Bab 7

136 17 3
                                    

Rasa asing menjadi penyambut. Raja Bai Li berada pada salah satu ruangan yang terdapat beberapa lukisan wajah dan hampir serupa dengan sang penguasa. Ia tidak mengerti dan tengah berada pada situasi tidak mampu ia kendalikan.

"Yang Mulia Raja Xie," Bai Li menyentuh salah satu lukisan yang menempel pada dinding kamar dengan bingkai emas, "bagaimana cara Anda menghadapi para petinggi Xiaongnu?" Memejamkan mata, mencerna setiap kejadian secara hati-hati, Raja Bai membawa kaki melangkah seraya menuju pintu keluar yang berada di salah satu sisi kamar.

Anak tangga tiga pijakan menuntun sang penguasa menuju hamparan pohon wisteria. Kaki melangkah perlahan, kewibawaan yang raja miliki tidak satu kali pun menghilang meskipun ia tengah menjadi seorang tawanan.

Pemilik netra elang itu justru terlihat menikmati apa yang tengah ia alami hingga raut muka kekhawatiran, pun sama sekali tidak terlihat. Satu pijakan langkah sang penguasa, tengah membawa pada jembatan kecil yang menuju kolam buatan. Ada beberapa pinus bonsai yang menjadi penghias. Kecipak air kolam mengalihkan perhatian Raja Bai hingga tubuh berada di tepian kolam lalu duduk perlahan.

Rindu, mungkin itu yang berada pada hati sang raja saat ini. Netra kelam pemuda tampan itu tiba-tiba berubah sendu. Ia ingin merengkuh sosok manis yang selalu berada dalam ingatan. Pemuda periang yang baru saja lepas dari cengkeraman manusia penuh ambisi, kini harus merasakan siksa sebuah jarak untuk sekali lagi.

Takdir Tuhan sering kali menyakiti, menguji rasa dua insan saling mencinta dengan nasib buruk bertubi-tubi. Seolah enggan memberi kesempatan pada insan rupawan yang memiliki kadar cinta berlebih hingga tidak perlu ada kata ragu.

Diri ingin lari, tetapi rasa penasaran lebih menguasai. Sang raja menunggu sang pemilik rumah menghampiri, agar memberi jawab atas tanya di kepala yang sudah berada di ujung lidah.

A-Ying, kamu tidak berpaling, bukan? Bersabarlah, tidak akan lama lagi.

Kalimat sama yang selalu ia ucap hanya sebatas hati. Sang raja mengembuskan napas lelah, menatap beberapa ikan warna-warni yang kadang muncul lalu tenggelam di dalam air.

"Maaf, membuat Anda menunggu lama, Raja Bai." Pemuda menawan, pemilik netra ungu sekaligus senyum manis, rambut depan sebatas alis yang ditata menyamping dan memiliki rambut panjang mencapai pinggang itu, mendekat bersama sambutan hangat setelah satu minggu berlalu tanpa ada kepastian jelas.

"Tenang saja, Tuan Muda. Aku bisa menunggu lebih lama jika Anda menginginkan itu." Raja Bai berdiri perlahan, mendekat seraya tersenyum kecil. Dua pemuda itu saling menyapa, menghilangkan kecanggungan ketika berhadapan pada kekuatan tidak terbaca.

"Bukankah Xiaongnu memiliki dua pemimpin, Tuan Muda?" Raja Bai mengikuti langkah sang pemimpin Xiaongnu. Ia hanya memiliki satu tujuan, bertanya perihal rasa penasaran yang menempel pada pemikiran hingga menjadikan rindu harus terpisah jarak.

"Apakah maksud Anda," sang pemimpin Xiaongnu menoleh, "Tang Xuan Yu?" Tang San menghentikan langkah, memutar badan, raut tidak bersahabat tiba-tiba terlihat. Raja Bai tersenyum miring, mendekat lebih dekat hingga wajah dua pemuda itu hanya berjarak beberapa inci. Tidak ada perbincangan, si pemilik netra ungu menahan diri agar tidak menangis ketika masa lalu tiba-tiba berjarak sangat dekat.

"Omong-omong, berapa usia Anda yang sesungguhnya, Tuan Muda Tang San?" Raja Bai mengulurkan tangan, hendak menyentuh pipi si pemilik netra ungu.

"Anda terlihat seusia dengan A-Ying." Raja Bai menarik kembali uluran tangan, meneruskan langkah, menuju aula berukuran luas.

"Aku hanya menunggu sebuah penjelasan, setelah itu," Raja Bai menghela napas, menuju meja dengan beberapa buah dan tiga dupa yang terlihat baru saja dinyalakan, "menjauh tanpa mampu Anda sentuh walaupun harus kehilangan nyawa." Luka menganga pada hati tiba-tiba kian terbuka, Tang San mengigit lidah agar tidak berteriak ketika berhadapan dengan seorang penguasa yang sulit untuk ditaklukkan.

"Raja Xie Yun, penguasa empat pilar kerajaan yang memilih berpaling dari seorang penguasa Xiaongnu ketika bertemu dengan sosok menawan, pemilik cinta luar biasa hingga berhasil membuat seorang raja rela mati tanpa melakukan perlawanan." Tepat sasaran dan membuat Tang San bergerak-gerak kian gelisah ketika mendengar nama sang kekasih tengah diserukan.

"Menjadi lebih sulit ketika wajahku serupa dengan kekasih Anda," lirih, tetapi membuat air mata sang pemimpin Xiaongnu keluar secara perlahan hingga pipi mulus itu terlihat basah.

Takdir serupa kutukan dan terlihat menakutkan. Kisah di balik setiap embusan napas, serupa kidung mengerikan. Tang San menjatuhkan diri pada lantai kayu ketika kenyataan telah membuat pemuda itu seperti manusia hilang kekuatan.

"Hatiku hanya berisi satu nama. Hidupku dipenuhi tawa dari satu orang yang tidak akan mungkin aku tinggalkan meskipun Anda mengancam untuk menghancurkan kerajaan yang aku pimpin." Tatapan mata seorang penguasa menjadi menakutkan serupa pemangsa. Raja Bai tidak ingin lebih lama berada pada lingkar membingungkan ketika nasib buruk tiba-tiba menjadi penguasa.

"Satu kali saja dan setelahnya Anda boleh meninggalkan Xiaongnu, Raja Bai." Tang San berdiri perlahan, mengusap air mata, mendekat dengan tergesa, lalu mencengkeram jubah seorang pengusaha empat pilar kerajaan yang tengah memberikan tatapan remeh.

"Xuan Yu membutuhkan Anda. Ia memiliki hak untuk hidup seraya tersenyum setelah beberapa masa menjalani rasa sakit." Hanya membutuhkan satu kesempatan dan tidak lebih, si pemilik netra ungu mengharap belas kasih ketika saudara satu rupa yang ia miliki, tengah berada pada keadaan yang tidak baik-baik saja.

Memandang kian remeh, menghempaskan cengkeraman, mendorong tubuh sang penguasa Xiaongnu bersama caci dan juga maki, Raja Bai tidak ingin terlibat lebih jauh hingga harus berpura-pura menjadi orang lain.

"Jadi benar, Anda yang membuat Han Mu Bai bertindak nekat?! Hanya untuk menjauhkan A-Ying dari kehidupanku?" Kalimat panjang penuh fakta yang membuat Tang San bungkam tanpa mampu membalas kata.

Ketika menjauhkan menjadi jalan keluar, maka logika dan akal sehat akan pudar secara perlahan. Aku akan melakukan itu jika itu memang diperlukan.

TBC.

Blue Flower 2 "Ambisi!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang