Buku Harian Lexi
Selasa, 11 Januari 2019
Untuk pertama kalinya aku tau bahwa Aarav telah berselingkuh. Hatiku sangat kacau. Aku seperti mabuk tanpa harus minum sebotol anggur. Hatiku hancur, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Selama ini hanya dia yang pandai menenangkan amarahku, meredakan tangisku, memeluk lukaku dan mendekap lelahku.
Aku pernah berfikir bahwa hanya dialah paket komplit kebahagiaanku yang hanya tersedia satu di bumi ini.
Dan aku pernah sangat bersyukur telah menjadi yang paling berbahagia karena memilikinya.
Namun kenyataannya dia jugalah satu-satunya yang mampu menjadikan aku sebagai wanita paling sakit di dunia ini.
Aku bertingkah seolah ini semua tidak berarti apapun di mataku. Aku mencoba untuk menyakinkan diriku bahwa aku mampu untuk melupakannya. Namun hari ini pula aku menyadari bahwa aku tak mampu untuk melakukannya.
Waktu bisa saja terus berlalu, namun kenangan tidak akan pernah bisa terhapuskan dengan seiring berjalannya waktu.
Orang-orang sering berkata bahwa setelah musim dingin akan selalu ada musim semi dimana bunga-bunga warna-warni akan bermekaran dengan indahnya dan merubah semua batang-batang kering menjadi hidup kembali.
Dan waktunya bagi semua orang untuk melupakan kegelapan hatinya dan kembali berjalan ke depan.
Tapi aku tak mampu.
Akulah yang terlalu berharap. Dan aku pula yang mengacaukan segalanya.
Aku tahu dia mencintaiku, tapi aku juga tahu dan sadar dia mencintai orang lain.
Aku masih samar-samar teringat waktu pertama kali aku jatuh cinta padanya, rasanya seperti angin sore yang berhembus sepoi-sepoi yang mampu membuat gejolak dihatiku dan mencerahkan langit sore.
Dokter mengatakan padaku bahwa aku harus minum obat teratur dan selalu berjuang untuk hidupku demi orang yang aku cintai.
Tapi aku tak bisa lagi melakukannya.
Maafkan aku.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika Aarav menerima telfon dari Darin, dia sedang duduk di sofa, di tempat karaoke dimana biasanya dia dengan Lexi. Dia mendengar samar-samar suara tangisan seorang laki-laki dari ujung telfon.
Awalnya dia tidak tahu siapakah itu, hingga Darin, teman masa kecilnya mulai bersuara, "Dimana Lexi?". Suara Darin terdengar rendah dan datar.
"Darin?", dia berjalan keluar dari ruangan karaoke itu dan mencari tempat yang lebih sepi.
"Aku bertanya padamu, dimana Lexi?", Darin berusaha keras menahan amarahnya.
"Kita sudah berpisah. Bagaimana aku tau dia ada dimana?", jawab Aarav dengan jengkel.
"Aarav, kamu memang bajingan!", Darin memutus telfonnya.
"Apakah dia habis membenturkan kepalanya ke dinding!? Sialan.", Aarav membanting telfonnya.
Darin adalah seorang laki-laki yang pendiam dan selalu santai, kecuali dalam hal-hal yang menyangkut Lexi.
Darin merupakan teman sekelas Aarav sejak TK sampai SMA. Mereka berdua tumbuh bersama-sama ibarat saudara. Keluarga besar mereka juga menjalankan bisnis bersama. Mereka benar-benar seperti keluarga.
Meskipun Lexi adalah wanita yang menawan namun Darin tidak memandang Lexi seperti itu. Mereka bertiga berteman dengan baik, dia juga telah menganggap Lexi sebagai adiknya sendiri.
Jadi saat Darin melihat Aarav dan Lexi berciuman di bawah pohon di pojok belakang sekolah, Darin hampir saja memukuli Aarav hingga sekarat.
Bagi Darin, Lexi adalah wanita cantik yang sangat polos. Bagaimana mungkin dia bisa terjebak dengan Aarav. Pasti laki-laki berengsek itu telah menipunya!!
Meskipun Lexi telah berulangkali menjelaskan bahwa dia sedang berkencan dengan Aarav, tapi Darin tidak pernah puas dengan penjelasannya. Mengapa harus Aarav. Menurutnya Aarav tak pantas untuk Lexi.
Ketika Aarav dan Lexi duduk di meja yang sama, Darin akan duduk di kursi belakang mereka dan terus mengawasi gerak-gerik Aarav. Jika Aarav mulai melakukan sesuatu, dia akan menendang kursi Aarav hingga terguling.
Setelah itu Aarav akan sangat marah dan mulai melempari mukanya dengan buku yang tertumpuk di mejanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/268624142-288-k592836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Bye Aarav
Short StoryDi bulan pertama kepergianku, Aarav masih tampak bahagia. Di bulan kedua kepergianku, Aarav mulai tidak bisa tidur karena insomnia. Di bulan ketiga kepergianku, Aarav mulai mencoba mencariku.. Tapi sayangnya, aku sudah pergi jauh meninggalkan dunia...