***Sulur-sulur cahaya dari jendela kamar menerpa wajahnya, Monica mengerang saat merasakan sinar matahari yang hangat membuatnya terjaga. Dia menyeringai saat teringat malam fantastis yang sudah dilewatinya bersama Neil, dia membuka mata saat tidak menemukan pria itu di sampingnya.
"Sial!"
Setengah berlari dia keluar dari kamar, dan berhenti di depan pintu dapur saat menemukan Neil sedang menuangkan sirup ke atas pancake yang sepertinya masih hangat. Pria itu menoleh ke arahnya, lalu dia membeku saat menatapnya. "Kau sudah bangun rupanya," Neil tersenyum dan tidak melepaskan tatapannya dari Monica.
Pria itu tampak seksi dengan kemeja yang tidak dikancingkan—karena kancingnya sudah hilang semua—celana jinsnya menggantung rendah hingga menampilkan bagian perut bawahnya terlalu banyak, Monica menelan ludah saat membayangkan apa yang ada di antara kaki Neil. Dia menelan ludah dengan susah payah saat membayangkan sesuatu yang keras itu sudah membuatnya orgasme enam kali dalam semalam.
"Apa kau menginginkan aku lagi, baby?" Neil seolah mengerti apa yang sedang dirasakannya. Monica menggelengkan kepala dengan wajah memerah, sekalipun dia sangat menginginkan pria itu, tapi perutnya sangat lapar. Dan wangi bacon sialan itu sudah memanggilnya untuk duduk di meja makan.
"Aku terkejut karena tidak menemukanmu di kamar, jadi aku berlari karena...," Monica mengigit bibirnya saat dia tidak berani melanjutkan, siapa dirinya hingga berani mencari Neil jika memang pria itu ingin pulang ke rumahnya sendiri?
"Apa kau berpikir aku akan pergi diam-diam saat kau tidur?" Neil tampak tersinggung, dia menegakkan bahunya saat berjalan ke arah Monica.
"Hm... Mungkin," dia menjawab dengan lutut yang terasa goyah. Neil menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi, "Begini, biar aku luruskan," Monica bergerak mundur hingga tubuhnya membentur sofa dan membuat tubuhnya terlentang, "Aku tidak memiliki pengalaman dengan membawa seorang pria menginap di rumah," dia melanjutkan.
Jantungnya sudah memukul rongga dadanya dengan sangat cepat, dia khawatir organ itu akan melompat keluar tanpa meminta ijin terlebih dulu padanya. "Baby, aku bukan pria yang seperti itu," Neil mencongkan tubuh di atasnya, "Aku kira kau menginginkanku."
Monica mengernyit, lalu dia bertanya. "Apakah terlihat jelas?"
"Ya, kau berlari ke dapur dan memandangi selangkanganku dengan wajah merona, dan juga kau berdiri di depan pintu itu tanpa mengenakan apapun sebagai penghalang," Mata Monica melebar saat dia menyadari bahwa dirinya tidak berpakaian sama sekali.
Sial. Ini sangat memalukan!
Neil menyerangnya dengan ciuman selamat pagi yang berlebihan, membuat Monica harus melengkungkan jari kaki saat bibir pria itu berpindah ke payudaranya. Saat dia mencengkram rambut Neil dan memintanya untuk tidak berhenti, seseorang menekan bel dan membuat mereka berhenti. "Siapa?" Neil bertanya dengan polos.
"Sebentar, biar kulihat," dengan terpaksa Monica memaksa Neil untuk bergeser dari atas tubuhnya, dia berjalan menuju pintu lalu mengintip melalui interkom. "Sial! Aku lupa kalau hari ini Tommy akan kemari," Monica panik saat dia berlari ke arah Neil.
"Buka saja pintunya, aku akan mandi dan tolong katakan padanya aku akan segera bergabung dengan kalian," dia sudah bersiap untuk berlari ke dalam kamar saat Neil menahan tangannya.
"Hey! Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau kau sudah memiliki pasangan?" Ada kemarahan dalam nada suara pria itu.
Namun Monica malah tersenyum dan mencium singkat bibir Neil, "Tenanglah, dia hanya Kakaku," jawabnya sambil mengedipkan mata, lalu dia berbalik dan segera menuju kamar.
"Apa? Kakakmu?" Neil menatap pakaiannya yang tidak rapi sama sekali, celananya kusut, sementara kemejanya sudah tidak memiliki satupun kancing yang masih menempel. "Bagus! Pertemuan pertama dengan keluarga Monica dengan kondisi yang mengerikan," dia berjalan menuju pintu dan membukanya.
***
Aku malah lanjut couple ini dulu haha. Oke deh, happy reading semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender To Believe #4
Action"Ini bukan tentang siapa dan apa yang mereka katakan, tapi ini tentang apa dan siapa yang kau percayai." - Surrender To Believe - *** Monica mengalami hidup yang sulit bersama keluarganya, ditambah kisah cinta yang tidak berjalan baik hingga membuat...