senandika

17 0 0
                                    

"Namanya Sora Masashi, anak dari pemain violin yang terkenal itu."

.

.

.

Semester baru dimulai bersamaan dengan dimulainya musim semi. Anak laki-laki berperawakan tinggi itu melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam area sekolah. Sejak kelas 1, gedung sekolahnya itu sama sekali tidak mengalami perubahan apapun.

Angin musim semi berhembus membelai beberapa helai rambut berwarna hitam kecoklatan itu. Namanya Sora Masashi, anak klub musik yang sering menjadi buah bibir di sekolahnya. Ia? Ia sudah muak dengan pembicaraan itu.

"Yoo! Sora-chan, pagii!"

Teriakan itu menekak kedua telinga Sora, panggilan yang menyebalkan di hari Senin. Laki-laki dengan penampilan nyetrik barusan menyapanya. Sebut saja dia Ryuzaki Kenzo. Teman dekat Sora. Alih-alih menghampirinya, Sora memilih menghiraukannya dan melanjutkan langkahnya menuju papan pengumuman.

"Ooii! Kau ini, benar-benar ya," goda Ryuzaki sembari merangkul Sora. "Cih, cara mu menyambut pagi sangat mengganggu ku," keluh Sora.

Tangan Ryuzaki mengeratkan rangkulannya, membuat Sora sesak. "Lepaskan rangkulan mu ini, bodoh." Ryuzaki tampak tak peduli dengan ucapan Sora. "Nee, kita sudah naik ke kelas dua dan tersisa satu tahun lagi," gumam Ryuzaki.

"Lalu?"

"Hah? Kau ini benar-benar deh.. Berarti sedikit lagi kita berpisah!"

"Bukannya itu bagus? Aku akan punya teman yang lebih baik daripada dirimu ini."

"Si-"

Ucapan Ryuzaki terpotong ketika kedua orang itu--dia dan Sora--menangkap sosok Yuuto Atsushi dari manik mereka masing-masing. "Nee, Yuuto-chan! Pagi, hey kemarilah!" Pekikan itu terdengar jelas sampai ke telinga yang mereka sebut Yuuto. Orang itu menolehkan kepalanya untuk memastikan panggilan tadi lalu meresponnya dengan berjalan menghampiri dua orang itu.

"Pagi Sora-kun, Ryuzaki-kun," sapanya lalu menaikkan kacamatanya yang tidak bergerak sama sekali dari tempat benda itu bertengger. Kemudian Ryuzaki membuka mulutnya hendak mengucapkan sesuatu.

"Jaa, mari kita bertaruh!"

Sora mengerutkan alisnya, memasang ekspresi bertanya pada raut wajahnya. Bertanya apa tujuan dari perkataan Ryuzaki? "Bertaruh soal apa?" Sora memastikan tujuan Ryuzaki mengajak mereka bertaruh. "Mari bertaruh, siapa yang salah akan mentraktir kita makan siang di kantin!"

"Itu ide bodoh dan kekanak-kanakan, tapi aku ikut," balas Yuuto. Sora kembali memasang ekspresi jengkel dengan kedua temannya yang sepertinya sudah melenceng dari jalan yang benar. "Tolol, kau ini malah ikut-ikutan anak ini." Sora menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang. Langkah kaki mereka belum berhenti sebab belum mencapai tujuan mereka. "Baiklah, mari bertaruh, aku pastikan kita semua masuk ke kelas yang sama," ungkap Ryuzaki.

"Aku sih tidak yakin."

"Aku setuju dengan Sora."

"Hei, apa-apaan kalian? Kalian ini benar-benar temanku bukan sih?"

Setelah melewati beberapa kelas dan halaman sekolah, mereka sampai ke masing yang ditempatkan pada salah satu sisi di koridor, tempat itu semakin lama semakin banyak yang mengerubunginya. Pemandangan yang sama ketika melihat gula yang jatuh dan dikerubungi banyak semut. Terdengar bisik-bisik dan suara tawa disekitarnya. Khas anak SMA. Suasana riuh yang tidak kunjung selesai itu membuat atmosfer disekitar menjadi gerah dan panas.

tsunagu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang