadi?"

"Nggak, gue gak mau! Lebih baik gue mati kelaparan di sini, daripada harus ikutin ucapan lo!" ucap Vega.

"Lo yakin?"

Vega hanya terdiam, napas gadis itu memburu dan panas tiba-tiba saja menyerang sekujur tubuhnya.

"Tawarannya masih berlaku, dan lo bisa bilang ke gue kapan pun itu."

Fira berjalan keluar kamar Vega tanpa mengatakan apapun lagi. Vega hanya menatap kosong pada rak pakaian yang ada tak jauh darinya.

"Tapi mau sampe kapan gue cuma diem di tempat ini? Sampe mati? Lagi pula tawaran Fira nggak terlalu berbahaya kalo gue hati-hati," monolognya.

Nggak, gue gak boleh lakuin itu! Pasti ada hal lain yang bisa gue lakuin untuk bertahan hidup di sini. Sesusah apapun gue, sekali pun gak pernah terlintas di otak gue untuk ngelakuin hal sekeji itu.

***

"Saya dapat info dari salah satu pelaku yang sudah tertangkap, dia mengatakan bahwa dalangnya tinggal di pelosok kota ini Pak," ucap salah seorang lelaki paruh baya berbadan tegap dengan pakaian yang serba hitam.

"Awasi terus kawasan itu, nanti kalau sudah saat nya baru kita bisa bertindak," jawab lelaki yang umurnya tak beda jauh dengan lelaki sebelumnya. Namun, kali ini bisa di pastikan bahwa is memiliki pangkat yang lebih tinggi dari yang lainnya.

"Raga gak bisa ikut kesana karena masih ada urusan lain. Jadi biar mereka dulu aja yang datang ke tempat itu."

"Yasudah. Tapi ingat! Kamu harus ikut saat kita semua bertindak."

Raga berjalan pergi entah kemana. Bahkan di saat dirinya dibutuhkan seperti ini, pikirannya tetap dipenuhi oleh bayangan-bayangan gadis itu.

Ia membuka ponselnya dan melihat history chat dengan gadia itu. Sudah dibaca.

Ia menghela napas panjang, penyesalan itu selalu menghantui dirinya di saat-saat seperti ini. Bayangan ketika gadis itu marah padanya tergambar jelas di pikirannya. Wajahnya saat ia terlihat begitu kecewa ... benar-benar membuat Raga tak henti menyalahkan dirinya sendiri.

***

To Be Continue.

WM Challenge.
#19dayswithlac

Publish, 28 May 2021.

I'm In Danger [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang