Part 17

52 16 2
                                    

Dalam pesawat, Jinyoung duduk dengan cemas sambil memegang ponselnya yang menunjukkan panggilan yang belum terjawab dari seberang sana. Orang yang memberi informasi bahwa ibunya dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri. Dia juga telah coba hubungi ayahnya, tapi tak ada jawaban.

Jisoo yang duduk di samping akhirnya mencoba memberikan dukungan. "Kau harus tetap tenang. Ibumu pasti dalam perawatan yang baik. Kita akan segera sampai ke sana, jangan khawatir," katanya sembari memberikan usapan lembut pada bahu Jinyoung.

Jinyoung membuang napas. "Aku hanya berharap semuanya baik-baik saja." Jinyoung jadi merasa bersalah karena meninggalkan ibunya dalam keadaan seperti ini. Bahkan yang dia ingat terakhir kali dirinya bertemu dengan Sang Ibu saat di Busan ketika sedang bersama Jisoo.

"Aku tahu kau pasti menyalahkan dirimu sendiri, tapi jangan lakukan itu, Sayang. Kita tidak bisa mengendalikan kejadian tak terduga seperti ini. Yang terpenting sekarang adalah fokus pada ibumu dan memberinya dukungan yang dia butuhkan."

Jinyoung menatap Jisoo dengan sedikit senyuman yang meyakinkan. Padahal dia tak mengatakan kalau dia menyalahkan diri, tapi Jisoo sudah sangat paham apa yang dia rasakan.

"Aku sangat beruntung ada kau di sampingku dalam momen-momen sulit seperti ini, Jisoo. Terima kasih," ucap Jinyoung.

Jisoo tersenyum lembut dan menggenggam tangan Jinyoung dengan erat. "Jangan khawatir, kita akan tiba di Korea segera. Sekarang, ayo berdoa untuk kesembuhan ibumu dan berharap yang terbaik."

Mereka berdua menghabiskan sisa perjalanan dalam keheningan yang penuh harap.

° ° °

Ketika pesawat mendarat, Jinyoung dan Jisoo langsung bergegas menuju rumah sakit di mana ibu Jinyoung dirawat. Keduanya dijemput oleh Dowoon. Ya, disaat genting seperti itu peran Dowoon sangat dibutuhkan. Bahkan pemuda itu yang mengabarinya tadi bahwa Nyonya Park dibawa ke rumah sakit. Dan Jinyoung sendiri yang menyuruhnya untuk menjemput dia dan Jisoo di bandara.

Begitu mobil sampai di rumah sakit, Jinyoung langsung melepaskan sabuk pengaman. Sebelum keluar, dia menoleh ke arah Jisoo. "Kau yakin tak mau turun bersamaku?" Jinyoung bertanya.

Saat di pesawat tadi, Jinyoung sudah berniat membawa Jisoo ikut bersamanya untuk melihat Nyonya Park. Namun, Jisoo menolak. Wanita itu berpikir panjang. Di rumah sakit pasti ada istri Jinyoung, dia tak ingin membuat masalah di sana. Walau dia ingin melihat kondisi Nyonya Park.

Jisoo menggeleng sembari tersenyum tipis. "Aku langsung saja ke apartemen. Tidak apa, kan?"

Jinyoung mengangguk. "Kau juga butuh istrahat."

Jisoo mengusap pelan lengan Jinyoung yang terbalut jas. "Semoga keadaan Ibu membaik."

Jinyoung tersenyum tipis. "Terima kasih." dia lalu beralih pada Dowoon yang duduk di kursi kemudi. "Antarkan Jisoo ke apartemen. Kau cukup membawa kopernya sampai depan pintu. Tak perlu ikut masuk dan langsung kembali ke rumah sakit, mengerti?" Jinyoung memperingati.

Dowoon mengangguk patuh. "Ya, Pak."

Setelah itu, Jinyoung berpamitan pada Jisoo kemudian membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit.

Sedangkan mobil hitam yang dinaiki Jisoo itu berjalan meninggalkan rumah sakit dan pergi ke apartemen yang baru sehari dia tinggalkan ke Paris.

Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang