Monica terisak di dalam kamarnya sendirian, dia masih belum bisa menerima kepergian Ibunya yang sangat tiba-tiba. Terlebih kejadian yang menyebabkan kematian Julia sangat mengerikan, hubungannya dengan wanita itu baru kembali berjalan baik dalam beberapa waktu terakhir. Tapi setelah semuanya akan kembali berjalan normal, pembunuh sialan itu sudah merenggut Julia dari sisinya. Sebelumnya dia tidak pernah menghabiskan banyak waktu dengan wanita itu, dulu dia sangat membenci Julia ketika Ibu kandungnya tersebut memutuskan untuk pergi.
Meninggalkan dirinya bersama Tommy dan Ayahnya, "Mom," Monica terus menangis sambil memegangi syal Ibunya, dia tidak tahu harus berbuat apa untuk meredakan sakit hati yang terus menghantam perasaannya dengan sangat keras. Bayangan tentang Neil yang ada di lokasi kejadian, hal itu seolah menggantung di atas kepala dan tidak mau pergi. Dia sudah jatuh pada pesona Neil, bahkan sepertinya saat ini; dirinya sudah jatuh cinta pada pria yang sangat diyakini telah membunuh Ibu kandungnya sendiri.
Apa yang harus Monica lakukan? Dia tidak pernah jatuh hati pada pria dengan sangat mudah. Dengan Spencer saja, dulu dia membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan sebelum mencintai pria itu, namun semuanya tidak berjalan baik. Spencer... Monica segera mengeyahkan rasa sakit di masa lalu yang semakin menambah kedukaan yang tengah dirasakannya, dia mendongak ke arah pintu saat mendengar seseorang membukanya. Hatinya mencelos saat mendapati Spencer yang tengah berjalan masuk.
"Apa kau sudah makan?" Tanpa dipersilahkan, Spencer sudah berjongkok dan berada tepat di samping tubuh Monica yang sedang duduk sambil menekuk lutut, saat ini Monica kembali mengubur wajah diantara kakinya, dia duduk di lantai dan bersandar pada kursi yang ada di belakangnya. "Ayo bangun, jangan duduk dilantai," Spencer menarik tubuh Monica untuk berdiri, dia membawa gadis itu ke atas kasur.
"Tunggu sebentar!" Spencer berjalan keluar, lalu kembali sambil membawa cangkir yang berisi coklat hangat, "Minumlah, kita harus bicara dan aku ingin melihatmu merasa lebih baik," dengan enggan, Monica menerima cangkir tersebut, dia menyesap coklatnya secara perlahan. Spencer hanya mengawasi, lalu dia kembali berkata setelah Monica menghabiskan minumannya. "Gadis pintar," pujinya sambil mengambil gelas dari tangan Monica.
"Aku tidak akan berbelit-belit, aku datang ke sini untuk memberitahumu bahwa Neil bukan pelakunya."
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?" Wajah Monica tampak terluka saat mengucapkan hal tersebut. "Aku melihatnya ada di kamar, Mom! Bahkan polisi juga mengatakan bahwa sidik jarinya ada pada barang bukti? Bagaimana bisa bukan dia pelakunya?" Monica terisak sambil mencengkram kerah kemeja yang dikenakan Spencer.
"Dengarkan aku, sayang," Spencer menenangkan Monica dengan cara memeluknya. "Apa yang kau lihat belum tentu itu adalah kebenarannya," dia berusaha mengingatkan. "Neil tidak memiliki alasan apapun untuk melukai Julia, dan jika memang dia sampai melakukan kesalahan karena melukai orang lain tanpa alasan yang jelas," Spencer menarik tubuh Monica menjauh untuk menatap tepat ke dalam mata gadis itu. "Percayalah, dia tidak akan pernah melakukannya. Dia terikat dengan FIS, peraturan di sana sangat ketat, dan bajingan yang sudah menjebak Neil..."
Spencer menyeringai dengan wajah penuh ancaman, "Bajingan pembunuh Ibumu akan mendapatkan balasan yang tidak akan pernah dia bayangkan sebelumnya!" Monica merasa ngeri saat mendengar kata-kata tersebut, tatapan mata, serta bahasa tubuh yang Spencer tunjukkan; benar-benar seperti menyatakan bahwa pria itu tidak sedang bercanda.
"Kenapa kau begitu yakin?" Monica berusaha bersikap dingin, berusaha menutupi fakta bahwa dirinya mulai terpengaruh.
"Bukan hanya Neil yang akan memburu bajingan itu, tapi Damian juga akan menurunkan anak buahnya untuk menyelidiki siapa dalang di balik kejadian ini!" Spencer berusaha meyakinkan Monica, dia tahu gadis itu berkencan dengan Neil, dan Monica pasti merasa sangat terpukul dengan apa yang tadi siang ditemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender To Believe #4
Action"Ini bukan tentang siapa dan apa yang mereka katakan, tapi ini tentang apa dan siapa yang kau percayai." - Surrender To Believe - *** Monica mengalami hidup yang sulit bersama keluarganya, ditambah kisah cinta yang tidak berjalan baik hingga membuat...