Part 16

69 15 7
                                    

Dowoon membungkuk ke arah Jinyoung. "Maafkan saya, Direktur."

Jinyoung menatap Dowoon dengan lama. "Aku bertanya padamu. Siapa yang memberimu izin untuk datang kemari?" Ia mengulang pertanyaannya.

Sorot mata Jinyoung terlihat seperti ingin melenyapkan Dowoon saat itu juga. Yang ditatap pun hanya diam. Jisoo pun ikut terdiam di tempat. Dari pertanyaan Jinyoung tadi, bisa Jisoo simpulkan bahwa Dowoon datang kemari bukan perintah dari Jinyoung. Ini aneh. Sudah dua kali pria itu datang tanpa perintah dari Jinyoung dan bahkan Jinyoung sendiri pun tak tahu.

Tidak ada yang membuka suara hingga Jisoo berdeham lalu berkata, "Ada bagusnya kita bicarakan di dalam saja," katanya lalu menarik tangan Jinyoung.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Mulai besok kau tidak perlu datang bekerja," ucap Jinyoung sembari menatap Dowoon.

Jisoo melotot. "Jie, kenapa mengambil keputusan secepat itu? Masuklah, kita bicarakan semuanya dengan tenang di dalam," tuturnya.

Jinyoung tak peduli pada omongan Jisoo. Dia sekali lagi menatap Dowoon dan berkata, "Kuulangi sekali lagi, besok kau tidak perlu datang ke perusahaan. Kau resmi diberhentikan karena berani ikut campur privasi atasanmu. Aku akan hubungi Seulgi untuk mengurus perihal gajimu. Sekarang kau boleh pergi."

Setelah mengatakan itu, Jinyoung langsung menarik Jisoo masuk ke dalam meninggalkan Dowoon. Pria itu menunduk memberi hormat.

Sesampainya di dalam, Jisoo langsung melepaskan genggaman Jinyoung dari tangannya. "Tidak seharusnya kau memecatnya hanya karena hal sekecil ini, Jie," kata Jisoo.

Jinyoung menatap Jisoo tanpa ekspresi. "Hal kecil? Apa pun yang berhubungan denganmu sudah mencari urusan penting bagiku."

Jisoo mendengus. Dia tak habis pikir dengan sifat Jinyoung yang begitu cepat mengambil keputusan. "Tapi kau tak perlu sampai harus memecatnya hanya karena dia datang tak memberitahumu."

Jinyoung menatap Jisoo dengan aneh. "Huh? Kau membelanya?"

Jisoo diam. Bukan itu yang dia maksud. Jisoo belum selesai menjelaskan, tapi Jinyoung sudah lebih dulu memotong. Selain cepat mengambil keputusan, Jinyoung juga cepat menyimpulkan.

Tatapan Jinyoung berubah menjadi tajam. "Oh. Jadi, kau mengetahui keberadaannya di sini dan tidak memberitahuku? Atau jangan-jangan kalian sudah merencakannya dan sengaja menyembunyikan hal ini dariku?"

"Astaga! Pikiranmu terlalu jauh, Jie. Untuk apa juga aku mengundangnya datang kemari. Aku justru menunggumu."

"Lalu bagaimana bisa dia datang ke sini? Jangan coba-coba untuk membohongiku, Jisoo." Jika namanya sudah disebut, Jisoo yakin kemarahan Jinyoung sudah berada pada level tinggi.

"Bukankah kau sendiri yang menyuruhnya untuk datang mengawasiku? Apa kau lupa?" tanya Jisoo. Dia ingat bahwa Jinyoung pernah bilang kalau dia mengutus Dowoon untuk datang mengawasinya di apartemen. Padahal Jisoo sendiri yakin bahwa itu bukanlah alasan yang tepat begitu reaksi Jinyoung tadi.

Dia meneguk ludah melihat wajah Jinyoung yang tak ada senyum sama sekali.

"Dia juga datang ingin berterima kasih karena sudah membayar kelas masak adiknya. Dia ingin membalas kebaikan itu, tapi aku hanya mengatakan padanya untuk tetap setia bekerja padamu. Tadinya dia datang bersama adiknya, tapi Seeun harus belajar untuk ujian akhirnya. Itu saja."

Jisoo meminta ampun dalam dirinya karena sudah berani berbohong. Pasalnya, dia tak tahu lagi harus mengatakan apa pada Jinyoung karena sejujurnya dia juga tidak tahu tujuan Dowoon datang ke apartemennya.

° ° °

Esok harinya.

Pelayan membungkuk pada Nyonya Park yang baru saja datang di rumah Jinyoung dan Nayeon. Wanita paruh baya itu ingin menemui Nayeon karena takmengetahui kabar wanita itu hampir 1 minggu. Dan perasaannya mengatakan bahwa sekarang ini Nayeon pasti tidak baik.

Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang