Part 11

73 23 4
                                    

Jisoo duduk di bangku kelas. Guru masak belum datang dan untung saja dia tak terlambat. Jisoo memutar mata saat melihat Nayeon duduk di hadapannya bersama dengan Seeun dan dua orang yang tak ia kenali. Posisi tempat bangku menyerupai huruf U, dua meja saling berhadapan dan satu meja lainnya menghadap ke depan.

Jisoo memang kembali masuk ke kelas masak. Selain karena tak tahu lagi harus kursus dimana, Jisoo sudah merasa nyaman sebab ada Seeun di sana. Lagipula, Jisoo tak ingin Jinyoung menarik diri sebagai orang yang membayar biaya kursusnya dengan Seeun. Ia merasa tak enak dengan gadis itu. Jadinya, wanita itu memilih untuk tetap melanjutkan kursus walau harus bertemu dengan istri Jinyoung lagi.

Dilihatnya Seeun dan yang lain sedang memuji tentang Nayeon yang begitu beruntung memiliki suami perhatian di bangku yang berhadapan dengan Jisoo.

"Wah, Kak! Kau benar-benar beruntung."

"Ya, kau benar Seeun. Nyonya Nayeon kita memang sangat beruntung menjadi istri seorang direktur yang begitu disayang dan diperhatikan. Ah, aku iri! Tolong carikan aku suami seperti suamimu Nayeon."

Jisoo menyeringai miring mendengar salah satu dari mereka mengatakan hal itu. Ingin sekali ia bergabung dengan mereka dan membongkar kebenarannya, tapi akal sehatnya masih menahan untuk tidak melakukan itu.

Tak apa. Untuk sekarang ia akan mencoba menahan diri dari makhluk-makhluk yang suka sekali memancing api cemburunya itu. Setidaknya, ia hanya harus bertahan sampai Jinyoung menceraikan Nayeon.

Akan tetapi, Jisoo kembali ragu dengan asumsinya. Bagaimana jika hal itu ternyata tidak terjadi? Bagaimana jika urusan yang dimaksud Jinyoung itu tentang urusan pekerjaan?

Jisoo mendengus gusar. Ingin sekali bertanya langsung pada Jinyoung, tapi ia tak mau Jinyoung berpikir bahwa dirinya tak sabaran. Jisoo khawatir Jinyoung malah kesal dan memilih untuk meninggalkannya. Tidak, Jisoo tak ingin hal itu terjadi. Salah satunya cara yang bisa Jisoo lakukan hanyalah diam dan menunggu.

°°°

Jisoo memutar bola mata malas. Ia mencoba untuk tidak peduli dengan ocehan Seeun tentang Nayeon yang tidak ada habisnya. Sedari tadi gadis itu terus saja memuji-muji istri Jinyoung itu. Seolah Nayeon adalah wanita yang paling bahagia di dunia karena memiliki suami baik dan perhatian.

Tidak tahu saja bahwa sebenarnya Jisoo-lah orang yang paling bahagia memiliki pasangan seperti Jinyoung, bukan Nayeon. Ingin sekali ia memamerkan hal itu pada orang-orang, terlebih kepada Seeun. Andai saja Jisoo bisa mengatakannya.

Jisoo dan Seeun tengah berada di apartemen Jisoo. Setelah pulang dari tempat les, Jisoo mengajak Seeun untuk mampir ke apartemen karena sudah lama juga Seeun tidak datang ke sana. Awalnya Seeun menolak karena takut Dowoon tahu. Namun, Jisoo mengatakan ia akan meminta izin pada Dowoon tentang hal itu jadi, Seeun menurut saja.

Kini keduanya sedang asik bersantai di depan tv. Jisoo tidur dengan kaki diluruskan di atas sofa sambil membaca komik. Sedangkan, Seeun duduk menyender pada sofa tunggal sembari menikmati drama yang ada di tv.

Mereka tengah bersantai menunggu pesanan makan siang.

"Oh iya, Kak," Seeun menjeda. Ia menoleh pada Jisoo yang tengah serius membaca novel. "Aku belum bertanya tentang hal ini pada Kakak. Kakak dan Kak Dowoon kenal dari mana? Setauku, Kak Dowoon itu tidak pandai bergaul dengan orang, apalagi punya teman wanita."

Jisoo yang mendengar hal itu lantas ikut berpikir. Ia bingung harus menjawab bagaimana. Apa dia bilang saja kalau Dowoon itu asisten Jinyoung, tapi kalau Seeun tahu tentang Jinyoung bagaimana?

"Ah, itu ..., dulu kami berteman di SMA. Aku sering sekelompok dengannya di kelas jadi, kami cukup dekat," kata Jisoo.

Seeun mengerut. "Kakak satu sekolah dengan Kak Dowoon? Aku pikir sekolahnya hanya ada murid lelaki, ternyata ada perempuan juga?"

Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang