Bab 11

308 18 29
                                    

Ilusi selalu melenakan. Kenyataan sering kali diabaikan. Manusia terkadang takut untuk menghadapi ketakutan hingga jalan pintas sering menjadi pemimpin. Tang San tengah berada di ujung tepian jurang tanpa sadar.

*
*
*

A-Xuan ....

Netra Tang Xuan Yu terbuka perlahan. Si empu ikat rambut merah mencoba menggerakkan tubuh. Ia sedikit kesulitan untuk menyentuh pelipis yang terasa berdenyut ketika cahaya sang surya mulia menerobos penglihatan.

Bulu mata terlihat bergetar. Kelopak mata bergerak samar-samar. Tang Xuan Yu mencoba membuka mulut, meminta seteguk air ketika tenggorokan terasa kering.

Pemuda manis itu masih belum tersadar sepenuhnya. Ia seperti mendengar suara seorang pemuda secara samar. Tang Xuan Yu menggerakkan kepala, mencoba menoleh, ingin melihat keadaan sekitar ketika suara tersebut kian terdengar jelas.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kamu merasa lebih baik?" Tang Xuan Yu mencoba sekali lagi hingga kelopak mata benar-benar terbuka penuh.

"Ge, Gege." Puluhan tahun masa membuat tubuh pemuda manis itu tidak pernah menua. Ia bertahan pada lingkar kepahitan, mencoba menerima segala bentuk perlakuan meskipun sebuah rasa sakit yang tidak terbantahkan.

"Ini terlalu lama dan aku hampir mati karena sesak." Kini, pemuda manis itu berada pada pelukan seorang pemuda yang berpuluh-puluh tahun selalu ia rindu, selalu ia harapkan kehadiran, selalu ia nantikan kedatangan. Tang Xuan Yu menangis dalam diam, menelan semua tanya hingga hanya terdengar isakan secara perlahan.

"Ge, Gege, Yang Mulia Pangeran, Yang Mulia Kaisar. Pangeran Moran tidak bersalah." Tubuh Tang Xuan Yu dibaringkan secara perlahan. Tidak ada jawaban maupun sebuah keterkejutan, si pemuda mengulurkan tangan, menggenggam erat jemari kecil si empu paras manis ketika temu telah menyatukan sebuah rindu.

"A-Xuan," Si pemuda mencium kening Tang Xuan Yu, lalu mengusap punggung tangan pemilik ikat rambut merah di kepala, "apa kamu bahagia berada di dekatku?" Si pemuda yang tengah mengenakan hanfu putih tiga lapis itu, menatap netra Tang Xuan Yu yang tengah mengangguk samar.

"Aku tidak ingin pulang, Ge. A-San Ge membuatku seperti berada pada lingkaran api setiap saat. Hanya Gege yang selalu membuatku nyaman." Tang Xuan Yu merengek. Ia melampiaskan seluruh isi hati yang tidak mampu ia utarakan. Mantra ungu milik sang pemimpin klan, telah mengunci separuh kesadaran si empu paras manis hingga serupa manusia hilang kewarasan.

"Tidak perlu kembali karena tempatmu sekarang adalah di sini, bersamaku. Aku akan menjagamu. Tidak akan ada kesedihan maupun air mata mulai sekarang." Senyum terukir, pertanda semua telah berakhir, Tang Xuan Yu memperoleh kebahagiaan yang sudah lama ia nanti.

Maaf membuatmu tersiksa sangat lama. Maaf hanya mampu melihat dari kejauhan. Maaf tidak mampu membantu dalam bentuk apa pun selama beberapa puluh tahun masa.

Embusan napas tidak lagi terdengar. Darah segar mengalir pada lantai kayu di kamat Tang Xuan Yu. Shen Wu Ze tersenyum kecil seraya membuang belati secara asal.

Apa yang nyata, apa yang ilusi. Aku bersamamu adalah sebuah kehidupan meskipun tengah berada pada lingkar kematian.

*******

Lingkar Istana tidak mendapatkan ketenangan meskipun seujung kuku. Kematian Tang Xuan Yu menimbulkan bekas luka cukup dalam, membawa perasaan sang kaisar melanglang buana hingga lupa ada kepingan hati yang tengah merindu.

Pangeran Shi tidak mampu mendekati. Ia serupa patung tanah, serupa barang tidak berharga, seperti kain lusuh ketika dibuang oleh sang pemilik.

Tidak lagi memiliki kesempatan, tetapi hati memaksa untuk tetap memiliki. Cinta semakin sulit untuk Pangeran Shi gapai bersama luka menganga yang kian memanjang dan meluas seiring embusan napas.

"Yang Mulia," Pangerang Shi memeluk punggung si empu netra elang yang tengah berduri seraya membawa pedang di genggaman, "hamba menginginkan kekasih hamba kembali. Tidak bisakah Yang Mulia menatap hamba meskipun sekali?" Menangis tersedu, memeluk erat, menyembunyikan wajah pada punggung kokoh sang penguasaan ketika hati tidak mampu lagi diajak untuk berkompromi.

Pangeran Shi tidak melepas pelukan meskipun tenaga kian menipis. Ia hanya ingin merengkuh sesuatu yang sangat sang pangeran rindu. Si pemilik pengait emas di kepala menutup mata bersama isakan yang terdengar kian samar.

Lagi-lagi hanya mampu berpasrah, lagi-lagi tidak mampu memaksa, semua seperti mimpi hingga tubuh sang pangeran ambruk dan menyatu pada permukaan tanah.

Magnolia terlihat kian samar, netra Pangeran Shi terasa berat. Seruan yang memasuki indera pendengaran tidak mampu ia balas ketika mulut seperti terkunci.

"A-Ying!" Feng Hao Xing membawa kaki pada pijakan kuat, berlari secepat yang ia mampu, mencoba mengembalikan kesadaran si empu netra kecokelatan ketika denyut nadi terasa lemah.

"Cukup satu kali! Beitang Moran berada pada lingkar kematian setelah Tuan Muda Tang berhasil memprovokasi kaisar terdahulu!" Membawa tubuh Pangeran Shi pada gendongan, Feng Hao Xing menatap nyalang netra sang raja yang tengah membola bersama rasa keterkejutan.

"A-Ying tidak pentas diperlakukan seperti ini. Anda sudah menghabisi Shen Wu Ze dan itu sudah cukup!" Meninggalkan taman belakang istana, menuju pintu gerbang utama, membawa tubuh lemah sang pangeran, tanpa peduli seruan beberapa prajurit yang tengah mengacungkan pedang.

Kilasan masa lalu berkelebat pada ingatan, Kaisar Bai mencengkeram kepala, mencoba mengatur napas yang mulia terengah hingga suara lembut dari sosok yang sangat ia kenal, tiba-tiba memasuki indera pendengaran.

Kesempatan tidak memiliki belas kasih, Yang Mulia Kaisar Bai. Bawa kembali Pangeran Shi. Yakinkan beliau untuk singgah pada lingkar istana. Tidak perlu ada Beitang Moran maupun Tang Xuan Yu yang lainnya.

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue Flower 2 "Ambisi!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang