pretichor

1 0 0
                                    

"Hari itu juga, hujan deras akan membasahi muka bumi."

.

.

.

Langkah kakiku berjalan menuju kantin sekolah yang dipadati oleh siswa dan siswi yang hendak meluangkan waktu untuk makan. Membuka pintu kantin, kemudian pergi ke salah satu stan yang menjual yakisoba dan cemilan lainnya.

Mataku melirik ke sana kemari mencati eksistensi Ryuzaki juga Yuuto yang tenagh menikmati makanannya. Tak lama, Ryuzaki menepuk tangannya keras-keras yang mengundang lirikkanku. Tanpa aba-aba, aku meyegerakan diriku untuk berjalan ke arah mereka.

"Sora-chan sudah berduaan dengan Ayano nya?" godanya. Aku mendesis jijik sambil memutar bola mataku. "Ayo lah bahas yang lain," ucapku sambil membuka bungkus yakisoba.

"Ngomong-ngomong, kalau kita sudah lulus SMA--karena satu tahun lagi kita sudah kelas 3--kalian akan apa?" tanya Yuuto.

Ryuzaki menompang dagunya selagi mengunyah bento yang ia bawa. "Itu sih lihat keadaan dulu ya, kalau Sora-chan?" Ia melempar pertanyakan padaku yang sibuk mengunyah yakisoba.

"Soal itu.. aku akan kuliah kemudian mengejar impianku."

Juga memenuhi ucapanku pada Juro, batinku.

.
.

Tiga bulan sudah dilewati dengan lancar. Walau begitu, tetap ada saja hambatan yang tiba-tiba muncul di hadapanku. Ulangan harian, tugas kelompok, kegiatan klub, pekerjaan rumah dan lain-lain datang mengguncang. Ditambah les tambahan untuk mempermudahku dikelas 12 nanti.

Mungkin saat itu juga aku bisa pingsan karena otakku yang lelah.

"Ayo semangat, semangat," ucapku lesuh. Sangat berkebalikkan dengan apa yang aku ucapkan barusan.

Kulihat jam pada ponselku, pukul 10 malam. Dan aku masih belum beristirahat. Aku menggelengkan kepala berharap beban yang ada diatas kepalaku berhamburan. Kemudian ide untuk pergi ke mini market hanya untuk membeli makanan juga minuman datang pada batinku. Hanya pengganjal perut selagi terjaga pada malam hari sambil mengerjakan seluruh tugas.

Dengan pakaian seadanya aku keluar menuju mini market terdekat dengan tujuan yang sama seperti batinku berkata.

Udara dingin berhembus pelan disusul dengan gemerisik angin yang membawa daun kering jatuh kebawah.

Lampu mini market masih menyala menandakan bahwa tempat itu masih buka. Aku mendorong pintu kaca mini market disusul dengan suara bel yang ditempatkan tepat disamping pintu.

"Selamat datang!" sapa salah satu penjaga mini market.

Aku mengangguk kecil sebagai balasannya, kemudian mengarahkan tubuhku menuju rak makanan dan kulkas yang berisi beragam minuman. Keranjang berwarna kuning ku tenteng, memudahkanku untuk menyimpan makanan yang akan ku ambil nantinya.

Dengan asal aku menempatkan berbagai macam camilan--yang tentunya jauh dari kata makanan sehat--ke dalam keranjang. Dan beralih ke kulkas berisi minuman. Sedikit tergoda untuk mencoba bir kalengan namun ingat umurku belum legal untuk menenguk minuman semacam itu.

tsunagu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang