Aku sudah tak melihat Lexi selama hampir setengah bulan.
Rasanya seperti sesuatu yang penting telah hilang dari hidupku.
Rasanya sungguh hampa. Aku tidak bisa biasa dengan semua ini.
----------------------------------------------
"Lexi.", Aarav menatap Zeline yang kesakitan.
Zeline berusaha keras untuk mengambil nafas, "Aa..Aarav."
Aarav tersadar dari lamunannya.
Zeline mendengus dan mengigit bagian bawah bibir Aarav seperti tak mampu untuk menahannya lagi.
Dia tidak seperti Zeline yang biasanya.
Aarav menarik bibirnya sedikit kaget karena sensasi nyeri yang dia rasakan.
Jika dia adalah Lexi, dia tidak akan mampu menahan emosinya seperti Zeline, lebih parah lagi, Lexi pasti akan menendang Aarav hingga terjatuh dari tempat tidur.
"Tidak kah itu sakit?", Aarav menundukan kepalanya, menyentuh bibir Zeline yang pucat dan kering.
Zeline menggelengkan kepalanya. Wajahnya yang pucat mulai menampakan senyuman manis, "Karena itu adalah kamu, demi kamu aku bisa menahannya."
Aarav mendengar suara Zeline yang lembut, kemudian menciumnya.
Sebelumnya, dia tidak pernah mencium siapapun kecuali Lexi.
-----------------------------------------------
Aarav bertemu dengan Lexi pertama kali di kegiatan OSIS.
Hari itu dia mengikuti wawancara untuk dapat menjadi anggota OSIS, namun dia malah mempermalukan dirinya sendiri. Saat itu dia benar-benar terpesona dengan ketampanan dari Aarav. Dia benar-benar membisu saat Aarav mengucapkan namanya, seolah-olah tersihir oleh gerakan bibirnya dan tanpa sengaja terjatuh dari tempat duduknya.
Oleh karena itu, Aarav mengingatnya sebagai gadis cantik yang aneh.
Saat kuliah dulu hanya sedikit orang yang tahu bahwa dia dan Aarav sedang berpacaran. Oleh karena itu selalu saja ada wanita yang mencoba untuk mendekati Aarav, salah satunya adalah Leta.
Setelah mereka minum hingga setengah mabuk, akhirnya mereka tidur bersama.
Tapi kemudian Leta dipukuli habis-habisan oleh Lexi.
Lexi dengan tatapan mata yang dalam dan tajam, menarik Aarav dengan paksa dari tempat tidur, "Aarav jika kamu tidak bisa mengontrol t*t*tmu, aku tidak keberatan untuk memotongnya."
Leta benar-benar kecewa dan marah, "Kamu siapa? Kamu ada hak apa mengontrol hubunganku dengannya!?"
Lexi melepaskan cengkeramannya dari Aarav, "Aku ibunya!"
Leta tertawa sinis, "Kamu pikir aku bodoh?"
Lexi menatapnya kemudian menendang Aarav dari belakang, "Cepat katakan!"
Ketika itu, Aarav benar-benar merasa seperti pencuri yang tertangkap basah, "Dia pacarku."
Manusia normal pasti akan malu dibuatnya.
Tapi tidak untuk Leta.
Dia mengangkat dagunya yang lancip dan berkata dengan penuh kesombongan, "Lalu kenapa? Kita disini sudah sama-sama dewasa. Bukankah ini hanya sekedar perselingkuhan, bukan hal lebih."
Bagi Lexi kata-kata Leta benar benar seperti satu baskom air es yang secara tiba-tiba disiramkan pada tubuh Leta yang panas karena terbakar.
Dia memutar badannya menatap ke arah Aarav tanpa ekspresi, "Kita putus."
Aarav kebingungan, "Tidak! Aku tidak akan pernah bermain dibelakangmu lagi."
Lexi menggigit bibirnya mencoba menahan emosi yang meluap-luap di dadanya, "Kamu kira ini hanya sekedar karena kamu tidak setia. Tidak Aarav, ini karena kamu telah sangat mengecewakanku."
Dia menatap Aarav kemudian mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari hotel tersebut.
Seorang laki-laki yang sangat mencintainya tidak berani mengatakan hubungan mereka yang sebenarnya di hadapan orang lain..
Apa dia bercanda?
Memang kenyataannya cinta Aarav hanyalah cinta yang murah dan menjijikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Bye Aarav
Short StoryDi bulan pertama kepergianku, Aarav masih tampak bahagia. Di bulan kedua kepergianku, Aarav mulai tidak bisa tidur karena insomnia. Di bulan ketiga kepergianku, Aarav mulai mencoba mencariku.. Tapi sayangnya, aku sudah pergi jauh meninggalkan dunia...