Part 6

107 29 2
                                    

"Anda memanggil saya, Direktur?"

Jinyoung melirik Dowoon yang berdiri di balik pintu ruangan. "Ya," jawab Jinyoung lalu menutup laporan dan melepas kaca mata. Ia menatap sinis pada pria itu.

Dowoon berjalan mendekat pada meja kerja Jinyoung.

"Kenapa kau mengirim adikmu untuk menemani Jisoo? Siapa yang memberi perintah melakukan hal itu?" tanya Jinyoung.

"Saya tidak disuruh siapa pun, Direktur."

"Lalu kenapa kau melakukan hal itu tanpa memberitahuku lebih dulu?"

Dowoon menduduk dalam menyadari kesalahan yang ia buat. "Maaf, Direktur. Saya merasa Nona Jisoo butuh teman cerita jadi, saya mengirim Seeun untuk menemani Nona," Dowoon memberi pendapat.

Jinyoung bukan tak suka apa yang dilakukan Dowoon. Ia tahu maksud Dowoon baik, tetapi ia tak mau orang asing berada dekat dengan kekasihnya. Jinyoung tak ingin mereka membawa dampak buruk bahkan membahayakan Jisoo yang sedang ia sembunyikan.

"Terima kasih sudah peduli dengannya, tapi butuh atau tidaknya, bukan urusanmu. Kau tak perlu ikut campur. Sudah kubilang, tak ada yang boleh tahu keberadaan Jisoo. Apa kau tak paham?"

"Saya minta maaf, Direktur." Dowoon menundukkan kepalanya dalam.

"Mulai hari ini, aku tak mau adikmu datang lagi ke apartemennya."

°°°

Jisoo mengetuk pelan meja pantry sembari menunggu kedatangan Seeun. Biasanya Seeun sudah tiba dari tadi. Namun, sampai masuk jam makan siang gadis itu belum juga muncul. Jisoo ingin menanyakan soal Seeun pada Dowoon, tapi ia lupa kalau ia tak punya nomor telepon pria itu. Padahal Jisoo ingin sekali memberitahu Seeun kalau ia akan masuk kelas memasak yang sama dengannya. Dan juga kelas memasaknya juga akan ditanggung oleh Jinyoung. Seeun pasti sangat bahagia mendengar hal itu.

Bunyi bel di depan membuat mata Jisoo berbinar. Ia yakin itu pasti Seeun. Dirinya bangkit dari duduk lalu berlari kecil ke arah pintu. Namun, dugaannya tidak tepat. Saat membuka pintu, figur Jinyoung yang ia dapati berdiri sambil membawa beberapa paper bag di kedua tangan. Senyum Jisoo memudar.

Hal itu tak luput dari tatapan Jinyoung. "Sambutan macam apa itu? Apa kau tak suka aku datang, hm?"

Jisoo sedikit memajukan bibir dan menggeleng. "Tidak. Aku senang, tapi aku kecewa karena yang datang bukan Seeun."

Jisoo mengalungkan tangan di lengan Jinyoung saat pria itu masuk ke dalam dan menutup pintu apartemen. Jinyoung mendengus pelan tanpa Jisoo ketahui. Ia sudah menduga Jisoo pasti menanyakan gadis itu.

"Aku juga kecewa karena kau tidak menyambutku dengan senang hati," balas Jinyoung dengan raut kecewa yang ia buat-buat.

"Eh, tidak. Aku sangat senang kau datang!" Jisoo mengubah wajah dan tersenyum seolah bahagia. Ia meletakkan kepala pada bahu Jinyoung.

Wanita itu lalu menaruh atensi pada tangan Jinyoung yang membawa banyak paper bag yang tidak ia ketahui. "Apa yang kau bawa?"

Jinyoung tak langsung menjawab. Ia melangkah ke meja pantry lalu meletakkan semua paper bag itu di sana. "Bahan masakan untukmu."

Jisoo berbinar dan langsung ikut melihat isinya. Terdapat beberapa sayuran dan daging. "Terima kasih, Jinyoung! Aku menyayangimu!" Jisoo mencium pipi Jinyoung lalu memeluk pria itu.

Jinyoung tersenyum senang mendengar hal itu. Jisoo kemudian mengurai pelukan dan mulai mengeluarkan bahan sayuran itu. "Aku akan membantumu memasak," ujar Jinyoung.

"Terima kasih. Kalau saja Seeun datang, aku takkan merepotkanmu."

Diam-diam Jinyoung menggertak gigi mendengar Jisoo lagi-lagi menyebut Seeun. Alasan lain mengapa Jinyoung tak suka orang lain dekat dengan Jisoo karena ia takut dilupakan oleh wanita itu. Ya, Jinyoung cemburu pada siapa pun yang berhasil merebut perhatian Jisoo, termasuk gadis bernama Seeun.

Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang