elegi.
31 Desember, 2020
Osaka.
Musim dingin menunjukkan rupanya. Salju putih menari indah menuju permukaan tanah, berlomba-lomba menghias Tokyo dengan warna putih suci.
Hingar-bingar khas kota Osaka menghidupkan malam. Lampu yang memeriahkan acara dipasang sedemikian rupa hingga menarik atensi para pejalan kaki.
Dalam gedung pertunjukkan, segala ucapan terdengar menyatu. Membentuk simfoni tersendiri yang menjadikannya detak jantung gedung pertunjukkan.
Menikmati malam terakhir ditahun 2020 ini dengan memanjakan telinga. Mendengar simfoni yang disusun secara apik, dimainkan secara nyata. Langkah kaki Sora menuju tengah panggung, mengingatkannya dengan kompetisi yang ia pernah jalani namun berakhir tidak lolos.
Dalam langkah itu, ingatan bagaimana ia meraih semua ini dikelas balik oleh otak secara tidak sadar. Mengingatkannya betapa berharganya waktu yang ia dapatkan dimasa lalu. Juga betapa beruntungnya ia mendapati beberapa sosok pendukung.
Asuka Masashi--selaku Ibundanya.
Shoera Masashi--selaku kakak kandungnya.
Ryuzaki Kenzo--sahabat karib selama di SMA.
Yuuto Atsushi--sahabat karib selama di SMA.
Ume Satoru--salah satu orang yang ada dimasa lalunya, membantunya mengingat tentang ingatan Sora yang sempat hilang.
Sano Takao--sosok yang sama seperti Ume Satoru.
Matsuka Watanabe--selaku pembimbingnya di klub musik selama di SMA.
Akihiko Masashi--selaku Ayah dan sosok utama baginya.
Yang terakhir, Juro Megumi--sosok yang sama seperti Akihiko Masashi.
Akan ku tunjukkan pada mereka, bahwa impianku sudah tercapai, dari layar kaca atau dari Surga, ini... Aku persembahkan untuk kalian, batin Sora.
Dia berhenti tepat ditengah panggung, membungkuk singkat kemudian menempelkan violinnya di bahu kirinya. Menghela napas demi menetralkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.
"TIGA!"
"DUA!"
Menyatukan pengesek violin dengan violinnya.
"SATU!"
Hitungan mundur yang berasal dari luar terdengar sampai kedalam gedung sebab keheningan luar biasa yang menyergap.
"KOSONG!"
Simfoni halus disuarakan, bersamaan dengan suara ledakan kembang api. Simfoni yang terus berlanjut, dimainkan sepenuh hati. Dengan dedikasi, untuk menggantikan kepergian Ayah tercinta.
"Sudah ku perdengarkan kepadamu, simfoni untuk mengenang dirimu," bisik Sora disela-sela permainan violinnya.
Tubuhnya bergerak mengikuti alur nada. Matanya terpejam kuat, mengalirkan sedikit air mata haru.
"Sekarang, beristirahatlah," bisiknya lagi.
Ditengah itu decak kagum dan terkejut terpasang pada raut wajah setiap pendengar, melayangkan tepuk tangan penyemangat sebagai perwujudannya.
"Dengan begini... perjanjian kita sudah tuntas, terimakasih sudah mau menunggu hingga detik ini," lirih Sora.
"Tolong, dengarkan alunan ini, sebagai lagu persembahan yang terakhir," tambahnya.
Air matanya terus mengalir tanpa izin Sora, menyatukannya dengan nada yang ia mainkan. Hingga pengesek dijauhkan dari violinnya. Suara tepuk tangan sekalian meriah, yang mengundang Sora untuk membungkuk hormat.
"Simfoni yang seolah mengantikan syair duka cita. Dibuat khusus untuk gadis itu, Juro Megumi."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
tsunagu
Teen Fictiontsunagu (n.) ikatan ___________________________ Kita dipertemukan untuk pertama kalinya karena takdir untuk membuat janji. Kemudian, untuk terakhir kalinya kita bertemu untuk mengakhirinya. ditulis oleh, @yrsfh_