Good Bye Aarav

Bab 3

Seminggu setelah itu Aarav pergi ke rumah tempat dia dan Lexi tinggal bersama.

Dia dapat mendengar hiruk pikuk kota dari luar jendela. Tapi semua itu tidak dapat meramaikan hatinya yang saat ini begitu dingin dan gelap seperti lembah terdalam dari ujung jurang tertinggi.

Yang dia rasakannya hanyalah pahit.

Dia membuka pintu kamar mereka, tempat mereka terbiasa tidur bersama.

Tempat tidur mereka masih tertata rapi, persis seperti seminggu yang lalu saat mereka masih di sini.

Dia melangkahkan kakiknya mendekati tempat tidur, matanya tertuju pada sebuah amplop warna biru yang ditempelkan di pojok tempat tidur.

Dia menggeretakan giginya, hatinya mulai terasa panas seperti api kecil perlahan mulai membakarnya.

"Pasti Lexi yang meninggalkan surat ini di sini, kan?", sebuah pertanyaan yang tak perlu untuk dijawab.

Dia mengambil sepucuk surat itu. Setelah membaca beberapa kalimat, dia meremas kertas itu dan melemparkannya di tempat sampah warna hitam dekat lemari kaca di pojok kamar.

"Siapa yang menginginkanmu untuk kembali!", Aarav mengeluarkan semua baju Lexi dari lemari dan melemparkannya ke lantai, kemudian menutup pintu kamar itu dan pergi.

Aarav tidak pernah tau bahwa apa yang dia temukan hari ini adalah sebuah isyarat.

Memang seringkali cinta tidak pernah menyadari kedalamannya sampai salah satu diantaranya pergi untuk selamanya.

...........

Gumpalan kertas itu masih berada di tempat yang sama, Aarav tidak pernah kembali sejak hari itu.

Mungkin setelah beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun, dia akan kembali ke masa itu dan berfikir betapa bodohnya dirinya saat itu.

Andai dia membaca surat itu dengan sungguh-sungguh hari itu.

Tapi sayangnya, dia memang sebodoh itu.

Dia tidak menyadari bahwa dia telah kalah.

Ya. Mungkin ini memang kehendak Tuhan.

....

Aku tidak akan kembali. Penyesalan terbesarku adalah bertemu dengan laki-laki bernama "Aarav" saat kelas 2 SMA dan jatuh cinta padanya.